" Apa yang sedang dipikirkan istriku hm? Sampai-sampai tidak menyadari jika suaminya sudah pulang. "
Jihoon mengerjap lucu, tersadar dari lamunannya lantas menghampiri Jinyoung yang memasuki kamar. Memberikan kecupan lembut dibibir suami tingginya dengan tangan yang cekatan membuka simpul dasi prianya.
" Ingin mandi? Biar aku siapkan airnya. "
Jinyoung tersenyum, menggeleng setelahnya menepuk sisi ranjang mengisyaratkan agar Jihoon duduk disana. Sang istri menurut, membiarkan Jinyoung merebahkan kepalanya dipaha miliknya, dengan wajah si pria tinggi membentur perutnya yang bulat.
Jihoon terkikik manakala Jinyoung mulai menciumi permukaan perutnya, sesekali menggesek hidung mancungnya disana. Pria tampan itu bilang, ritual tersebut adalah salah satu cara menyapa calon bayi mereka. Jihoon menurut saja dengan ucapan suaminya. Lagi pula, diperlakukan seperti demikian membuatnya merasa dicintai.
" Papa bau~ " Ejeknya. Jinyoung hanya terkekeh. Omong-omong ia menyukai panggilan 'papa' yang Jihoon berikan.
" Aku tidak menemukan ibu atau ayah dibawah, mereka pergi? "
Jihoon mengangguk dengan kegiatannya memainkan helai hitam Jinyoung.
" Ada sesuatu yang mengganggumu bee, berceritalah. Ingat jika kita telah menikah? Masalahmu juga tanggung jawabku, jangan biarkan karenanya memberi dampak buruk untuk bayi kita. "
Jihoon menghela napas. Sedikit ragu untuk menceritakan hal yang belakangan mengganggu pikirannya.
" Adikku— aku memikirkan Hyungseob, Jinyoungie. Tempo hari saat kau diluar kota, ia disini-- menginap dengan Woojin yang mengantarnya pulang. "
Pria berwajah kecil beringsut merengkuh pinggang istri cantiknya. Memberi sedikit usapan dihelai madu Jihoon.
" Aku-- tidak tau hal apa yang menimpanya sebelum ia masuk kedalam rumah. Entah bagaimana.. ucapannya saat itu membuatku merasa bersalah. Apa— adik kecilku tidak bahagia saat ini? "
Jika semuanya berujung dengan Park Woojin, Jinyoung rasa ia mengerti. Kemungkinan besar Woojin belum mampu melupakan istrinya. Atau kemungkinan buruk lainnya, perihal perjodohan.
Jinyoung tau, jika Hyungseob— adik iparnya —menyimpan rasa kepada Woojin, bahkan sejak mereka masihlah siswa sekolah. Sebab mereka berada dalam posisi yang sama kala itu.
" Apa ia akan baik-baik saja nanti? Apa mereka akan baik-baik saja, Jinyoungie? "
Dikecupnya pelipis Jihoon. Memberi sapuan lembut dibahu sang istri.
" Woojin terlalu bodoh, jika ia sampai berani menyakiti Hyungseob. "
Jinyoung tersenyum tipis. " Mereka akan baik-baik saja sayang. "
▪ still love you ▪
Daniel mengedarkan tatapannya ke penjuru kafetaria. Mata sipitnya menangkap beberapa perawat dan dokter Lai yang tengah terlibat obrolan disela makan siang.
" Selamat siang dokter Kang. " Daniel menanggapi dnegan seulas senyuman sederhana, namun mampu membuat beberapa penghuni kafetaria (kalangan perawat) menjerit histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still love you ;jinseob + deepwink ✔
FanfictionHyungseob hanya berharap, sedikitnya.. Woojin berbalik untuk menatapnya. (-) gs for bottom ©bibirsungwoon2018