13

3.1K 311 10
                                    

Perpisahan
.
.
.
Suasana saat suara gemuruh guntur yang disertai dengan kilat dan guyuran hujan deras tak jauh berbeda dengan suasana sebuah kamar apartemen yang ditempati oleh dua manusia dengan paras rupawan. Dingin. Mencekam. Dan penuh nuansa kelabu.

Salah seorang pria dengan perawakan lebih kekar tampak mengerutkan keningnya tak suka saat melihat pria lain sibuk mengepak barangnya ke dalam koper besar. Nafasnya memburu sisa-sisa amarah yang membumbung, tadinya.

Si pria satunya menghela nafas, "Kau serius akan mendiamkanku terus?" mata kucingnya menatap penuh kekesalan, "Jeon Jungkook," desahnya lelah.

Si pria yang bernama Jeon Jungkook memejamkan matanya rapat. Mencoba menekan kembali amarahnya. Amarah yang timbul karena kekhawatiran sebenarnya.

"Kim Taehyung kepada Jeon Jungkook," ucap si manis, Taehyung.

"Jeon~" si pria manis akhirnya merengek. Lelah dengan kediaman Jungkook yang disertai aura hitam menyebalkan.

Melihat reaksi Jungkook yang mendiamkannya, mau tak mau Taehyung hanya menghela nafas kemudian meletakkan pakaian yang masih dipegangnya. Dia melangkah menuju Jungkook yang masih duduk di tepi ranjang dengan wajah yang enggan menatapnya.

"Jungkookie," dipeluknya tubuh pria bongsor yang ternyata berusia dua tahun di bawahnya itu dari samping.

Taehyung tak melakukan apa-apa lagi selain menempelkan pipinya pada lengan berotot Jungkook dan memandang kekasihnya. Matanya tampak memelas sekali. Seperti kucing yang minta dipungut.

Jungkook masih pada posisinya. Tidak mengindahkan keberadaan pria di sampingnya. Sesekali masih terdengar suara helaan nafasnya yang kasar.

"Hey, apa yang kau khawatirkan? Aku akan baik-baik saja," gumam Taehyung lembut.

Akar permasalahan sebenarnya adalah Jungkook yang khawatir saat Taehyung terpilih menjadi tim dokter yang harus bertugas di daerah konflik. Dari sekian banyak dokter umum yang masih lebih senior, kenapa Kim Taehyungnya yang terpilih. Malah Jungkook tidak. Padahal mereka sesama dokter di Rumah Sakit Seoul.

"Jung-"

Sret~

Tanpa kesulitan yang berarti Jungkook mengangkat tubuh Taehyung dan mendudukkan kekasihnya di atas paha kokohnya. Kemudian lengannya melingkari pinggang ramping Taehyung dan dagunya menumpu pada leher pria Daegu itu. Bahkan hidung mancungnya menyentuh leher Taehyung.

"Apa harus kau yang pergi? Tidak bisakah diganti saja. Atau aku ikut kalian bertugas disana saja," gumam Jungkook. "Memikirkan kau jauh dariku dan berada di daerah bahaya membuatku pusing dan ingin marah."

Taehyung tersenyum. Kepalanya menoleh ke arah Jungkook dan mengecup kening dokter bedah kesayangannya.

"Hey, jangan begitu. Demi kemanusiaan, Jeon."

"Kemanusiaan apanya. Lagipula kenapa harus Seokjin hyung dokter bedah yang terpilih kesana. Aku ... takut," cicit Jungkook.

"Apa yang kau takutkan?"

"Keselamatanmu, kesehatanmu, kau terutama," helaan nafas Jungkook semakin berat.

"Kau percaya padaku kan? Percaya padaku jika aku akan baik-baik saja. Lagipula hanya 48 hari, Jungkook," Taehyung menangkupkan wajah Jungkook di tangannya. Memandang pria tercintanya dengan tatapan teduh yang mampu menenangkan Jungkook.

"Empatpuluh delapan hari itu lama, Tae." desaunya frustrasi.

"Jungkook, itu ti-"

"Hyung, tolong." Jungkook yang memanggilnya hyung adalah suatu tanda jika pria itu begitu frustrasi. Dan Taehyung akan dengan senang hati mendengar setiap untaian kata dari bibir Jungkook.

"Apa yang membuatmu takut? Aku bersama tim dokter hebat dan tentara yang hebat juga. Musuh tidak akan menyerang tenaga medis, bukan?" Taehyung dengan segala kelembutannya kembali membuat Jungkook ingin menangis.

"Entahlah. Aku hanya takut kau sakit, kau terluka, dan-"

Taehyung membungkam bibir Jungkook. Menghentikan segala racauan yang akan keluar dari bibir kekasihnya. Jungkook sendiri langsung membalas ciuman dengan frustrasi. Mencoba meredakan segala kekhawatirannya akan diri Taehyung.

"Berjanjilah hyung. Berjanjilah kau akan terus sehat disana. Tidak terluka. Hubungi aku saat kau punya kesempatan. Dan cepatlah kembali," Jungkook menempelkan kening mereka. "Aku takut kau terluka. Aku takut kau sakit. Dan, aku takut kehilanganmu."

Taehyung tersenyum. Mengecup bibir Jungkook ringkas. "Aku tidak akan terluka. Aku tidak akan sakit. Dan aku tidak akan meninggalkanmu."

"Tepati janjimu hyung. Kembali dengan selamat setelah empatpuluh delapan hari. Atau aku akan menyusulmu segera." ancam Jungkook.

Taehyung tertawa kemudian mengangguk. Meredakan segala kekhawatiran pria itu adalah hal yang utama. Jungkook dan khawatir adalah sesuatu yang tidak boleh disatukan. Dokter itu akan terus menerus berpikir dan kehilangan kontrol dirinya. Dia tidak akan bisa tenang.

"Jam berapa kau berangkat?" tanya Jungkook.

"Jam 9 pagi."

Tanpa mengatakan apapun, Jungkook merebahkan dirinya dan berguling menghadap samping. Membuat Taehyung terbaring di sampingnya.

Tak ada yang dilakukannya selain memandangi wajah Taehyung. Merekam baik-baik setiap inchi wajah sempurna di depannya. Selama empatpuluh hari ke depan dia tak akan melihat wajah ini lagi secara langsung.

"Bolehkan malam ini aku hanya memandangimu?" ucap Jungkook lirih. Dia pasrah. Tak ada yang bisa dilakukannya selain membiarkan Taehyung pergi menunaikan tugas.

"Lakukan apapun yang kau mau malam ini. Setelahnya kau harus berjanji untuk hidup dengan baik selama empatpuluh hari. Aku akan marah jika kau tidak hidup dengan baik." ancam Taehyung main-main.

Jungkook tersenyum, "Kau juga. Jangan memaksakan diri. Jaga dirimu karena aku tak bisa menjagamu dengan tanganku sendiri."

Taehyung tersenyum kemudian mendekatkan dirinya pada Jungkook. Menempelkan telinganya pada dada bidang dokter bedah itu. Mendengarkan degupan jantung Jungkook yang bertalu. Menyimpannya baik-baik sebagai lullaby saat mereka jauh nanti.

Hanya empatpuluh delapan hari. Dan mereka akan melaluinya dengan baik.
.
.
.
End
Err.... Sesuai sama judulnya, perpisahan
Anggep aja ini sebagai salam perpisahan dari aku eheeee

Kalian tak akan menemukanku berkeliaran di wp muehehehehe
Sampai jumpa 48 hari lagi (kalo aku langsung nongol)
Jangan kangen yak /dibacok

Big love, clou3elf

Nano-nano KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang