Hari semakin gelap, cowok itu memetik gitarnya memainkan lagu Shawn Mendes - A little too much. Alunan musik memenuhi kamarnya.
".....She would always tell herself that she could do this,
She would use no help it would be just fine,
But when it got hard she would lose her focus,
So take my hand and we'll be alright....."
Sifa mendorong pintu kamar kakaknya yang tidak tertutup. Gadis kecil itu menarik ujung kaos yang dikenakan kakaknya. Membuat kakaknya yang sedang bernyanyi terpaksa berhenti.
"Kakak Sipa mau tidur sama kakak," rengek gadis kecil itu dengan suara khas anak-anak.
"Mama udah tau kalo Sifa kesini?" tanya Randy.
Gadis itu menggelengkan kepalanya."Mama gak tau, Sipa ke sini mau sama kakak,"
"Kalau gitu Sifa sekarang tidur ya," Cowok itu menggedong adik kecilnya. Kemudian merebahkannya di kasurnya, sambil mengusap rambut adik kecilnya itu.
"Randy, Sifa ada kesini?" ucap Rani setengah berlari ke arah Randy.
"Ssstttt, dia baru tidur. Untuk hari ini Sifa tidur sama Randy saja Ma," ujar Randy.
"Beneran gak apa-apa, Sifa tidur sama kamu?" tanya Rani memastikan.
"Beneran Ma. Mama ke kamar aja ya." Setelah mengatakan itu Rani pergi meninggalkan kamar Anak Sulungnya itu.
Setelah mamanya pergi, cowok itu melangkahkan kakinya ke depan jendela. Menampakan langit gelap yang dipenuhi bintang-bintang. Cowok itu menatap langit-langit, berharap semoga suatu hari nanti Grace bisa suka pada dirinya. Cewek yang membuat dirinya tidak bisa tidur gara-gara memikirkan cewek itu. Kepalanya dipenuhi oleh wajah cewek itu. Sekarang di hatinya sudah terukir nama Grace.
Cowok itu mengambil ponselnya di atas kasurnya, mencari nomor seseorang kemudian menekan tombol berwarna hijau.
"Apaan?" terdengar suara serak khas suara orang baru bangun.
"Lo udah molor jam segini?" tanya Randy.
"Capek gue. Bantuin nyokap tadi,"
"Gue mau lo bantuin gue,"
"Bantu apaan?"
"Dua hari lagi kan tanggal merah terus besoknya libur. Lo ke rumah gue dua hari lagi,"
"Gue udah ada janji!"
"Lo batalin semua janji lo. Titik."
"Tap-"
Panggilan telepon diputuskan oleh sepihak. Membuat orang disebrang sana kesal.
****
Hari ini langit tidak mau bersahabat. Hujan turun deras membuat para pekerja maupun murid merasa kecewa. Sama halnya dengan Grace.
Ponselnya berdering. Dia membuka aplikasi Line. Dahinya mengernyit melihat sebuah nama tertera di layar ponselnya, tidak ambil pusing dia membuka room chat itu.
Randy Daviddata
Sekarang hujan. Lo dianter aja, gue gak mau kalo lo bareng gue nanti kehujanan.Dalam hati Grace merasa kecewa karena Randy tidak bisa menjemputnya. Tunggu dulu Grace kecewa?
"Mama Grace berangkat dulu ya," ucap Grace sembari mencium mamanya.
"Tumben gak bareng Randy?"
"Kata Randy hujan makanya Grace disuruh dianter. Biar gak kehujanan."
"Kalo gitu. Ini mama titip buat Randy ya," Lisa menyerahkan kotak berisi kue yang dibuatnya tadi.
"Harus dibawa kesekolah ya ma?" ucap Grace.
"Harus dong. Kalo bawa nanti kan keburu gak enak."
"Kalo gitu Grace pamit ke sekolah ya Ma," cewek itu berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.
****
Cewek itu berjalan di koridor sendirian. Biasanya cowok itu menemaninya, tapi kali ini karena hujan dia harus berangkat sekolah sendiri. Terdapat rasa kecewa karena dia harus sendirian.
Dia masuk ke kelasnya. Matanya menyapu seisi kelas tapi dia tidak menemukan orang yang dia cari.
"Randy tumben belum dateng. Apa jangan-jangan karena hujan? Apa dia bolos?" ucap Grace pada dirinya sendiri.
Dia melanjutkan langkahnya menuju bangkunya. Menaruh tasnya di atas meja kemudian cewek itu duduk dan menenggelamkan wajahnya di antara tangannya yang ditaruh diatas meja.
"Lo kenapa sakit?" suara seseorang membuat Grace mendongakkan kepalanya.
"Gak kok. Cuma lagi males aja," Jawab Grace seadanya.
"Ohhhh,"
"Kok tumben lo nggak bareng sama Randy. Randy mana?"
"Iya soalnya hujan. Mungkin dia masih di jalan,"
"Okay deh. Tadi gue kira lo sakit, gue balik dulu ya," kemudian orang itu pergi ke bangkunya melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda.
"Kenapa dia belom dateng sih. Apa dia bolos? Tapi gak mungkin deh," pikir Grace.
Panjang umur. Baru saja dipikirin cowok itu sudah masuk ke kelas dan menaruh tasnya asal di atas meja. Bajunya terlihat sedikit basah mungkin cowok itu menerobos hujan. Fyuhh.... Benar- benar nekat!
Grace mangambil kotak makan yang di taruh di dalam tasnya. Dia menghampiri cowok itu. "Nih!" cewek itu menyodorkan kotak itu tepat di depan wajah Randy.
"Jauhin dikit," cowok itu mendorong kotak makanan itu supaya menjauh sedikit dari wajahnya.
Grace menaruh kotak itu diatas meja. "Itu Mama nyuruh gue bawain itu buat lo."
Randy melirik kotak itu sekilas kemudian menatap Grace. "Okay, nanti gue makan,"
"Seharusnya sih gitu," cewek itu melenggang pergi menuju bangkunya.
"Besok lo kemana? Lo harus temenin gue. Titik." Grace menghentikan langkahnya. Kemudian membalikkan badan.
"Gak kem-" Grace langsung menutup mulutnya. Merasa malu. Bagaimana tidak, dia pikir cowok itu berbicara kepadanya tapi dia malah berbicara dengan seseorang lewat telepon. Randy menoleh ke arah Grace. cowok itu menatap Grace dengan alis diangkat.
"Eh gak apa-apa," cewek itu mengibas-ngibaskan tangan.
"Emang gue ada nanya ke lo?" tanya Randy bingung.
Grace segera berjalan menuju mejanya. Wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang karena malu. Kenapa gue ke ge-er an sih kan malu?
Cewek itu membuka buku untuk belajar. Lebih tepatnya pura-pura belajar, karena dia takut kalau dia ketahuan Blushing. Kalau ketahuan kan malu pake banget. Tapi udah malu sih.
Tapi dia mau kemana?
Sama siapa?
Kenapa gue gak tau?*****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
RANDY & GRACE [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SELESAI] "Lo bukan cewek sempurna tapi mampu membuat gue jatuh cinta." -Randy Davidatta- "Gue gak suka cowok berandal, tapi lo mampu membuat jantung gue berpacu lebih cepat." -Grace Keysanandilla- Terdapat teka-teki didalam cerita ini. Ingin tau ? ...