25 : Mauku

407 74 17
                                    

Chapter ini panjang lhooo hehehe

•●•

Mauku

Mauku diingatmu
Mauku diketahuimu
Mauku dicintaimu
Tapi, itu bukan maumu

Aku tidak memaksamu
Aku hanya memberitahumu
Apa kau mau peduli atau pura-pura lupa
Itu maumu

Mauku dan maumu jelas berbeda

---

Hei, kamu makan dengan benar, ya. Wajahmu terlihat berseri-seri sekali.
Syukurlah kalau kamu bahagia.

Tertanda,
Olaf

•●•

"Lo tunggu aja. Sebentar lagi juga bakal keluar," peringat Kai.

Kini tiga orang cowok dengan postur tubuh tinggi sedang bersembunyi di balik dinding yang berada di ujung loker. Mereka bertiga menunggu kedatangan pengirim surat yang akan mengirim surat ke loker Sehun. Berdasarkan info dari Kai, cewek pengirim surat itu akan datang sebentar lagi.

"Lo yakin dia bakal dateng? Ayolah, dia pasti mikir buat apa dateng kalau sudah di-gep?" rutuk Chanyeol sambil berkacak pinggang. Ayolah, dia bahkan sudah membatalkan kencannya dengan Seulgi demi mengetahui siapa penggemar rahasia Sehun. Jangan sampai orang ituㅡpenggemar rahasia Sehunㅡtidak datang.

Sehun yang sedari tadi memunculkan kepalanya dari balik dinding, kini menarik kembali kepalanya. Menatap Kai dan Chanyeol dengan kecewa. "Chanyeol bener. Mungkin aja, dia nggak bakal dat-"

"Akh!"

Seketika, Sehun, Chanyeol, dan Kai langsung mengeluarkan kepalanya dari balik dinding. Mengintip siapa penyebab suara gaduh tadi.

Di sana, di dekat loker milik Sehun, ada seorang cewek yang terduduk sambil meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya.

"Wen-wendy...?" bisik Sehun dengan wajah menegang tidak percaya. Sama halnya dengan Chanyeol. Lelaki itu mengenal betul siapa Wendy itu karena tergabung dalam satu klub yang sama di sekolah. Lain dengan Kai yang hanya memasang seringai puas.

"Samperin, gih." Kai berucap sambil mengarahkan dagunya ke arah Wendy yang masih tidak menyadari keberadaan tiga orang yang sudah mengintainya sejak tadi.

Sehun berjalan pelan keluar dari persembunyian. Langkah kakinya menggema ke seluruh tempat sehingga menarik perhatian Wendy untuk mengadah dan melihat siapa pelakunya.

"Se-sehun..." gumamnya tidak percaya. Dengan cepat, Wendy segera bangkit dari posisinya. Tidak sengaja membuat surat yang ada di tangannya terjatuh di lantai begitu saja, tapi dia tidak peduli. Dia lebih memilih untuk enyah dari tempat itu walaupun sedikit kesulitan karena kakinya terkilir.

Namun, Sehun sedetik lebih cepat. Cowok itu kini sudah memegang lengan atas Wendy. Membaliknya cepat sehingga kini wajah cewek itu terpaksa mengadah untuk melihat wajah Sehun sedekat ini.

"Wendy... lo...-"

"Maafin gue, Sehun. Gue minta maaf. Gue tau gue lancang, tapi maafin gue, Sehun. Setelah ini, lo boleh kok-"

Kelas Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang