Kelas Bahasa Indonesia

17 : Musim Salju

Musim Salju

Dingin
Putih
Salju
Inikah musim salju?

Aku melihat
Anak kecil di sana
Bermain tanpa henti
Bermain di atas es tipis
Tanpa takut jatuh

Aku diam
Ia mirip denganku
Tetap bermain di hati yang rapuh
Yang bisa saja melukaiku
Kapan saja

---

Hei, apa kabarmu?
Aku merindukanmu bermain basket di lapangan basket.
Rasanya sudah lama sekali kamu gak main basket, padahal baru tiga hari yang lalu kamu di sana.
Tapi, aku sudah rindu.

Tertanda,
Olaf

•●•

Chanyeol menghela napas panjang. Tangannya menepuk pelan punggung lebar milik Sehun. Prihatin rasanya melihat temannya ini seperti tidak memiliki semangat hidup.

"Sabar, Hun. Sabar. Emang perih ditolak cewek," hibur Chanyeol dramatis.

Sehun bergerak ke samping, membuat tepukan pelan di punggungnya terlepas. "Kayak pernah aja lo ditolak," sindirnya pada Chanyeol.

Sedangkan Chanyeol hanya menyengir bodoh. Memang benar Chanyeol belum pernah ditolak cewek mana pun yang sudah pernah ditembaknya.

Sehun berdecih pelan. "Padahal, gue yakin kalau Joy-lah yang ngirim surat ke gue," ucapnya tiba-tiba, lalu membuka lokernya yang ternyata sudah berada di depannya.

Chanyeol menatap Sehun heran. "Lo tau dari mana kalau yang ngirim surat itu Joy?"

"Lo tau sendiri, 'kan, dia itu anak klub mading. Pasti pinter bikin puisi gituan," jawab Sehun santai, kemudian fokus membenah isi lokernya.

Chanyeol tersenyum kecut, lalu menggelengkan kepalanya tidak percaya. Tidak habis pikir kalau pemikiran Sehun sedangkal itu. Setelahnya, tangannya ikut membuka loker yang ada di samping Sehun.

Sehun sendiri, tiba-tiba berhenti bergerak saat dia kembali menemukan amplop surat berwarna biru langit di dalam lokernya. Amplop yang berbeda warna, tapi Sehun yakin pengirimnya tetaplah sama.

Dengan cepat, Sehun membuka surat yang ada di tangannya. Matanya bergulir cepat dari atas ke bawah, membaca cepat isi surat itu. Lalu, kepalanya mendongak dengan tatapan kosong.

"Gue udah menyakiti perasaan seseorang."

•●•