22 - Sesajen

1.3K 84 0
                                    

"Jadi, Apa yang kamu lihat?"

Airin masih terdiam, ia malah menundukkan kepalanya. Dirinya sama sekali tak berani bicara tentang apa yang dia lihat.

"Airin? Lo gak papa kan?" Cetus Raga menatap Airin dengan bingung. Gadis itu seketika mengeluarkan air matanya.

Mata mereka berdua hanya tertuju dengan Airin. Sudah ditebak, Pasti masa lalu itu sangat pahit.

"Nenek..."

"Nenek? Nenek apa maksud kamu?" Ucap Floren, Kakak angkat Raga.

"Kak, Nenek Jena awal dari semua hidup ku"

"Nenek Jena?" Ucap Raga semakin penasaran, dirinya ingin sekali mengetahui semua dengan cepat.

"Nenek Jena itu nenek aku, Nenek yang aku...sayang banget. Tapi ternyata..." Airin malah semakin menderas kan tangisannya.

Raga ingin sekali memeluk gadis didepannya, Namun yang ia pikirkan bahwa mereka hanyalah TEMAN.

"Jangan nangis, gue gak bisa lihat Lo nangis" Ucapan tersebut keluar dari mulut Raga. Airin malah berhenti menangis, rasa takut nya sekarang malah hilang gara gara ucapan Raga.

"Nenek Jena hasut orang tua aku buat ngebunuh keluarga itu"

"Tepat! Itu jawaban dari semua ini, Airin" ucap Floren.

"Setelah itu, mereka tidak akan meneror ku lagi kan kak? Bukannya semua udah jelas kalau nenek Jena awal dari semua ini"

"Belum selesai Airin, kita harus ke tempat nenek kamu"

Airin menelan ludahnya, Dirinya kicep tak bisa berkata apa-apa.

"Airin takut..."

"Lo gak boleh takut, Semua bakal selesai." Ucap Raga menatap Airin dengan senyum manisnya.

Floren hanya menatap mereka berdua dengan tawa yang manis. Sepertinya ada tanda tanda yang lain setelah ini.

***

Mereka bertiga kini berada didepan rumah nenek Airin, tepatnya nenek Jena.

Airin menghembuskan nafasnya dengan berat, Apa yang akan dia katakan pada nenek Jena?

Tokk...tok...tok...

"..."

"Airin, panggil!"

"Ne...nenek" panggil Airin dengan ragu.

"Kayaknya gak ada orang deh" sambung Raga. Memang rumah ini terlihat sangat sepi.

Terdengar suara tak asing bagi Floren, Ia lalu membalikkan tubuhnya menatap seseorang dari jauh.

"Itu siapa?" Tanya Floren, Airin dan Raga lalu membalikkan badannya menatap Sesuatu yang ditunjuk Floren.

"Nenek? Itu nenek!" Ujar Airin, Floren lalu menyuruh Airin diam dengan kode nya.

"Diam, Kita kesana tapi jangan sampai ada yang tau kita disini" Airin dan Raga lalu mengangguk mendengar perkataan Floren.

Mereka hanya mengikuti Floren, Bahkan tak tau apa gunanya mengintip Nenek Jena.

Airin, Raga, Dan Floren berjalan mendekati nenek Jena tanpa di ketahui, Mereka bertiga mencari tempat persembunyian agar tak diketahui.

"Sesajen?" Ucap Floren dengan pelan, Seketika Airin dan Raga lalu menoleh ke Floren.

Mata Airin memerah, "Itu sesajen kak?"

Floren menatap Airin, dirinya mengangguk pelan. Raga hanya terdiam tanpa berkata apa-apa.

Krekkk...

Suara daun terinjak oleh Airin, Mereka berdua lalu menatap Airin.

"Airin, jangan bersembunyi. Bagaimanapun, kau akan ketahuan" Ucap nenek Jena tanpa menoleh, Apa ini? Apa nenek Jena tau kehadiran mereka bertiga? Gimana dia tau?

Nenek Jena lalu berdiri dari tempatnya betapa. Ia lalu berjalan mendekati Airin, Begitu juga dengan Raga dan Floren yang siap berada disamping Airin.

"Nampaknya, Kalian sudah tau semuanya" ucap nenek Jena dengan licik.

"Nek...kenapa? Kenapa nenek lakuin semua ini? Demi harta? Apa harta lebih berharga daripada keluarga!?" Jelas Airin.

"Tentu nenek lakuin semua ini demi harta. Kalian hanya tumbal, Sejak kecil...Mama mu itu tak pernah aku anggap, Airin!" Ucap nenek Jena. Inikah yang namanya sakit hati?

"Hentikan semua ini!" Teriak Floren.

"Sepertinya kamu membawa dua teman mu?" Ucap Jena

Srrtttt....

"Kalian tau ini apa?" Nenek Jena lalu mengeluarkan pisau dari kantong punggungnya. Seketika mereka bertiga diam tanpa berbicara.

"Nek... Ku mohon, jangan"

"Aku lupa berterimakasih dengan kedua orang tuamu yang sudah mati itu. Karena telah memberiku harta yang sangat banyak." Ujar nenek Jena dengan tawa liciknya.

Airin ingin sekali menamparnya, namun mengingat nenek Jena adalah neneknya dan sudah sangat tua.

"Nenek udah permainkan aku dengan orangtua aku. Jadi sekarang terima akibatnya!"

Airin berlari menuju sesajen itu dan mengambil korek api dan sesajen tersebut.

"Airin, Jangan sekali kali kau melakukan hal yang aneh!"

"NENEK UDAH BUNUH ORANGTUA AKU! JADI SEKARANG NENEK JUGA HARUS RASAIN SAKIT YANG AKU RASAIN SELAMA INI"

Airin melempar sesajen nya, Tak lupa mengambil kertas kosong tersebut dan membakarnya.

AGHHHHH!!!!!

"AIRIN!!!!!! KAU TAK AKAN BAHAGIA SELAMANYAA!!!" Cetus nenek Jena yang terbakar. Airin mata Airin lalu mengalir dengan sangat deras.

"Maafin aku nek!"

"Airin!" Teriak Raga mendekati Airin lalu memeluknya dengan lembut.

Airin bisa sekali merasakan kehangatan yang kini ditubuhnya, Dirinya kini bercampur senang dan sedih.

"Kamu melakukan semuanya dengan baik, Airin" ucap Floren dari kejauhan dan tersenyum kecil.

Raga melepas pelukannya, Ia tersadar dan langsung membuat muka. Sedangkan Airin hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.

"Maaf" ucap Raga, Airin lalu menoleh ke Raga dan tersenyum kecil.

"Kamu baik baik aja kan?" Ucap Floren memegang tangan Airin, Tangannya sedikit dingin karena ketakutan.

"Sekarang...aku udah gak punya siapa siapa lagi kak. Sekarang aku sendiri" Airin meneteskan air matanya sedikit demi sedikit.

"Kamu gak boleh sedih, Cewek itu harus kuat. Kamu gak sendiri, Disini ada Raga" Airin menoleh ke Raga yang sedari tadi menatap Floren dan Airin.

"Tenang aja Rin, Gue bakal jaga Lo, kita kan udah temenan dari kecil"

"Makasih kak, Raga. Kalau gak ada kalian mungkin Airin gak bakal bisa selesaikan ini semua sendiri. Makasih banyak" Cetus Airin.

***

A/n : Helloo, Jangan lupa comment dan vote nya yahh:)

Kamsamnida <3

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang