16

2.6K 334 2
                                    

Hal pertama yang Jungkook lihat sepulangnya dari kampus adalah Kim Taehyung yang duduk di sofa dengan kaki kanan menyilang di atas kaki kiri dan tangan bersedekap di dada. Wajah manisnya terlihat datar dengan sorot mata yang menatap kosong ke arah televisi. Tampak fokus walau siaran televisi itu tidak menarik sama sekali.


"Aku pulang," Jungkook memeluk leher Taehyung seraya berbisik kemudian mengecup mesra pipi halus kekasihnya.

Taehyung menoleh dengan raut sumringah dan menjulurkan tangannya memeluk leher Jungkook erat. "Selamat datang, Jungkookie~" pekiknya.

Jungkook memeluk Taehyung dengan erat. Mengabaikan kemungkinan pinggangnya akan sakit karena membungkuk. Taehyung terlihat sangat bahagia sekali dan Jungkook tak ingin mengusik kebahagiaan itu.

"Kau sebegitu rindunya ya padaku?" tanya Jungkook jahil.

"Aku memang selalu merindukanmu. Tidak boleh?" gumam Taehyung.

Jungkook merenggangkan pelukannya dan memandang wajah merengut Taehyung. "Tentu saja tidak apa-apa. Malah kalau bisa kau harus merindukanku setiap saat. Seperti aku yang tak pernah berhenti merindukanmu." Jungkook mengedipkan sebelah matanya. Menggoda Taehyung yang langsung tertawa.

"Mandilah. Aku akan siapkan makan malam untuk kita." Taehyung mengusap kepala Jungkook dengan sayang.

Jungkook mengangguk. Kembali mengecup kening Taehyung kemudian melesat ke kamar. Meninggalkan Taehyung yang tertawa geli dan sedetik kemudian menghela nafas. Raut khawatir sempat singgah di wajahnya.

Saat mereka makan malam, Jungkook menemukan satu lagi keanehan Taehyung. Kekasih manisnya itu kali ini diam. Diam yang ganjil menurut Jungkook. Taehyung tidak akan diam jika tidak ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Tae," Taehyung tidak menyahut.
"Taehyung," Masih tidak menyahut.
"Kim Taehyung!"

"Ah! Ya?" barulah Taehyung menyahut.

"Bisakah kau diam?" tanya Jungkook jengah.

Taehyung mengerutkan keningnya, "Tapi aku tidak mengatakan apa-apa."

"Well, berhentilah berpikir keras," suara Jungkook melembut. "Apa hyung memikirkan permintaan ibuku agar hyung datang ke rumah?" tebaknya.


Taehyung mengangguk ragu. Merahasiakan sesuatu pada Jungkook pun percuma. Laki-laki itu akan dengan mudah mengetahui apa yang mengusik pikirannya.

"Jangan dipikirkan. Ibu hanya ingin mengenalmu secara langsung." Jungkook berucap sambil menggenggam tangan Taehyung.

"Tapi bagaimana kalau aku tidak sesuai ekspektasi ibumu? Bagaimana kalau aku mengacaukan semuanya? Bagaimana kalau a--"

"Sshh," Jungkook mengeratkan genggamannya. "Ibuku sudah mengenalmu. Hyung tau, aku tidak pernah absen menceritakan banyak hal tentangmu ketika aku pulang. Alasan ibu ingin bertemu dengan hyung adalah, ibu ingin melihat secara langsung sosok yang sudah membuat putranya jatuh dan kelimpungan setengah mati,"

"Gombal." ucap Taehyung.

"Hey, itu serius," protes Jungkook. Jungkook tersenyum tampan saat melihat Taehyung tertawa.
"Jangan terlalu dipikirkan. Ibu dan ayahku terbuka soal hubungan sesama jenis. Seperti keluargamu. Dan bagiku, selama keluarga kita dan juga hyung bahagia, tidak ada alasan lagi untuk mendengarkan ucapan orang lain."

Taehyung tersenyum tulus. Mengesampingkan piringnya kemudian Taehyung maju mencuri satu ciuman di bibir Jungkook. Merasa begitu beruntung memiliki kekasih seperti Jungkook yang begitu mengayomi dan melindunginya.


"Aku mencintaimu."

Suasana romantis itu hancur saat tawa Taehyung meledak melihat pipi Jungkook memerah karena serangan mendadaknya. Pasalnya Taehyung terbilang jarang mengucapkan kata itu terlebih dahulu. Dan efeknya ternyata luar biasa bagi Jungkook.
.
.
End

Nano-nano KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang