9 - Dirumah Sendirian!

2K 130 1
                                        

Pagi ini, Aira dan Airin tengah berada di kotanya, mereka sudah pulang dari kampung neneknya tersebut. Tanpa gangguan atau bisikan aneh sedikitpun pada Airin.

Airin baru saja bangun dari tidurnya yang lelap, Ia melihat ke jendela dengan mata yang sedikit memeram dan hanya memakai piyama.

"Kenapa sepi banget?" Ucap Airin tetap menatap jendela dari sekelilingnya.

CEKLEK!!!

"Airin, udah bangun?" Hari ini, Airin izin sekolah karena ia lelah atas perjalanan yang sangat panjang.

"Iya ma, Kenapa didepan sepi banget? Biasanya kan ramai pagi pagi gini" tanya Airin menatap mamanya dengan berbagai pertanyaan

"Mama juga nggak tau, didepan juga gak ada yang jual sayur" seketika wajah Aira memerah, Ia tersenyum ngeri dengan tatapannya yang tajam dan panas.

Darah mengalir dari kepalanya, Mata hingga ke bawah badannya. Airin terdiam membulatkan matanya, pikirannya entah kemana, Ia terdiam membeku dengan tangan yang sangat gemetar.

"Mati! Mati!!!" Ucap wanita didepannya menjulurkan tangannya dengan senyuman seram, Wajahnya kini dipenuhi dengan sangat banyak darah. Airin tetap terdiam membeku.

GREBBB!!!

"Aww!!" Teriak Airin kesakitan, Ia terbangun dari tidurnya. Entah itu seperti nyata baginya.

"Airin??" Pintu kamar terbuka memperlihatkan sang mama (Aira), Dengan sigap Aira lalu berlari ke arah Airin yang terjatuh dari kasurnya.

"Kamu kenapa, sayang?" Tanya Aira dengan wajah cemas

"G-gak papa ma, Airin cuman mimpi buruk" jawab Airin lalu duduk di lantai dengan lemas

"Kamu sakit? Kenapa badannya panas gini?"

"Enggak ma, Airin cuman capek"

"Besok jangan sekolah ya!"

"Gak mau ma, Airin besok harus sekolah"

"Kamu bisa gak sih dengerin mama?"

"Airin bakal jaga kesehatan, Airin kan kuat. Anak mama itu kuat" rayu Airin kini dengan raut wajah yang berubah menjadi senyum cerah.

"Terserah kamu, Mama gak mau dengar kamu kenapa Napa besok disekolah!" Tegur Aira, Ia lalu menangkap tangan Airin dan membantunya untuk berdiri kembali.

"Kamu istirahat dulu, Mama masakin bubur" Airin mengangguk kecil dengan wajah datar nya lalu membaringkan badannya dikasur. Aira lalu mengelus kepala Airin pelan lalu keluar dari kamar tersebut.

"Kenapa mimpinya kayak nyata? Rasanya.... Berbeda!" Ujar Airin menatap ke atas kamarnya yang kosong. Kamar Airin memang sangat sepi, kosong. Ia hanya menyimpan beberapa buku dan hal yang menurutnya berguna dan penting.

Tentang cinta? Tentu saja Airin tidak pernah berpacaran atau mencintai siapapun. Lelaki mana yang mau dengan gadis indigo dan pendiam seperti Airin. Tapi disisi lain, Airin salah satu orang yang setia.

"Seandainya... Aku gak pernah mati suri, Mungkin aku bisa kayak gadis seperti biasa" Airin lalu memeremkan matanya sejenak dengan lemas.

CEKLEK!!!

"Airin, Makan dulu buburnya" Airin lalu membuka matanya dengan pelan lalu bangkit, Duduk dikasur nya. Aira lalu memberikan semangkok bubur dan tersenyum tipis.

Dring...dring...dring...

Ponsel Aira berbunyi tepat di sakunya, Airin lalu memberhentikan makannya menatap sang mama.

"Bentar ya sayang" Airin mengangguk kecil dan melanjutkan makannya.

5 menit kemudian...

"Mama, Airin udah siap" ucap Airin, Sontak Aira membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah Airin yang lalu terbaring lemas dikasurnya.

"Airin, Kamu bisa kan sendiri an dirumah" kata itu lalu muncul dari Aira, Airin lalu memiringkan bibirnya dan menatap Mamanya dengan wajah datar. Ia paham apa yang disampaikan mamanya.

"Airin bisa Ma"

"Kamu yakin? Mama sama papa mau pergi ke London untuk urusan kerja. Paling hanya 1/2 Minggu gitu"

"Tenang Ma, Airin udah dewasa. Airin bisa jaga diri sendiri" ucap Airin dengan senyum tipisnya, Begitu juga dengan Aira yang tersenyum menatap Airin yang sangat nurut padanya.

"Kapan berangkatnya ma?"

"Kami harus buru buru, Jadi kemungkinan nanti sore. Tapi mama batalin jadi besok, soalnya kamu kan lagi sakit"

"Ngga ma, Ngga. Airin udah mendingan kok, Airin kan udah gede, Ma!" Ucap Airin, Aira lalu tertawa kecil menatap Airin yang memohon.

"Hmm, Mama gak yakin nih" rayu Aira menaikkan kedua alisnya dan tersenyum licik.

"Iya iya, Kalau ada apa apa. Kamu minta sama bapak ico aja" bapak ico (pak satpam) dirumah Airin.

"Siap ma, Tenang"

***

Disore hari, Airin dan kedua orangtuanya tengah berdiri didepan pintu membawa koper koper.

"Rin, kalau ada apa apa, Bilang sama mama. Telepon" Cetus Aira

"Iya ma"

"Nanti uang keperluan kamu mama transfer ya"

"Iya ma"

"Kamu jangan buat masalah, biarin dulu mata batin kamu gak bekerja selama 1/2 mingguan gitu"

"Mana bisa ma, Mama kira nego nego an"

"Ck!, Jangan lupa makan!"

"Iya mama ih bawel"

"Bawel gini demi kamu!"

"Iya ma, Bye ma, Pa" Aira lalu mencium kedua pipi Airin dengan hangat lalu menaiki mobil.

Airin tersenyum tipis dan melambaikan tangannya melihat mobil orangtuanya yang mulai menjauh.

Ucapan sang mama terpikir didalam otak Airin "Kamu jangan buat masalah, biarin dulu mata batin kamu gak bekerja selama 1/2 mingguan gitu"

"Emang bisa?" Ucap Airin memikirkan perkataan tersebut.

Lalu, Airin memasuki rumahnya dengan wajah datarnya. Ia merasa ada yang berbeda ditubuhnya, Semuanya terasa nyeri saat menaiki tangga.

"Aghh, Kenapa wajahku seperti nyeri banget sih!?" Kesal Airin lalu berlari ke arah kamarnya.

Airin terlihat bosan lalu berbaring diatas kasurnya, sejenak ia ingin membaca novel miliknya. Ia mengambil nya di rak buku tersebut. Lalu sontak perlahan membuka buku nya.

Ditengah pembacaan Airin, Ia melihat ada sesuatu yang janggal di tulisannya tersebut.

"Eh?"

Sedikit demi sedikit, Tulisannya menjadi merah dan layu layaknya seperti tumbuhan. Huruf itu menjadi meleleh seperti darah yang mengalir. Airin membuang Bukunya dilantainya dengan mata yang membulat.

"Darahh?" Airin membulatkan matanya selalu, lalu menatap buku tersebut dengan pikiran kosong.

***

A/n : kira kira ada apa ya sama bukunya? Jangan lupa vote tas readers kuuhh:)

Thank you! See you in next chapter !!!

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang