"Airin..." Bisik seperti seorang wanita yang kelemahan.
"Siapa kamu?" Tanya Airin menatap sekelilingnya yang tetap aman. Namun darah berceceran dibuku yang dilempar Airin ke lantai tadi. Airin lalu menutup matanya sontak semuanya gelap.
"Tolong!"
"To....tolong apa??" Tanya Airin sekali lagi dengan gugup.
"Jem...ba..Tan.. aku! Mati...!!"
"Apa maksudnya? Jembatan, Aku, Mati? Jelaskan!!" Ucap Airin dalam batinnya sentak matanya terbuka karena paksaan.
"Agh, Selalu saja tak bisa jelas!" Kesal Airin lalu menatap buku dilantainya yang kembali semula. Ia menatap buku itu dengan bingung dan mengambilnya.
"Jembatan Gantung" Kata tersebut tertulis dalam buku Airin dengan darah.
"Siapa kamu? Tunjukkan dirimu!" Teriak Airin dengan santai, Ia lalu menatap ke depan ke arah seorang wanita dengan wajah dan baju berlumuran darah.
Airin menatap matanya dengan santai, Begitu juga dengan wanita tersebut menatapnya kembali.
"Tumbal ku selanjutnya!"
"Tumbal?"
"Carikan aku tumbal, aku akan memberi harta yang berlimpah!"
"Haha! Aku tidak gila! Apa maumu!?"
"Aku mau tumbal!"
"Aku tidak akan memberi mu satu nyawa pun! Aku akan menolongmu jika kau tidak meminta yang aneh aneh!"
"Aku tidak yakin kau bisa!"
"Aku yakin aku bisa!" Yakin Airin, Wanita itu lalu menghilang dihadapan Airin, "Aku yakin!" Sambung Airin lagi.
Airin lalu kembali mengambil buku itu dan dan meletakkannya di lemari buku nya. Airin dengan wajah datarnya menuruni tangga rumahnya.
"Jembatan? Apa itu petunjuk?" Batin Airin, Ia selalu memikirkan hal tersebut dalam pikirannya
"Daripada nanti terlanjur malam, aku pengen mencari tau tentang jembatan itu!" Ucap Airin, "Jembatan gantung?"
"Memangnya ada ya jembatan gantung?" Ucap Airin sembari membuka pintu utamanya dan keluar menatap langit langit.
Airin lalu menatap kedepan rumahnya, baginya pemandangannya tersebut sedikit aneh. Atau mungkin hanya matanya saja yang buram? Semuanya terlihat sedikit hitam.
Bayang-bayang melewatinya, entah apa yang dipikirkan Airin. Rasanya pusing.
"Aghh, siapa kalian? Kenapa sih menggangu aku!?" Teriak Airin sontak membuat bayangan tersebut hilang dan tak terlihat lagi
Seseorang dibelakang Airin memegang bahunya dengan pelan, Airin sontak terkaget dan membalikkan badannya dengan mata tertutup, Ia sudah merasakan hawa jahat dibelakangnya.
Ia tak ingin terkaget, ia hanya menutup matanya agar dapat berbicara dengan makhluk tersebut dengan jelas.
"Apa maumu?"
"Tumbal tumbal ku! Berikan aku tumbal lagi!"
"Aku sudah bilang padamu! Aku akan membantu mu!"
"Pergi ke jembatan gantung!"
"Aku tidak pernah mendengar jembatan gantung di sini! Apa kamu mengerjai aku!?"
"Kau saja yang tidak mengerti wawasan diluar sana! Jembatan gantung tidak jauh dari rumahmu! Pergi kesana! Aku memberi mu waktu hingga malam ini! Jika kau tidak bisa menyelesaikan apa yang nanti ku ucapkan, kau akan menjadi tumbal ku selanjutnya!"
Setelah mengucapkan itu, Mata Airin sontak terbuka menampakkan sekeliling cerah tidak seperti yang sebelum nya ia lihat.
Airin segera memasuki rumahnya dan mengambil tas serta uangnya, Ia lalu kembali ke pintu utama dan menguncinya. Sembari ia menunggu bus didepan rumahnya.
***
Hanya 15 menit perjalanan ke Jembatan Gantung, disana terlihat sepi, Bahkan jarang sekali ada motor atau mobil yang melewati jembatan tersebut.
Jembatan tersebut terlihat tak ada orang yang melewati, sangat sepi bahkan hanya suara air yang bergemuruh.
"Ini jembatan gantung? Kenapa sepi sekali!?" Ucap Airin menatap sekelilingnya dengan wajah bingung. "Kenapa nama jembatan ini menyeramkan?" Sambung Airin
Begitu banyak pertanyaan di pikiran Airin, entah siapa yang bisa menjawab satu per satu pertanyaan aneh ini.
Airin berjalan terus melewati jembatan tersebut sendirian, Ia menatap ke ujung jembatan terlihat seorang kakek kakek dengan wajah kusutnya membawa sekantong benda ditangannya.
Airin tanpa segan lalu berlari dan menghampiri kakek tersebut sembari bertanya dengan sopan.
"Permisi kakek" kakek tersebut sontak menatap Airin dengan wajah yang sama dengan datarnya.
"Siapa kamu!?"
"Perkenalkan kek, Nama saya Airin."
"Buat apa kamu kesini? Tidakkah kamu bisa membaca, Jangan berjalan sembarangan di jembatan ini!?"
"Tapi kek... Bagaimana dengan kakek? Kenapa kakek berjalan disini?" Lawan Airin menatap kakek tersebut dengan bingung.
"Bukan urusan kamu menanyakan hal itu! Sebaiknya kamu pergi atau kamu akan terkena petaka!!" Ancam kakek itu lalu pergi meninggalkan Airin tanpa menunggu jawaban Airin.
"Sudah ku duga! Kakek itu pasti tau sesuatu tentang jembatan ini!" Ucap Airin dengan kesal membulatkan matanya "Waktu ku hanya sampai malam ini!" Tambah Airin.
Airin lalu berlari tak jauh dari kakek itu mengikuti nya sampai di suatu hutan yang hanya terdapat 1 gubuk. Kakek tersebut lalu memasuki gubuknya dan menutup pintu, Airin melihatnya dari belakang pohon dan memantau nya.
Airin menyantaikan dirinya lalu berjalan ke gubuk itu dengan pelan pelan, Ia lalu mengetuk pintu tanpa rasa segan dan takut. Karena waktunya hanya sedikit lagi.
Tok...tok...tok...
Kakek tersebut lalu membuka pintu itu dengan wajah datar, ia membulatkan matanya melihat Airin yang ternyata mengikutinya.
"Apa lagi!? Apa maumu?" Tanya kakek tersebut
"Kakek, maafkan saya. Saya hanya disuruh sama seorang wanita."
"Si...siapa?"
"Saya tak mengerti, wanita itu memakai baju berlumuran darah, Apa kakek tau tentang itu?"
"Kamu bisa melihatnya?"
"Saya disuruh kesini, kek. Saya hanya ingin membantu wanita itu agar tidak mengambil nyawa orang sebagai tumbal. Saya indigo" jawab Airin.
"Tidak penting bagi saya! Pergilah!" Usir kakek tersebut dengan wajahnya yang terlihat kesal, Airin tak pindah dari posisinya, ia tetap berdiri tanpa berjalan pergi sedikitpun.
"Tolong kek! Saya hanya ingin membantu. Jika tidak sampai malam ini, saya akan dijadikan tumbal atau begitu juga dengan orang lain!" Mohon Airin dengan wajah lesuh.
"Masuklah!" Pinta sang kakek.
***
A/n : helooww ma pren:3, Waiting yah for next chapter
Thank you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR
Детектив / ТриллерAirin Freya, Gadis berusia 17 tahun. Hanya karena terbangun dari mati surinya pada saat kecil, Ia dapat melihat berbagai makhluk aneh. Awalnya ia merasa hanya sebatas imajinasi atau halusinasi, karena seiring berjalannya waktu. Ia mengetahui sedikit...