Aku menarik selimutku sampai menutupi bahuku, berpura-pura memejamkan mata seperti yang diperintahkan Rangga akan tetapi telingaku tetap siaga dan penasaran hal apa yang genting sampai Ruben mengganggu kami. Rasanya sangat tidak enak dan tidak nyaman. Ingin rasanya mencakar-cakar Ruben kalau sampai dia hanya iseng saja.
"Sorry, udah tidur ya?"
"Basa-basi, siap-siap aja lo gue tendang dari rumah ini, Ben" gumamku salam hati.
"Ada apa?" suara berat Rangga menyahut, aku tahu dia dalam mood tidak bagus.
"Tadi pas gue mo balik apartemen, gue lihat mobil Jazz Olin dibawa cowok!" aku mengerutkan keningku.
Mobil?
Aku menyipitkan mataku, berusaha melihat apa yang akan terjadi. Rangga membuka pintu kamar lalu tak lama dia menutupnya.
"Ga, lo harus tahu. Mungkin itu pacar Olin?"
Aku segera menyingkap selimut, kesal dengan apa yang Ruben katakan. Dia itu kenapa sih selalu membuat masalah saja. Segera saja aku berjalan dan membuka pintu dengan kasar.
Brak!
"Ben! Jadi pria itu yang gentle! Jangan asal bergosip sana-sini ya!" seruku kesal. Kesal karena dia mengacaukan malam panasku dengan Rangga lalu sekarang seenaknya mengatakan pada Rangga kalau aku punya pacar lagi, itu namanya super menyebalkan.
Dia ini tidak pernah jera apa ya?
Aku membelalakkan mataku saat Ruben tersenyum padaku dan kemudian bersiul.
"Wahhh, sepertinya gue salah wakty ya?"
"Hon..." Rangga menarik tanganku dan dia bergeser dihadapanku, menutupi diriku dari Ruben.
"Mbak Olin..." aku menoleh pada mbok Jum yang kini terkikik sambil menunjuk dadaku, spontan aku mengikuti arah telunjuk mbok Jum.
"Astaga..." aku segera merapat pada Rangga, mungkin karena kesal tadi jadinya aku segera melompat tanpa sadar kalau baju tidur satinku ini pasti akan mengundang banyak mata.
Bodoh! Tadi kan Rangga sudah bilang tidur saja. Aku mencebik sedih.
"Lo tunggu di bawah..." perintah Rangga yang aku yakin ditujukan pada Ruben.
"Ok... lo juga boleh ikut turun Lin..." kata Ruben santai.
"Honey" aku menahan lengan Rangga yang mulai terpancing emosinya.
"Mbok, turun aja dulu." bisikku pelan.
"Mbak Olin juga turun... takut ribut di bawah..." bisik mbok Jum padaku. Aku hanya meringis mendengar perkataan mbok Jum.
Aku mendengar Ruben berjalan turun setelah mbok Jum turun lebih dahulu.
Aku mundur satu langkah ketika Rangga berbalik menatapku dan tatapan kesal, marah terarah padaku.
Ku kedipkan mataku, bingung dengan ekspresi Rangga yang marah padaku.
"Kamu sengaja?" tanyanya dengan nada kesal.
"Apa?" tanyaku bingung.
"Kamu sengaja pamer sama Ruben?"
"Eh, Hon yang ada itu-"
"Aku nggak suka kamu pamer-pamer tubuh kamu sama Ruben!" serunya kesal lalu berbalik, tapi baru satu langkah dia berbalik lagi.
"Jangan pamer di depan pria lain selain suamimu! Awas!" aku mengedipkan mataku mendengar ancaman Rangga. Kenapa dia jadi mengancam lagi seperti dulu, saat kami belum punya baby?
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong 3
HumorSequel Smith Family Season 1 : Brondong (sudah terbit) Season 2 : Suamiku Brondong (tamat) Season 3 : Brondong 3 (onprogres) PERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. Pauline Larasati S...