'Jarak kita semakin menjauh
yang kita butuhkan adalah menahan satu sama lain agar kembaliAgar jarak kita tak semakin menjauh
Semua yang aku butuhkan adalah memintamu kembali. '— Seventeen - 몰래 듣지 마요 (don't listen to me).
Woojin mematut diri dihadapan cermin seukuran tubuh. Menata rambut hitamnya dengan sedikit sentuhan semprotan rambut dan pengering. Merapikan atasan kaus yang dipadu kemeja panjang, dan tungkainya yang terbungkus celana hitam menyempurnakan penampilan. Woojin tersenyum puas, kini ia siap menemui pujaan hatinya.
"Woojin-ah.."
Langkahnya berhenti sejenak begitu sang ayah memanggil. Belakangan ini, Woojin kembali tinggal dirumah besarnya meninggalkan unitnya yang sepi dengan kenangan akan hadir Hyungseob disana.
"Kau ingin menemuinya? Lagi?"
"Ya. Aku tak akan mundur lagi." Sahutnya. Woojin tak main-main dengan ucapannya. Ia benar-benar telah membulatkan tekad besar untuk membawa kembali Hyungseob kedalam hidupnya. Pun membuat gadis itu menerimanya kembali.
Ayah nampak lelah. Pria senja itu menghembuskan napas panjang, putranya benar-benar keras kepala. "Berhenti lah. Sudah cukup nak."
Woojin tak mengerti, jika dulu orang tuanya begitu menginginkan Hyungseob mengapa sekarang justru mereka menginginkan Woojin untuk berhenti?
"Sudah cukup mempermainkan hatinya. Menjauh dan biarkan gadis itu menemukan kebahagiaannya."
Dan,mengapa semua orang nampak tak mempercayai iktikad baiknya? Woojin sedang dalam fase metamorfosis menjadi sosok baru, yang ia butuhkan hanya dukungan dari orang terdekat. Namun mereka justru melarangnya.
"Aku tidak. Tidak ada lagi niat buruk disini, ayah. Ini murni kata hatiku, penyesalanku. Biarkan aku menebusnya, mengganti segala sakit hatinya dengan cinta yang aku miliki."
"Maka nikmatilah penyesalanmu untuk saat ini Woojin." Sambut sang ibunda tanpa belas kasih. Sudah dikatakan jika ibu begitu meruntuki kebodohan putra satu-satunya tersebut. Biarlah kata-katanya menoreh luka dihati sang anak, bila dimasa depan luka tersebut akan menjadi pengalaman tak terlupakan yang akan membuat putranya lebih kuat, ibu tak keberatan jika harus dibenci oleh sang buah hati.
"Ibu tak mengerti."
"Bagian mana yang tidak aku mengerti? Semuanya bahkan sangat jelas didepan mataku. Kau menyakitinya, menoreh belati panas dihatinya, menarik lantas mengulurnya sesuka hati. Dan sekarang kau mengharapkan ampunan gadis itu? Kau berharap gadis itu akan menyambut cintamu setelah sekian lama ia berharap tanpa hasil? Berhenti bermimpi nak. Sejenak, biarkan ia bebas menata hatinya yang telah pecah. Biarkan gadis itu merangkai ulang hatinya, agar lebih kuat hingga tak mudah untuk hancur untuk kali kedua. Jika ia memang milikmu, ia akan datang. Jika ia telah siap, ia akan membuka tangannya dengan luas untuk menyambutmu kembali."
Woojin sadar jika ia terburu-buru. Semua semata-mata hanya karena takut Hyungseob luput darinya. Woojin terlalu takut membayangkan Hyungseob berada dalam dekap hangat pria lain yang lebih bisa membahagiakan gadis itu dibandingkan dirinya. Maka dari itu ia bertindak cepat terkesan gegabah. Dan kata-kata ibu begitu menghantam hatinya. Ia benar-benar pria yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still love you ;jinseob + deepwink ✔
FanfictionHyungseob hanya berharap, sedikitnya.. Woojin berbalik untuk menatapnya. (-) gs for bottom ©bibirsungwoon2018