7 : Jarum

337 77 0
                                    

Jarum

Tusukan demi tusukan ia lalui
Baju demi baju akhirnya dibuat
Itu berkatmu, jarum
Terima kasih

Tusukan demi tusukan ia lalui
Kancing baju telah terpasang
Itu berkatmu, jarum
Terima kasih

Tapi,
Janganlah sombong
Kau masih bisa menyakiti penjahitnya
Terkadang, kau melukainya, bukan?
Makanya, jangan sombong!

---

Puisiku di atas aneh sekali, ya? Hahaha

Hei, aku ingin bercerita
Kalau seandainya ada peniti dan kancing untuk bajumu. Kamu memilih yang mana?
Kalau aku peniti. Kenapa? Aku benci menjahit. Jariku pernah tertusuk jarum waktu itu.

Hahaha, aku bicara yang tidak penting.

Tertanda,
Olaf

•●•

"Gilang!"

Sehun yang merasa terpanggil, menoleh ke belakang. Ya, Sehun sudah hapal siapa yang memanggilnya barusan, karena dia satu-satunya yang memanggilnya dengan sebutan 'Gilang'.

"Kenapa, Joy?"

Gadis berambut pendek itu tersenyum ceria, seperti biasa. "Temani gue ke toko buku hari ini, bisa? Hehe."

Sehun mendengus, meremehkan. "Kemana supir pribadi lo?"

Joy merengut sebal. "Dia sakit, Lang. Ayolah, temenin gue ya? Gue traktir es krim, deh."

Sehun lantas tertawa gemas. Tangannya mengacak rambut Joy pelan. "Iya, iya, bocah. Pasti gue temenin, kok," ucapnya.

Joy menyengir lebar. "Makasih, Gilang. Pulang nanti, gue ke kelas lo, ya!"

Setelahnya, Joy meninggalkan Sehun di tempat.

"Woy, Sehun!"

Sehun terkekeh pelan saat melihat Chanyeol yang meneriaki namanya dengan keras. Cowok bertelinga lebar itu sudah menunggu Sehun sedari tadi. "Iya!" katanya sambil berlari menuju lapangan, menyusul Chanyeol.

•●•

Kelas Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang