6 : Hujan

373 83 3
                                    

Hujan

Di malam hari yang tenang
Aku mendengar suara
Tidak! Bukan suara yang menyeramkan
Melainkan suara hujan

Pernah kubertanya,
Kenapa hujan datang dan pergi semaunya?
Lantas, ibu menjawab,
Begitulah siklusnya

Tapi,
Aku tetap suka hujan
Aku suka hujan yang membuat embun di pagi hari
Aku suka hujan yang membuat aku bisa mencium aroma tanah basah
Aku suka hujan yang mengajarkanku bahwa
Biarpun jatuh berkali-kali, tidak seharusnya mengeluh

---

Hei, kemarin malam hujan di tempatku.
Apa di tempatmu juga?
Aku ingin bercerita sedikit. Kemarin saat hujan, aku sedang membaca novel sambil meminum secangkir coklat panas.
Tapi, tiba-tiba aku membayangkan bagaimana kalau kamu meminum coklat panas bersamaku di saat hujan nanti.
Hahaha, aku gila, ya? Maafkan aku.

Tertanda,
Olaf

•●•

"Eh, Wendy, gue gabung, ya?"

Wendy mengangkat kepalanya, lalu tersenyum pada Seulgi. "Boleh."

"Tumben, nih, ke kantin. Biasanya di kelas mulu, lo," sindir Seulgi ketika dia sudah duduk berhadapan dengan Wendy.

Wendy menyengir. "Lagi malas di kelas. Mau nyoba menu baru kantin juga."

"Seulgi."

Seulgi dan Wendy serentak mendongak untuk melihat siapa yang memanggil Seulgi. "Oh, Chanyeol. Kenapa?"

"Nanti pulang, tunggu gue, ya?"

Wendy kembali sibuk dengan makanannya, tidak menggubris percakapan dua orang yang ada di dekatnya.

'Modus nembak,' batin Wendy.

"Ngapain?"

"Ada, deh. Jangan balik dulu, ya."

•●•

Kelas Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang