1 - Nyawa Dibayar Nyawa

4K 283 13
                                        

12 tahun kemudian...

Airin kini berumur 17 tahun, Karena ketakutan nya saat kecil yang menjadi trauma, Kini ia dikenal dengan gadis kutu buku bahkan sering dianggap bisu. Mendengar orang berbicara saja sulit, Apalagi berbicara. Airin sangat tidak dapat bergaul dengan baik.

Airin adalah murid baru di SMA Garuda. Ia menginjak kaki dikelas 11 IPA. Airin, Murid berprestasi, Namun prestasinya tersebut tak bisa ia tunjukkan karena sulit untuk fokus.

Airin berjalan di koridor sekolah dengan santai, Baru satu hari lalu ia menjadi murid, Bahkan belum ada satu orang pun yang melihatnya berbicara. Mungkin ada? Saat semua orang di kantin, Ia hanya terdiam sendiri dikelas.

Tak sengaja, Seorang gadis lewat bersama kedua temannya melihat Airin yang berbicara sendiri dengan misterius.

Airin berjalan layaknya dikatakan misterius, Semua nya sekejap hening dan mata tertuju padanya. Airin menghiraukan tatapan tersebut bahkan tak peduli dengan ejekan orang.

Ia tetap berjalan hingga didepan kelasnya, Ia menatap depan kelas dengan menyipitkan matanya sekilas, Lalu memasuki kelas tersebut.

"Apa maumu?" Batin Airin, Airin dapat berkomunikasi dengan arwah penasaran melalui batin dan akan dijawab melalui bisikan. Kebiasaan Airin dikelas hanyalah diam dan menulis. Tak tau apa yang ia tulis, semua orang bahkan teman sebangkunya tak peduli dengan Airin.

"Mauku, Nyawa"

"Nyawa?" Batin Airin, Seketika Airin mendengar suara teriakan yang membuat dirinya tak nyaman. Airin menutup telinganya dengan kedua tangannya, Sebagian murid menatapnya dengan heran.

"AAAA!!" teriak Airin yang sontak membuat semua orang terkaget. Airin lalu membuka tutupan tangannya ditelinga nya. Ia berdiri dan berlari menuju ke toilet perempuan.

"Apa itu tadi?" Ucap Airin tersendiri, Ia membuka kran air dan menyiraminya diwajahnya. Airin menatap kaca toilet yang seketika berubah, Kaca tersebut terdapat tulisan yang membuat jantung Airin berdegup kencang.

"Aku tau, Kamu bisa lihat aku. Bawakan aku nyawa yang sudah mengambil nyawaku" seketika lagi, Tangan Airin mengepal dengan kuat. Ia membuka kran airnya lagi lalu menyirami diwajahnya yang kaku. Airin membuka kedua matanya dan menatap kaca yang tiba tiba hilang oleh kata kata tadi.

Airin lalu terdiam membeku menatap kaca tersebut, Ia sontak kaget melihat bayangan hitam lewat dibelakangnya. Sekilas ia langsung keluar dari toilet tersebut dan kembali ke kelasnya dalam keadaan wajah basah.

"Tolong aku!" Teriakan itu bahkan membuat Airin pusing. Ia menutup kedua telinganya saat berjalan di koridor sekolah. Semua tujuan mata tertuju padanya. Airin menghiraukan tatapan itu dan terus berjalan.

BUGHH!

"Aghh!!" Airin terjatuh ke lantai dan melepaskan tangannya dari telinga nya.

"Maaf maaf" ucap seorang pemuda yang menabraknya, Airin terdiam mendengar suara itu. Airin lalu menatapnya dengan tatapan sinis. Karena bingung, Pria itu lalu membuang muka dan memegang tangan Airin untuk bangun.

Airin terus menatap pria itu, Ia merasakan hawa berbeda dari pria tersebut. Airin lalu tersadar dari tatapannya. Sekelilingnya menatap mereka berdua dengan heran.

Airin meninggalkan pria itu yang masih terdiam didepannya. Airin berjalan melewati pria itu dan memasuki kelasnya tanpa ada rasa yang salah pada dirinya.

Seketika bisikan itu tak tertuju lagi pada Airin.

Kring...kring...kring...

Airin tetap terdiam saat bel berbunyi, Semua kelas hening saat ibu guru memasuki kelasnya. Teman sebangku Airin, Sejak Airin datang selalu saja pindah tanpa sepengetahuan guru.

"Selamat pagi anak anak" sapa ibu guru dengan ceria.

"Pagi Bu!"

"Hari ini, Kita bakal tertambah jumlah murid satu lagi. Perkenalkan diri kamu"

"Kenalkan nama saya Anggia Navyrra, Saya pindahan dari Medan" sapa Anggia memperkenalkan dirinya dengan singkat. Semua murid menatapnya dengan senyuman manis. Mata Anggia tertuju pada satu orang, yaitu Airin.

Airin terlihat murung dan menatap lembaran kosong di bukunya. Anggia menatapnya dengan heran dan bingung.

"Naya, Tempat duduk kamu kan disebelah Airin. Kenapa pindah-pindah, Kalau kamu mau buat perintah baru, Silakan keluar dari sekolah ini" Naya menatap Airin sekilas dengan sinis lalu pindah duduk disebelah Airin.

Airin hanya terdiam dan tetap menatap lembaran kosongnya tersebut.

"Baiklah, Kamu duduk di depan Airin ya, Anggia" pinta ibu guru, dengan senang hati Anggia menundukkan badannya sekilas lalu berjalan menuju duduk ke depan Airin. Airin mengangkat tangannya sekilas untuk memberi kode bahwa dirinya yang disebut ibu guru.

"Anggia" Anggia memutarkan badannya menatap Airin yang fokus dengan pelajaran dan menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Namun sesekali ia menatap lembaran kosong itu lagi. Airin hanya menoleh ke arah Anggia dengan wajah datarnya. Anggia yang merasa tak dapat balasan, Lalu kembali menghadap depan dan tak memperdulikan Airin.

"Dia emang gitu, aneh" bisik teman sebangku Anggia. Anggia hanya tersenyum kecil menoleh kepadanya sekilas.

Airin lalu menatap teman sebangku Anggia dengan sinis dari belakang. Mata Airin melotot dengan kesal. Salah satu murid melihat Airin yang sedang menatap teman sebangku Anggia dengan sinis. Murid itu lalu menoleh kembali ke pelajaran, Karena ngerti menatap Airin yang seperti itu.

Ditengah jam pelajaran, Semua terlihat hening. Hanya ada suara guru yang menjelaskan didepan kelas.

SREETTT!!!

Suara pena yang terserat dimeja teman sebangku Anggia yang bernama Jyara. Jyara tanpa sadar menyerahkan pena yang terbuka tanpa penutup nya ke kepala nya.

CRUTT!!
CRUTT!!

Semua murid menatap Jyara sontak terkaget dan mual. Jyara membuat keningnya menjadi berdarah karena menyodorkannya dengan pena. Kepalanya terkena pusat pena hingga beberapa kali. Kening dan matanya berlumuran darah dengan sangat hebat.

Semua murid hanya berteriak histeris. Sebagian memanggil dokter dengan ponsel sekolah. Guru hanya sontak kaget dan memanggil beberapa guru yang berada dikantor.

Tragisnya Jyara hingga meninggal, Dirinya tertusuk pena dikening dan matanya berkali-kali hingga muncrat darah yang banyak.

"AAAA!!!"

Semua orang merasa jijik, Jyara yang tiba tiba membuka matanya yang berwarna putih lalu tersenyum kecil membuat semua orang ngeri dan bergerombolan keluar dari kelas.

Airin yang tetap terdiam membeku di mejanya terdapat keringat dingin di wajahnya. Ia tak mengerti apa yang harus dilakukan. Dirinya terdiam lalu keluar dari kelas dan menuju ke toilet.

"Tolong aku atau semua yang kamu benci akan mati" semua orang pasti berpikir bahwa orang yang kita benci, Mati itu lebih baik. Tidak bagi Airin, Walaupun ia membenci orang, Ia tidak akan melukainya bahkan membalas dendam dengan cara yang tak jelas.

"Aku akan tolong kamu, Sekarang jelaskan, apa yang harus ku lakukan?" Ucap Airin dengan serius. Ia menatap jendela lalu menutup matanya untuk berkomunikasi dengan arwah penasaran.

"Pemuda yang kamu tabrak tadi pagi, Dia membunuh ku. Dia membenci ku karena aku lebih populer darinya. Awalnya kami adalah sahabatan, Karena aku yang lebih dari dia. Dia mengajak ku ke gudang sekolah dan membunuh ku disana. Mayatku dikuburkan dibelakang sekolah"

"Maumu apa?"

"Bunuh dirinya!" Dengan tegas arwah itu berkata

"Aku tidak akan sesekali membunuh orang. Aku akan membantumu, Membantu mu agar ia dapat menyadari kesalahannya"

"Jika kau tidak bisa, Nyawa mu gantinya!"

"Baiklah" Airin membuka matanya lalu berjalan keluar dari toilet sekolah melihat segerombolan orang membawa Jyara keluar dari kelas dan membawanya ke rumah sakit.

***

A/n : Chapter pertama yay, jangan lupa kasih vote nya yah hehe

Thank you :')

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang