1.0

1.7K 377 97
                                    

"Apakah kau tau bahwa hatiku seperti ini? aku tidak bahagia, aku sedih. Ketika aku terbangun semuanya menghilang."

— Lean on me [forever and a day].



Jihoon membisu ditempatnya. Menunggu reaksi kedua orang tuanya saat ia mengatakan dirinya tengah mengandung. Jinyoung yang ada disisinya masih menguatkan Jihoon dengan genggaman tangannya yang semakin mengerat.

"Jihoon mengandung darah dagingku, eomoni aboji. Aku akan bertanggung ja— (bhuk) "

Jihoon tergugu begitu tubuh tinggi Jinyoung tersungkur tepat setelah sang ayah melemparkan tinjunya dirahang si pemuda. Jihoon menjerit, memapah Jinyoung yang sempat-sempatnya tersenyum padanya. Lagi pula, Jinyoung sadar jika ia pantas menerima hal tersebut karena telah menghamili putri cantik dari keluarga Park. Ini balasan untuknya.

"Percaya diri sekali tuan Bae, jika aku akan memberikan kalian restu untuk bersama"

Ibu Jihoon menangis diam-diam. Merasa gagal mendidik putri kecilnya. Menyalahkan diri, jika saja ia lebih memperhatikan Jihoon, kejadian tersebut tidak akan pernah terjadi.

"Ayah!"

Ayah mulai gelap mata. Tak ingin menyakiti putri kesayangannya jika Jihoon tetap berada disana.

"Pergi ke kamarmu Park Jihoon!"

Jihoon menggeleng ribut. Mengapit lengan Jinyoung erat-erat.

"Pergi sebelum ayah membuat kekasihmu bertambah buruk!"

Jinyoung tersenyum tipis. Ibu yang sejak tadi hanya mematung, mendekati Jihoon. Membawa putrinya yang terlihat kacau untuk segera memasuki kamarnya.

"Dengan apa kau menghidupi putriku?"

Jinyoung menatap pria paruh baya dengan sungguh-sungguh. Pemuda duapuluh tiga tahun itu sudah membulatkan tekad mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Untuk sementara waktu hingga menunggu kelulusanku, aku akan bekerja dibawah perusahaan ayah. Aku akan membawa Jihoon untuk tinggal—"

"Jihoon tetap tinggal disini, hingga ia melahirkan. Ini kesepakatanku, jika keberatan pergi dan jangan memikirkan tanggung jawab"

Jinyoung mengangguk mengerti. "Aku mengerti aboji"

Ayah menghela napas panjang. Menatap Jinyoung penuh intimidasi. "Tak masalah jika kalian hidup bekecukupan, aku bisa membantu urusan finansial. Cukup bahagiakan putriku Bae Jinyoung, dan jangan membuatnya menangis"

"huks, maafkan Jihoonie--huks- jangan salahkan Jinyoung-- huks, maafkan Jihoon"

Ibu dari dua orang putri, ikut menangis. Berbagi pelukan dengan putri sulungnya, menepuk punggung gemetar Jihoon berusaha meredakan tangis gadis kecilnya.

Still love you ;jinseob + deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang