2 - Menjadi Petaka

3.1K 251 6
                                    

Suara tangisan terdengar dari kelas Airin. Airin kembali ke kelasnya dengan wajah basah. Ia menatap wajah Jyara yang telah hancur. Airin lalu memasuki kelasnya dan melihat sekumpulan darah di meja Jyara.

Rasanya tak tega, Tapi kalau dibiarkan lagi, Bisa banyak korban yang meninggal. Airin tidak ingin menjadi petaka disekolah ini.

Sebagian siswa/i mengikuti guru untuk ke rumah sakit melihat kondisi Jyara. Lagi-lagi, Airin terdiam dengan muka datarnya.

"Siapa selanjutnya, Haha" Bisikan itu terdengar hingga tiga kali, Airin menutup telinga nya dengan kedua tangannya lalu menutup matanya.

"Katakan, Apa yang harus aku lakukan!"

"Aku sudah bilang padamu, Bawakan aku nyawa dia!"

"Aku tidak akan membunuh siapapun"

"Baiklah, Kita lihat permainan lainnya. Selamat berjuang"

"Aku tau ada cara lain"

Airin membuka matanya, Ia melihat kelas menjadi kosong, entah kemana semua murid murid. Ia tidak peduli, Airin lalu berdiri dan berjalan keluar dari kelas.

BRUK!!!

Saat didepan papan tulis, Pintu nya terkunci dan jendela tertutup rapat. Airin lalu terdiam membeku ditempatnya, Ia tau, Akan ada pertanda lain yang datang.

"Apa maumu!?" Teriak Airin

"Sudah ku bilang, Bawakan aku nyawa dia! Akan ku lepaskan semua petaka mu"

"Aku kan sudah janji, Kalau bakal suruh dia jujur"

"Aku gak butuh jujur, Aku mau dia mati sepertiku!"

"Berhenti mempermainkan ku!" Airin memejamkan matanya untuk meredakan ketakutannya

Meja arah belakang terjatuh histeris yang sontak membuat Airin terkaget. Ia membuka matanya dan menatap ke arah depannya. Kursi dibagian belakang terbang, Airin terdiam membeku lagi, Ia tak tau harus melakukan apa. Airin tau, Arwah itu akan membuat Airin celaka. Kursi itu terbang kearah Airin. Untungnya, Airin dapat menghindar dengan sempurna.

Ia lalu tak tahan dengan semuanya, Airin mencoba berlari ke arah pintu dan membuka pintunya.

"Kau akan berakhir sampai disini!!"

"Baiklah, Aku janji roh mu bakal tenang. Aku sudah bilang, Ambil nyawaku jika aku gagal. Tapi aku belum melakukannya"

"Kesempatanmu hanya berlaku hingga besok, Jika tidak. Nyawa mu lawanku"

"Besok!?" Semua pintu bahkan jendela terbuka, Airin lalu keluar dari kelas nya.

Ia baru sadar, Sekarang adalah jam istirahat. Airin berjalan mencari pria yang tadi pagi ia tabrak.

Seiring waktu, Airin melihat ia berjalan menuju ke arah toilet pria. Dengan sigap, Airin langsung menghampirinya.

"Tunggu!" Pinta Airin, Pemuda itu lalu berhenti dan menoleh ke arah suara tersebut.

"Tolong mengaku kalau kamu yang membunuh sahabat mu" tanpa basa basi, Airin mengatakan semua yang ia dapatkan. Waktunya hanya sampai besok, Sangat singkat.

"Maksud Lo apa?"

"Ngaku kalau kamu yang membunuh sahabatmu, daripada nyawa mu melayang!" Ancam Airin, Pemuda itu lalu tertawa kecil.

"Siapa Lo? Emangnya Lo tuhan, Ngatur hidup mati gue?" Airin melihat disebelah pemuda tersebut terdapat sahabatnya, arwah penasaran tersebut.

"Dia disebelahmu, jika kamu gak ngaku, Nyawa mu akan menjadi lawannya" ancam Airin sekali lagi

"Kalau emang Lo yang bunuh dia, NGAKU! Gue gak butuh waktu lama sama lo, Lo tinggal ngaku dan masalah selesai. Lo ngubur dia gak pakai doa dan gak sempurna, gue malas terlihat dalam masalah ini. Tapi dia memaksa gue!"

