'Aku hanya tahu ketika aku melihat mu kembali
Entah bagaimana wajahmu terlihat sedih, maafkan aku, maafkan aku..Aku tidak bisa mendengarnya karena tertimbun hujan.'
—Yoon Jisung - in the rain.
Angin musim semi berhembus menerpa wajah lembut gadis berambut panjang. Hyungseob merapatkan mantel yang ia pakai, aneh rasanya meski musim semi telah datang angin dingin serta cuaca yang terkadang tak menentu membuatnya tak bisa meninggalkan mantel tebal dan hot pack.
Ingatannya membawa ke waktu dimana Woojin mengatakan jika pria itu mencintainya. Hyungseob merenung dalam pikiran, mencari celah kebohongan disana meski yang ia dapat hanya ungkapan penuh rasa dan tulus. Haruskah ia memberi pria itu kesempatan? Hyungseob bisa saja berpura-pura tak peduli, ia bisa saja berpura-pura membenci, tetapi debaran yang menyengat hatinya tatkala beradu pandang dengan Woojin tak dapat Hyungseob bohongi.
Hatinya masihlah milik pria tampan itu, pun beserta segenggam cinta miliknya.
Lantas mengapa selama ini ia bersikap demikian? Hyungseob hanya ingin melihat ketulusan prianya tersebut. Ia akan menyerah jika Woojin pun menyerah atasnya. Dan akan ikut berjuang jika Woojin memperjuangkannya lagi.
Apakah ini saat yang tepat untuk memberikan jawaban?
Sebelum ke tahap ini, Hyungseob telah melalui banyak pertimbangan. Bermacam saran dari Daniel mampu membuat hatinya kembali terbuka lebar untuk Woojin. Hyungseob tak ingin kembali ragu. Ia ingin Woojin.
"Kau pulang sayang?"
Ibu menyambut dengan seulas senyuman hangat. Hyungseob tersenyum sembari melepas sepatu lantas menggantinya dengan sandal rumahan.
"Ingin menghabiskan liburku dirumah. Kenapa sepi sekali?"
"Jihoon menginap dirumah mertuanya. Jinyoung bilang ibunya sangat merindukan si gembil Eunsol."
Hyungseob manggut-manggut. Omong-omong keponakan cantiknya itu sudah mulai belajar merangkak. Bukankah para bayi sangat cepat tumbuh?
"Ingin makan sesuatu? Biar ibu membuatkannya untukmu."
"Tidak, aku bisa membuatnya sendiri. Ibu bersantai saja dengan ayah. Nikmati waktu berdua kalian!" Hyungseob terkikik begitu mendapati respon malu-malu dari orang tuanya.
"Jika membutuhkan sesuatu, kami ada di ruang tengah Hyungseobie." Sahut ayah disela wajah yang tersipu. Hyungseob mengangguk, memilih meninggalkan keduanya menuju kamar.
Selesai membasuh diri dan mengganti baju dengan piyama hangat miliknya, Hyungseob kembali turun berniat memasak sesuatu untuk perutnya yang lapar. Mungkin semangkuk ramyeon ekstra telur dan eomuk dapat mengenyangkan perutnya.
"Bukankah sebaiknya kita bicarakan hal ini terus terang padanya?"
Hyungseob menghentikan langkah. Memilih bersembunyi dibalik tembok dimana ruang tengah terhubung. Yang tadi itu suara ibu, dan apa maksudnya dari membicarakannya dengan terus terang? Haruskah ia mencuri dengar obrolan mereka? Ah, Hyungseob sudah kepalang penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still love you ;jinseob + deepwink ✔
FanfictionHyungseob hanya berharap, sedikitnya.. Woojin berbalik untuk menatapnya. (-) gs for bottom ©bibirsungwoon2018