Perjalanan ke rumah Airin, kini diperjalanan semua terlihat canggung. Ingin sekali Airin atau raga memulai pembicaraan, namun takutnya mereka salah berbicara.
Akhirnya, Mereka terdiam hingga sampai dirumah Airin. Airin menuruni motor besar Raga dengan sangat pelan-pelan.
"Mau gue bantu?" Ucap Raga menawarkan sambil menatap Airin dengan tatapan datar.
"Eng--enggak, gak usah" jawab Airin tanpa menatap balik raga.
"Love?" Batin Airin
"Aku tak akan membiarkan semua terjadi Airin! Kau harus tetap seperti ini!" Bisikan tersebut kembali ke telinga Airin membuat nya terdiam membeku didepan raga sambil menatapnya dengan tatapan sinis.
"Kenapa liatin gue gitu?" Sadar Airin, ia langsung mengedipkan matanya dengan cepat.
"Raga, aku mau akhiri semua ini"
Raga menaikkan satu alis matanya, tak mengerti apa yang Airin ucapkan, sama sekali ia tak menganggap itu adalah hal yang buruk.
"Maksudnya?"
"Emmm, gak papa" ucap Airin lalu tersenyum dan membalikkan badannya, memang semakin hari ia sangat aneh. Perilakunya sangat tak meyakinkan.
"Hidup ini banyak air mata, rahasia bahkan CINTA!" Ucap Airin pelan sambil menaiki tangga rumahnya.
Tok...tok...tok...
Airin berhenti menaiki tangga tersebut karena mendengar ketukan pintu dari pintu utamanya, ia membalikkan badannya sedari berjalan ke arah pintu tersebut.
Perasaannya yakni tak enak hingga kali ini, Badannya membeku namun ia tetap berjalan dengan perasaan cemas.
Airin membuka perlahan pintu tersebut berharap tak ada yang aneh dan menakutkan, kini ia sangat lelah untuk berkomunikasi dengan hantu lain atau bahkan...NASA.
Airin menaikkan satu alis matanya menatap seorang yang asing didepan matanya.
"Siapa kamu?"
"Permisi dek, apa ini rumah dari pemilik bernama bapak Azka dan ibu Aira?"
Deg!
Entah kenapa, semakin lama perasaan Airin semakin tak nyaman.
"Iya, ada apa?"
"Bisa panggilkan keluarga nya?"
"Sa-saya sendiri anaknya"
"Oh baik kalau begitu, saya mau memberikan informasi. Bapak dan ibu kamu telah meninggal karena kecelakaan pesawat, terjadi tidak lama saat saya kesini, sudah 2 jam an. Saya sudah klarifikasi tentang kepribadiannya hingga data dirinya. Hanya jasatnya ditemukan tewas di lautan, beruntungnya tim menemukannya walau dalam keadaan meninggal"
Tes!
Air mata Airin tak karuan mendengar ucapan pemuda tersebut, perasaannya campur aduk antara sedih dan bingung. Apa ini mimpi? Kalau mimpi, bangunkan!
"Bapak... Mungkin bapak salah orang" cetus Airin yang masih tak percaya, dirinya bingung menatap bapak itu dengan keadaan wajah cemas serta air mata yang berjatuhan.
"Maaf dek, setelah klarifikasi dan penelitian, itu yang kami dapatkan. Jika Adek berminat untuk menemui jasat tersebut, bisa datang ke bandara kami. Karena kebetulan jasat belum di kuburkan dan di bawa" ucapnya, "juga banyak yang belum didapatkan jasatnya" Badan Airin membeku tak karuan, jantungnya kini berdegup dengan sangat kencang.
Batin Airin hanya berkata "Nasa, ini balas dendam mu?"
Airin mengangguk pelan lalu menundukkan kepalanya. "Kalau begitu mari saya antar ke bandara tersebut" ucap pria tersebut.
***
Sesampai di bandara tersebut, Airin menatap beribu orang tenggelam dalam pelukan dalam keadaan nangis. Hidupnya terlihat kacau bahkan ada berteriak dengan ucapan yang tidak jelas. Airin ingin sekali berteriak melampiaskan segalanya, namun ia sangat tak mengerti apa yang ia rasakan.
"Saya duluan ya dek, masih banyak yang harus saya kerjakan" Airin menoleh menatap pria disebelahnya dan mengangguk pelan.
Airin terjatuh dengan tangannya yang lemas, ia menangis tak karuan. Suara menangis nya pun sangat besar membuat sebagian perhatian tertuju padanya.
"AKU BENCI NASAA!!!" teriak Airin.
"Airin..." Suara lembut tersebut membuat Airin terdiam, suara tersebut sangat lembut bahkan ia jelas mengenal suara itu. Airin berdiri dengan pelan dan menoleh ke belakang, arah suara itu.
"Raga?" Ucap Airin pelan, Raga lalu memeluknya dengan sangat hangat. Airin bahkan sangat tak mengerti.
"Airin, kenapa Lo gak bilang Lo anak Tante Aira?" Airin terlihat bingung, wajahnya kini cemas. Ia sangat bingung apa yang dikatakan, Apakah raga mengenalnya?
"Airin, jangan dengar kan Raga!" Airin terdiam mendengar bisikan itu. Ia penasaran dengan ucapan sambungan raga.
"Raga, kamu kenal mamaku?"
"Airin! Gue Raga. Buka mata Lo! Gua teman kecil Lo!" Airin tentu saja tidak kaget, ia sudah tau sejak sebelum bertemu raga, bahwa ia akan bertemu cinta pertamanya.
"Raga, aku tau"
"Terus kenapa Lo diam!? Kenapa Lo gak bilang siapa Lo!? Kenapa Lo gak kasih tau gue?"
"Karena hidup ku bukan tentang kamu aja, Raga! Aku terjebak dalam indigo ku ini semua karena kamu! Aku seperti ini sekarang juga karena kamu! Aku kehilangan mereka KARENA KAMU!" Entah kenapa, hati raga kini sangat menusuk dengan kata kata Airin, Airin lalu menundukkan kepalanya tak sanggup menatap Raga.
"Kini gue udah tau semua tentang Lo"
"Kamu gak tau apa-apa raga!" Airin meneteskan terus Air matanya, kini ia sangat sedih karena kehilangan orangtuanya ditambah raga, sahabat kecil yang ia sangat sayang berada didepannya.
"Airin, gue rindu sama Lo! Gue dari kecil selalu dari keberadaan Lo! Gue selalu mikirin Lo! Dan awal bertemu gue berharap Lo itu Airin yang gue cari selama ini!" Ucap Raga kini dengan mata berkaca-kacanya, "gue tau Nasa!".
Airin menaikkan wajahnya menatap Raga karena ucapan terakhir yang ia ucapkan. Matanya membulat, tak percaya dengan semua ini.
Kini bagi Airin, Air matanya berjatuhan, Cinta yang ia kagumi sejak dulu kini didepannya, dan rahasia yang mungkin hanya ia tau kini di ketahui oleh pihak lain yang jelas adalah... Cinta pertama Airin.
***
A/n : Semakin lama sepertinya semakin menegangkan yah!
Ayo ikutin terus hehe:) vote ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR
Детектив / ТриллерAirin Freya, Gadis berusia 17 tahun. Hanya karena terbangun dari mati surinya pada saat kecil, Ia dapat melihat berbagai makhluk aneh. Awalnya ia merasa hanya sebatas imajinasi atau halusinasi, karena seiring berjalannya waktu. Ia mengetahui sedikit...