20 : Apa Kabarmu?

333 82 16
                                    

Apa Kabarmu?

Dalam diam
Ku bertanya pada diriku sendiri
"Apa kabarmu?"
Begitu bunyinya
Berharap kamu bisa mendengarnya

Kemudian aku tersadar,
Apa kau juga pernah begini?
Bertanya kabarku seperti
Aku yang bertanya tentang kabarmu
Apa kau juga pernah?

•●•

Hei, kamu sudah baikkan? Jangan terlalu memaksakan diri kalau kamu belum sepenuhnya sehat. Baiknya, kamu di rumah dulu dan istirahat yang cukup.

Jangan diambil hati puisiku di atas. Aku hanya asal membuat.

Tertanda,
Olaf

•●•

Hujan turun lagi. Lebih deras dari siang tadi.

Wendy menatap jalanan di depannya kosong. Kondisi hujan seperti ini hanya bisa membuatnya menghela napas panjang tanpa tahu harus berbuat apa lagi.
Salahnya yang sengaja meninggalkan payung serta jas hujannya di rumah. Dan, kesialannya bertambah saat memeriksa baterai ponsel sudah habis.

"Dek, belum pulang?"

Wendy menoleh, mendapati seorang penjaga sekolah sedang menyesap kopi hitam hangat miliknya. Wendy menggeleng kecil sambil menunduk kecil.

"Nggak pesen ojek online atau taksi? Soalnya, Abang mau tutup gerbang," ucap cowok berkumis tipis itu.

"Abang ada pulsa, gak? Baterai saya habis."

"Oh, ini ada."

Ponsel kecil milik penjaga sekolah terulur pada Wendy. Dengan segera, dia meraih ponsel itu dan menekan beberapa nomor di sana. Beruntunglah penjaga sekolah ini berbaik hati meminjamkan ponselnya.

Tin! Tin!

Wendy mendongak bersamaan dengan jarinya yang berhenti bergerak. Seorang cowok dengan ninja dilengkapi dengan helm juga jaket kulit yang serba hitam muncul di depan Wendyㅡlebih tepatnya di depan pos penjaga sekolah.

Kaca helm terangkat. Terlihatlah wajah tampan yang selalu dipuja Seungwan.

"Lo Wendy, 'kan? Mau bareng?"

Tepat saat itulah, Wendy merasa kakinya tidak lagi berpijak di permukaan.

Layaknya drama di televisi, Sehun meminjamkan helm dan jaketnya untuk dipakai Wendy. Keduanya membelah jalanan yang diguyur hujan deras dengan keadaan basah.

Baiklah, Wendy akan menandai tanggal ini sebagai tanggal yang paling bersejarah dalam hidupnyaㅡsetelah momen kelahirannya di dunia.

"Sehun, lo... sudah sembuh?" tanya Wendy dengan suara sedikit keras. Takut kalau-kalau Sehun tidak mendengar.

"Sudah."

"Maaf kalau ngerepotin lo..." ucap Wendy dengan suara pelan.

"Apa?" Sehun memekik keras. Tidak mendengar jelas apa yang diucapkan Wendy tadi.

"Maaf kalau ngerepotin lo, Sehun." Wendy berteriak keras. Sedetik kemudian, keduanya tertawa geli.

Menertawakan tingkah konyol mereka barusan; saling menyahut di lebatnya hujan.

•●•

Maaf lama apdet:v
Panjang nih kan ya? Adem kan bacanya? Wkwkwk mau dikasi spoiler ga kalian tentang cerita ini?

Spoilernya adalah :

















Kalian udah mendekati tamat, geng hehehe /paansigaring.

Pencet bintang kuy!

Kelas Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang