Kini raga berada didepan Airin menatapnya dengan tatapan amarah, namun ditahannya. Karena ia tau, gadis didepannya juga sedang tersakiti karena kematian orang tuanya.
"Airin, tatap gue!" Airin masih saja menundukkan kepalanya, terlihat air mata yang berjatuhan. Ia selalu berfikir...
"Lebih baik aku harus menolong hantu daripada rahasiaku semua terbongkar!"
"Jangan...jangan kenal sama aku lagi!"
"Kenapa!? Karena Nasa? Karena Nasa yang udah buat kamu indigo seperti ini? Karena Nasa, bukan Gue!"
"Raga, tolong jangan sekarang membahas ini! Aku ingin lihat orang tua ku" Airin masih saja menunduk. Kali ini Raga akan mengalah karena ia juga tau kalau Airin anak tunggal dan hanya mempunyai 2 orang nya itu.
Airin berjalan duluan entah kemana arah yang ia lewati, Kaki nya melemas. Ingin sekali rasanya ia berteriak sekuat mungkin, namun kali ini keadaannya berbeda. Ia hanya ingin memeluk kedua orang tuanya.
"INI SEMUA KARENA KAMU NASA!" batin Airin, kedua tangannya mengepal sangat kuat. Jika Nasa kini berada didepannya, Airin yakin ia akan melawan Nasa. Namun Airin yakin bahwa nasa tak ada disini.
Airin melihat banyak pekerja di bandara tersebut yang membawa mayat mayat yang tenggelam dari pesawat tersebut.
"Mama!! Papa!!" Airin menangis sekuat mungkin, dirinya tak tahan melihat tubuh kedua orangtuanya terbaring lemas. Airin berlari ke arah kedua orangtuanya yang kini di taro di lantai.
"Mamaa... Jangan hiks.. ninggalin Airin.. PAPA! Bangun kalian!.. Airin gak mau sendiri... Airin mau kalian! Airin butuh kalian" Airin menangis berjongkok sambil menundukkan kepalanya. Rasanya ada cambuk yang menusuk dadanya dengan sangat keras.
"Dek, bisa kami bawa orangtua kalian dulu?" Ucap seorang petugas berdiri disamping Airin sambil menatapnya dengan senyum kecil.
"Pak, bapak harus periksa dulu. Mama sama papa belum meninggal! Mereka cuman pingsan!" Tegas Airin.
"Dek... Ini sudah takdir, lebih baik kamu terima ya. Saya turut berduka cita" Airin berdiri lalu menundukkan kepalanya tanpa menoleh melihat petugas tersebut membawa kedua orang tuanya.
"Airin..."
"Ini semua karena KAMU!! Kalau dari awal aku gak dekat sama kamu. NASA GAK BAKAL BUNUH ORANG TUA AKU!"
"Gue lebih tau tentang Lo Airin dibanding Lo tau diri Lo sendiri" Airin sama sekali tak peduli apa yang dikatakan Raga.
***
Kini rumah Airin lebih sepi dari yang ia pikirkan, Memang selalu sepi. Namun biasanya sebelum orangtuanya pergi, Airin selalu dihibur jika ada masalah, selalu disemangati jika ada masalah.
Airin kini terduduk dikasurnya sambil memeluk bingkai foto keluarganya.
"Mama, Papa... Airin rindu"
"Itu akibatnya, Airin. Jangan selalu bermain main denganku!"
"Ini semua karena kamu NASA! Kenapa gak bunuh aku aja!? Kenapa orang tua aku? Kenapaa!?" Tangan Airin melemas untuk mengambil barang, ia sangat ingin melempar barang nya ke Nasa walau ia tau itu percuma karena Nasa hanya Hantu.
"Kenapa NASA? Apa mau kamu!? Apaa!?"
"Aku tak akan mengulangi kesalahan bodoh ku lagi Airin"
"Kesalahan apa!? Ucapkan padaku!!! Akan ku tebus kesalahanmu itu nasa. Aku mohon, jangan sakiti orang yang aku sayang"
"Apa kau bisa menebus kesalahanku karena aku membocorkan rahasiaku ke salah seorang yang dekat denganmu"
Mata Airin membulat, "yang dekat denganmu" kata tersebut terpikir oleh Airin. Namun yang dibenaknya kini hanyalah orangtuanya, Orangtua nya lah yang sangat dekat dengannya.
"Banyak pertanyaan bahkan jawaban yang tak kau tau, Airin. Aku akan menghilang jika..."
"JIKA APA!?"
"Jika, Raga menghilang juga denganku" Airin menggelengkan kepalanya, ia pasti tak akan melakukan itu. Ia tak ingin memiliki kebahagiaan namun dengan cara melukai orang lain.
"Iman ku bahkan lebih kuat untuk menghilangkan mu!" Nasa tersenyum sinis menatap Airin dengan tatapan tajamnya.
"Untuk pertama dan terakhir kalinya Airin. Aku beri kau 3 hari mencari pertanyaan dan jawaban itu. Jika 3 hari tak kau ketahui, raga akan ku bunuh" Lalu hilang lah Nasa tepat di hadapan Airin.
Airin baru saja memejamkan matanya, Namun suara ketukan pintu berada dari luar terdengar di telinga Airin. Ia lalu berdiri namun agak lemas.
"Raga! Cuman raga jalan satu satu nya!" Batin Airin.
Airin berjalan menuruni tangga dengan cepat. Lalu membuka pintu, menatap seorang pemuda didepannya.
"Airin... Gu---" belum saja Raga melanjutkan pembicaraan nya, Airin lalu menarik baju raga agar ia memasuki rumah Airin.
"Raga! Tolong aku!" Raga menaikkan satu alis matanya, Ia tak mengerti apa yang dimaksud gadis didepannya itu.
"Tolong?"
"Aku tau kamu tau tentang aku! Jadi beri tau aku apa yang kamu tau!"
"Kamu adalah Airin yang aku kenal sejak dulu" ucap Raga menatap Airin dengan serius.
"Raga, dengar aku tolong. Dia kasih aku 3 hari buat nemuin pertanyaan dan jawaban. Tapi aku sama sekali gak ngerti. Dan kamu bilang kamu tau semua tentang aku bahkan apa yang aku sendiri gak tau"
Raga menundukkan kepalanya. Ia sangat takut untuk memberi tahu semuanya kepada Airin. Ia takut kalau Airin malah membencinya selamanya. Karena yang raga cari selama ini ada didepannya, dan ia tak akan melepaskannya karena hanya satu kalimat.
"Gue gak bisa kasih tau"
"Raga, please! Tantangannya nyawa kamu!"
"Lebih baik aku mati, Airin! Daripada harus kasih tau semuanya sama kamu"
"Raga, Aku mohon! Aku gak akan marah atau kecewa sama kamu. Kasih tau aku dan semua akan baik-baik aja. Promise me!" Airin lalu menjulurkan kelingkingnya ke hadapan Airin.
Raga memang sangat ragu untuk menerima permintaan Airin. Tapi kini di benaknya hanya satu, Ia tak mau membuat gadis didepannya ini kecewa karena raga menolaknya.
"Tapi..."
"Makasih raga" Airin lalu memeluk raga dengan histeris. Dirinya sangat senang saat mengetahui Raga akan membantunya untuk menyelesaikan masalah hidupnya.
Raga masih terdiam duduk dikursinya membeku. Pelukan yang amat lama tak ia rasakan kini berada didepannya, pelukannya begitu hangat, Tak beda seperti dulu.
"Maa--maaf. Reflek"
"Gue pulang dulu" Airin menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil lalu mengantar Raga ke depan rumahnya.
"Makasih Raga, makasih udah mau tolongin gue" sesungguhnya raga sangat ragu untuk mengatakan itu semua. Namun ia berfikir lagi sejenak, pikiran tersebut berubah.
***
A/n : heyo gais watsapp:v apadeh.
Makasih udah baca ini "Fear With Love" artinya Ketakutan pada cinta. Sebenarnya artinya itu ketakutan dengan ditambah cinta yang membuat ia takut gitu.
Apadeh maksudku:v yauds makasi udah baca, jangan lupa votenyabtem
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR
Mystery / ThrillerAirin Freya, Gadis berusia 17 tahun. Hanya karena terbangun dari mati surinya pada saat kecil, Ia dapat melihat berbagai makhluk aneh. Awalnya ia merasa hanya sebatas imajinasi atau halusinasi, karena seiring berjalannya waktu. Ia mengetahui sedikit...