12 : Waktu

324 73 8
                                    

Waktu

Satu bulan
Empat minggu
Satu minggu
Tujuh hari
Semuanya kuisi hanya dengan merindukanmu

Satu hari
Duapuluh empat jam
Satu jam
Tiga ribu enam ratus detik
Tidak ada satu detik pun yang terlewat
Dengan sia-sia

Hei, kau tahu?
Selagi waktu masih bergulir
Tidak ada waktu yang akan kusia-siakan
Dan,
Merindukanmu itu sama sekali tidak sia-sia

---

Hei, kamu masih ingat dengan yang aku ceritain waktu itu? Hari Minggu ini aku akan mengikuti lombanya.
Kalau sempat, datang, ya! Tapi, jangan mencari aku. Cukup saksikan saja lombanya.

Tertanda,
Olaf

•●•

"Kalian mau lombanya kumpul di satu tempat dulu atau pergi sendiri-sendiri?"

"Terserah. Gue ngikut aja," sahut Seulgi, lalu menyeruput kembali susu kotaknya.

"Bareng aja gimana? Biar lebih enak gitu. Jadi kita nggak pisah-pisah di sana," usul Nayeon.

"Boleh, tuh. Tapi kumpul di mana?" tanya Kyungsoo, satu-satunya perwakilan cowok dari sekolah mereka.

"Di rumah Wendy aja, gimana? Jarak rumah Wendy 'kan yang paling dekat sama lokasi lomba," sahut Joy.

Wendy diam sebentar, kemudian mengangguk setuju. "Boleh, deh. Kalian ke rumah gue jam setengah 9 aja, nanti."

Setelahnya, semua yang berkumpul di sanaㅡWendy, Seulgi, Nayeon, Joy, dan Kyungsooㅡlangsung keluar kelas. Mengingat jam pulang sudah berlalu sekitar beberapa menit yang lalu.

Dan, seperti biasa, Seungwan akan meletakan suratnya di jam-jam ini.

"Weneccy Dyrasia?

Wendy langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar suara menginterupsi langkahnya. Matilah! Dia tertangkap basah.

Perlahan, Wendy berbalik badan. "Eh, Suga? Kenapa?" tanyanyaㅡpura-puraㅡramah.

"Lo ngapain ke deretan loker sore-sore begini?" tanya Suga penuh selidik.

Wendy secara tidak sadar menggaruk leher belakangnya. "Ah... gue mau ngambil barang yang ketinggalan di loker, hehe."

Suga menatap Wendy sekali lagi. Penuh curiga.

Mati gue! Mati gue! Apa alasan gue bagus tadi?

"Oh, ya udah. Buru, gih. Gue tungguin di luar."

Suga berbalik, bersiap untuk meninggalkan Wendy, tetapi gadis itu sudah lebih dulu menahannya dengan bertanya, "Memangnya gue setuju mau balik bareng lo?"

"Di luar hujan. Kalau gak mau bareng, ya udah. Gue duluan, ya~"

"Eh, jangan!"

Suga lagi-lagi berhenti berjalan. Bibirnya menukik senyum senang, kemudian dia berbalik.

"Gue balik bareng lo, deh! Tungguin."

Suga mengangguk dua kali, lalu berbalik meninggalkan Wendy.

Untung enggak ketahuan...

•●•

Kelas Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang