RANGGA
Hal paling melelahkan adalah membereskan gudang bersama si kembar. Bukannya bersih dan rapi tapi mereka mengacak-ngacak kembali apa yang sudah tersusun rapi karena mereka penasaran.
"Noney ni pa?" aku kembali menoleh untuk kesekian kalinya dan mendapati Abby menenteng kotak kecil berwarna merah berbentuk hati. Aku rasa itu kotak cincin saat aku dan Olin menikah dulu.
"Ni bisa buat tempat bobok tatingtu, Byby..." Keenan menunjuk kotak di dalam tangan Abby.
"Ni aja buat tamu..." Keenan menyerahkan sebuah kotak sepatu. Kotak sepatu berwarna pink dengan tulisan emas bertuliskan Marie Claire—bekas kotak sepatu milik Olin.
"Ni bisa buat tempat Sam!" Keenan menunjuk Sam yang ada di dekapan Abby.
"Ntal ditat walna-walni!" seru Kee lagi.
"Dinini ditasik fowel!" El ikut mendukung usul Keenan.
"Bukan fowel, Yeyel! Api Flolel!" seru Keenan, mengkoreksi ucapan El.
"Jangan flolel! Api dipasang totel!" Keenan bersedekap dan menatap Abby.
"Tan Sam matan totel!" Keenan berkeras membujuk Abby. Sepertinya Keenan sangat tertarik dengan kotak cincin itu.
"Nih! Buat Byby! Nih buat tu aja ya?" Keenan menyerahkan kardus sepatu itu pada Abby dan mengulurkan tangannya meminta kotak cincin berbentuk hati itu.
Abby menatap Keenan lalu menatapku.
"Ndak mau!" Abby mundur.
"Yahh... tu pinjemin mometel!" seru Keenan merajuk.
"Tuh bisa buat bobok tating tu Byby..." Keenan menunjuk lagi kotak cincin itu.
"Teeee! Tu nemuin nini!" seru El menarik perhatian Keenan dan aku kembali mendesah sambil geleng kepala. Box yang sudah aku susun dan siap dinaikkan ke atas itu kini kembali di bongkar El. Dia mengeluarkan buku-buku, majalah dan brosur yang tadi sudah di bereskan Olin dan Arion.
"Nih da dambar pesawat!" El menunjukkan brosur dengan gambar pesawat terbang dan astronout.
"Noney, tu mau baju tayak nini!" El berlari kearahku dan menunjuk baju astronout.
"Tok ndak ada matanya?" tanya Abby ikutan melihat brosur yang ditunjukkan El padaku.
"Ni pa?" Abby bertanya kembali.
"Yeyel mau baju ni?" Abby bertanya pada El lalu mendongak padaku.
"Tu nemu ini!" Keenan melambaikan tangannya, menunjukkan sebuah tas punggung kecil berwarna pink.
"Nih buat Byby..." Keenan berlari dan memberikan tas pink yang cocok untuk Abby.
Aku mengerutkan keningku, merasa sangat familiar dengan tas punggung pink itu, kira-kira tas siapa itu? Kenapa Olin menyimpannya? Masak iya itu milik Olin?
"Coba sini Daddy periksa tasnya. Masih bagus apa tidak..." Keenan menatapku dan menyerahkan tas punggung berwarna pink itu.
Aku membuka resleting tas itu dan resletingnya masih berfungsi dengan baik. Saat aku membukanya ada selembar kertas yang terlipat. Kertas itu berwarna kusam kekuning-kuningan. Itu seperti kertas buku tulis yang dirobek kasar dan asal-asalan.
Saat aku membuka lipatan kertas itu napasku tiba-tiba seakan berhenti.
"Astaga..." gumamku pelan.
Kertas kusam kuning itu yang aku tafsir umurnya sudah puluhan tahun itu hanya berisi tak lebih dari enam kata yang ditulis dengan pensil hitam yang sudah mulai pudar. Tulisan tak beraturan ukurannya itu sangat aku kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong 3
HumorSequel Smith Family Season 1 : Brondong (sudah terbit) Season 2 : Suamiku Brondong (tamat) Season 3 : Brondong 3 (onprogres) PERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. Pauline Larasati S...