Bab. 2 Sam

32.6K 3K 319
                                    

Rangga Pov

Aku geleng kepala dan mendesah panjang melihat senyum lebar Olin.

"Nggak penting dimana sekolahnya Hon, yang penting orang tua harus mendampingi dan mengawasi anak-anaknya. Anak jadi pintar kan karena mau belajar, bukan karena sekolahnya yang saja yang elit. Pendidikan itu kan sama saja, pemerintah kan udah tetapkan kurikulumnya..." aku mengangguk sambil meringis mendengar argumen panjang Olin. Setelah lima jam mencari sekolah untuk si kembar ujung-ujungnya Olin menyekolahkan anak-anak di Taman Kanak-Kanak di komplek rumah.

Hhh, begitu ya cewek itu. Sudah ribet dari yang sekolah paling bagus dan paling ujung, eh, terakhirnya sekolahnya samping rumah.

Olin mendaftarkan sekolah si kembar di dekat rumah. Kira-kira berjarak delapan rumah dari tempat tinggal kami.

"Kan Kee mau nya naik sepeda, ntar biar sekalian belajar naik sepeda Hon..." ucap Olin dan aku hanya mengangguk setuju.

"Ntar bisa anternya jalan kaki. Kan sehat hon..." aku kembali mengangguk setuju meskipun dalam hati aku tidak setuju. Aku tidak yakin Olin jalan kaki dengan si kembar. Bisa-bisa ntar gue nggak dapat jatah alasan capek lagi.

"Kalau beli motor gimana Hon?" tanyaku pada Olin yang menghentikan gerakannya yang menyanggul rambutnya.

"Beli motor?" tanyanya sambil mengerutkan dahinya.

"Nggak usah deh Hon, uangnya buat anak-anak aja. Kan akhir bulan mau ngajak anak-anak main ke Jogja..." aku mengerucutkan bibirku, mengingat kembali rencana tentang pergi berlibur ke Jogja yang Mommy rencanakan.

Hmm, neneknya si kembar itu pinter banget cari kesempatan supaya bisa deket-deket sama cucu-cucunya. Alasan mengajak Olin, dan Olin pasti membawa kembar senior dan kembar junior lalu aku ditinggal sendiri karena kuliah. Itu namanya kan mengganggu kesejahteraan sih.

"Kalau liburan deket-deket sini aja gimana Hon?" aku memarkir mobilku dan mematikan mesin.

"Di Jakarta mah adanya mall, Honey. Kita ke Jogja aja ya, sekalian ajak mbok Jum pulang kampung. Kata mbok Jum di desanya adem banget lo Hon..." aku mendesah panjang.

Cinta matiku ini ya, sering berdebat sama mbok Jum tapi kalau di kasih tahu mbok Jum pasti di dengerin sih.

"Ntar kalo' kamu capek nganterin si kembar gimana?" aku memasang wajah cemberut.

"Nggak lah Hon, deket juga. Dulu juga biasa ngemall sama Kim dari mall buka sampai mall mau tutup... malahan pernah disuruh-suruh pulang pegawainya karena Kim masih patah hati dan betah nongkrong disitu..." aku menggigit bibirku lalu mendesah panjang. Menatap Olin yang tersenyum lebar keluar dari mobil.

"Noney!!" jerit El sambil berlari diikuti Keenan di belakangnya.

Ya, ampun.

Aku kembali mendesah panjang dan geleng kepala. Keenan dan El berdiri memeluk Olin dengan wajah yang penuh warna. Kebiasaan Keenan menjadi Indian itu kini menular keadeknya.

Mungkin karena sering dicuekin Arion, Keenan jadi lebih akrab dengan El, bahkan bisa dikatakan dimana ada Kee disitu ada El.

"Noney tok yama?" El mundur dan menatap Olin.

"Maaf ya sayang, El kangen Mommy ya? Kakak Kee dan adek El nggak nakal kan?" aku menutup pintu mobil dan tak perlu waktu lama membuat dua jagoanku itu memanjat ditubuhku yang layaknya pohon.

"Noney dali ana?" Kee bertanya sambil menepuk punggungku.

"Astaga... kamu kok tambah endut ya?" tanyaku pada Keenan dan menatap El.

Suamiku Brondong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang