Epilog

1.4K 78 1
                                    

Airin berjalan di koridor kampusnya dengan tatapan wajah semua orang ke arah mereka. Karena sedari tadi Airin berjalan berdua bersama Raga yang sangat dikagumi mahasiswi disini.

Suara terdengar nyaring, dengan ucapan-ucapan pedasnya Netizen yang norak A.K.A gak tau hubungan jelas Airin dan Raga.

"Airin...Airin. muka doang baik, Taunya...semua cowok di deketin"

"Bingung cabe jaman sekarang."

"Raga gua diambil, ga terima !"

"Semua aja diambil, gak sekalian tuh Abang angkot jemputan gua lu ambil!?"

Airin menundukkan kepalanya, Raga ingin membuka suara, namun tangannya ditarik untuk memberi kode agar Raga tutup mulut dan terus berjalan tanpa hiraukan perkataan orang lain.

"Mau ke taman?" Airin mengangguk pelan, Raga lalu menggenggam tangan Airin membuat semua orang yang melihatnya sontak emosi.

***

Airin masih terdiam menatap ke depan ditaman, belakang Kampus.

"Hey, Mukanya jangan murung gitu. Udah jelek tambah jelek nanti" ejek Raga.

"Ihh apaan sih kamu!" Airin lalu menoleh ke Raga dengan wajah kesalnya.

"Jangan dengerin kata orang terus, kalau didengerin, gimana hubungan kita bisa lenggeng?" Protes Raga.

Airin memang selalu gampang memakan omongan orang, Terpengaruh dengan sekitarnya.

"Tapi kayaknya, semua orang gak suka aku dekat sama kamu" ucap Airin.

"Siapa yang jalanin hubungan ini?"

"Kita"

"Siapa yang pacaran?"

"Kita?"

"Terus kenapa dengerin orang lain?"

"..."

"Tapi...keliatan banget, mereka jadi benci sama aku" sambung Airin.

"Kalau mereka benci sama kamu siapa? Tapi yang pasti kamu gak benci sama mereka kan?" Ujar Raga, Airin lalu menundukkan kepalanya, Seperti biasa.

Raga memegang dagu Airin dengan telunjuknya lalu mengarahkannya ke depan Dia.

"Hmm?" Gumam Airin.

"Jangan sedih terus, Katanya mau semangat untuk setiap hari. Mana?" Tanya Raga dengan menaikkan satu alis matanya.

"Kadang...Perkataan enggak sesuai harapan, dan kadang juga harapan gak sesuai realita. Aku harus gimana?" Ucap Airin dengan nada rendah.

"Terus sekarang kamu mau hubungan kita gimana, Airin??" Airin terdiam kicep.

Tak mungkin Airin memutuskan Raga, sedangkan ini yang ia tunggu. Namun gimana juga, ia harus menghindari omongan pedas mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini.

"Bingung..."

"Jujur aja, kalau begini terus. Gua malas Rin, gua capek. Lo terus terusan dengerin kata orang. Gimana Lo mau berkembang?"

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang