Hari kedua Grace bersekolah di SMA Harapan Bangsa, keadaan kelas 12 Bahasa 2 jauh dari kata tenang. Kelas itu sangat ribut seketika menjadi hening karena kedatangan pak Dandang. Guru Matematika. Semua murid duduk di bangku mereka masing-masing tapi beda halnya dengan Randy, dia malah sibuk duduk di pojokan mendengarkan lagu menggunakan headphone dengan kaki naik ke atas kolong meja sambil memejamkan mata.
Tanpa Randy sadari pak Dandang sudah ada di sampingnya, semua murid sekarang tertuju pada Randy. Tapi Randy tidak menyadarinya dia masih sibuk mendengarkan lantunan musik yang keluar dari handphonenya.
Pak Dandang mencolek bahu Randy, bukannya Randy menoleh dia hanya berbicara sarkas. "Apaan sih ganggu aja!" masih dengan memejamkan mata. Pak Dandang mencolek bahu Randy untuk kedua kalinya, tapi tetap saja. Randy malah berteriak. "Etdah lo dibilangin ngeyel amat sih!"
Seketika semua murid tertawa, karena merasa terganggu cowok itu menoleh dan refleks berteriak. "EH ADA MONYET!" semua murid tertawa semakin keras, yang langsung mendapat tatapan tajam dari pak Dandang.
"Kamu ngatain saya monyet?!" ucap pak Dandang marah. "Sini kamu kedepan!" lanjut pak Dandang sambil menjewer telinga Randy. Randy hanya bisa memekik kesakitan. "Auu... Auu... Etdah sakit Pak!"
Semua murid tertawa melihat Randy, dan sekali lagi pak Dandang memberikan tatapan tajam kepada semua murid. Mendadak kelas menjadi sepi.
"Randy apa kamu tidak dengar bel masuk kelas berbunyi?" ucap pak Dandang marah.
"Mana saya tau pak. Kan tadi saya pakai Handphone. Apa bapak gak liat?" jawab Randy polos seakan dia tidak melakukan kesalahan.
"Kamu ini kalo ditanya itu jawab yang bener, itu juga baju kamu kenapa kamu gak masukin?"
"Kan biar keren pak,"
"Biar keren, Kamu mau jadi apa ah? Mau jadi brandal?" ucap pak Dandang, kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun.
"Etdah pak, jangan marah-marah ngapa nanti bapak cepet tua, bapak mau?"
"Kamu ini berubah sedikit kenapa, gak capek kamu kena semprot para guru?" tanya pak Dandang karena sudah lelah menghadapi murid yang satu ini.
"Ya pasti capek lah pak, siapa juga gak capek?" jawab cowok itu enteng.
"Kamu ini kalo dibilangin selalu melawan. Sekarang kamu keluar dari kelas saya!" ucap pak Dandang meledak-ledak.
"Dari tadi ngapa pak, kan capek kaki saya sama telinga saya," ucap Randy sambil memperlihatkan cengirannya kemudian berlari keluar kelas.
Pak Dandang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan muridnya yang satu ini "Nah anak-anak sekarang kita lanjutkan materi Pythagoras,"
"Yahh...." Teriak semua murid.
Jam pelajaran Matematika berjalan dengan lancar setelah keributan yang di buat oleh Randy.
****
Bel istirahat berbunyi sontak para murid berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan, tapi beda halnya dengan Grace dia lebih memilih pergi ke Perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran.
Saat Grace berjalan di koridor sekolah menuju perpustakaan, dia di hadang oleh Randy.
"Eitss.... Lo mau kemana?" tanya Randy.
"Bukan urusan lo!" jawab Grace dengan nada ketus, kemudian dia berjalan kesamping kiri untuk melewati Randy tapi Randy malah bergeser ke kiri. Kemudian Grace berjalan ke kanan Randy juga kekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANDY & GRACE [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SELESAI] "Lo bukan cewek sempurna tapi mampu membuat gue jatuh cinta." -Randy Davidatta- "Gue gak suka cowok berandal, tapi lo mampu membuat jantung gue berpacu lebih cepat." -Grace Keysanandilla- Terdapat teka-teki didalam cerita ini. Ingin tau ? ...