"Dia?"

"Gue indigo! Gue bisa melihat mereka yang tak terlihat" pemuda itu terdiam membeku mendengar ucapan Airin.

"Gak, Gue gak mau didalam penjara"

"Lo udah bunuh orang, Sekarang Lo harus ganti rugi sama semuanya. Apa yang Lo tanam, Itu juga yang akan Lo tuai. Percuma kabur, Dia bakal ngikutin Lo sampai ke ujung dunia sekalipun. Setidaknya Lo doain dia biar arwahnya tenang, Minta maaf sama keluarganya. Gue gak tau jelas apa yang terjadi, Tapi yang gue tau, Lo pembunuhnya!"

"Ma-maaf, Gue terlalu gila hormat" Airin tersenyum kecil menatap pemuda itu yang nunduk sambil menaruh tangannya didalam saku. Begitu juga Airin, Ia telah memegang handphone sejak lama bersama dengan pemuda itu

"Lo tutup mulut atau mati!?" Ucap pemuda itu lalu mengangkat kepalanya dan mengambil pisau disakunya, Ia menjulurkan pisau tersebut didepan mata Airin. Airin sontak terkaget dan terdiam membeku

"Lari" bisikan itu, Airin lalu mengikutinya dan berlari menjauh dari pemuda itu.

"KALAU LO BOCOR, GUE BAKAL BUNUH LO!" Airin berlari sekencang mungkin hingga menuju kantor guru.

Airin bergesa-gesa mengetuk pintu lalu memasuki ruangan kantor guru tersebut. Airin lalu memberi rekaman suara yang ia siarkan sejak tadi, Tanpa disadari oleh pemuda tadi.

*DEG*

Ibu guru tersebut terdiam mendengar ucapan ucapan pemuda itu.

"Dia anak saya" ucap Bu guru, Mata Airin membulat mendengar perkataan guru nya. Bagaimana bisa?

"Mak-maksud ibu?"

"Sejak awal, Saya juga sudah tau kalau dia yang membunuh nya. Tapi, Saya juga tidak mau masa depannya hancur kalau harus dipenjara"

"Ibu salah, sebagaimana itu anak ibu, Kalau dia salah tetap salah. Tidak ada pembelaan dalam hal ekonomi atau fisik Bu. Malahan, Kalau dibiarkan, Anak ibu bisa makin melunjak dan bahkan bisa menghancurkan masa depannya sendiri" jelas Airin, Airin terlalu bergesa-gesa saat berbicara. Karena sepanjang hidup nya sebelum mati suri, Ia sangat sulit berkomunikasi bahkan berbicara panjang dengan orang.

"Kamu benar, Maaf saya telah menghancurkan semuanya"

"Sebaiknya, Anak ibu masuk penjara udah beberapa saat ini. Memperbaiki diri lebih baik daripada membiarkan diri menjadi lebih buruk" ibu guru lalu tersenyum kecil menatap Airin yang begitu bijak. Dibalik sifat Airin yang pendiam, Dia juga mempunyai hati yang sangat baik.

***

Besoknya, pemuda itu yang bernama Daniel Radcliffe, Dimasukkan ke penjara selama 3 tahun lamanya. Ia mengakui kesalahannya selama disidang. Airin menjadi saksi buta kejadian pembunuhan itu. Ia menceritakan semua awal jelas dari asal mulanya.

Daniel hanya pasrah menatap Airin, Ia terdiam dan saat ditanya, Ia selalu jujur dalam segala hal. Kali ini, Airin tersenyum dengan sangat manis, Jarang, Bahkan tidak pernah lagi Airin tersenyum sejak umur 5 tahun.

Tok...tok...tok...

3 kali palu dipukul dalam disidang tersebut menandakan sidang telah selesai dilaksanakan.

"Terimakasih, Saya pikir semua akan gagal"

"Gak akan ada yang gagal, Kalau semua bisa berusaha"

***

A/n : Author nulis sambil merinding loh:')

Makasih yah buat votenya teman teman. Ilysm:)

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang