RANGGA
Aku mengusap pelan rambut Olin, kini istriku yang baru saja marah hanya karena melihat keriput di bawah matanya itu terlelap di dadaku. Napasnya berhembus teratur dan aku suka saat berdua seperti ini.
Aku tersenyum geli kalau ingat bagaimana tadi dia marah dan cemburu hanya karena keriput. Padahal menurutku dia tetap sexy, keriput di matanya aku yakin akan hilang hanya dengan masker timun yang biasa Sella lakukan.
Luar negeri—kerja disana tanpa keluarga kecilku? Astaga, bisa-bisa begitu mendarat aku langsung ingin balik ke Indo karena kangen berat.
Satu hari di kalimantan sama Papi aja aku udah balik Jakarta.
Rencana membuat perusahaaan arsitek tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Dulu papi jatuh bangun membuatnya. Meskipun nanti pada waktunya perusahaan Papi akan jatuh ke aku tapi tetap saja aku ingin memulai semuanya dari nol. Aku tidak mau dibilang anak manja yang hanya menunggu uluran tangan orang tua.
Dave—yeah—pria menyebalkan yang selalu membanggakan bahwa dia yang paling mencintai Olin itu memberikan peluang padaku. Dia dengan senang hati menawarkan jasa rancanganku pada beberapa client-nya. Dan Arlan—mantan Olin yang lain, merekomendasikanku untuk membangun tempat bermain anak di Rumah sakit tempatnya bekerja.
Menyebalkan? Tentu saja—tapi ini demi anak-anak dan Olin . Mereka hanya berurusan denganku, tidak dengan Olin—Olinku—hanya Olinku.
Aku menunduk menatap Olin yang sedikit bergerak. Ku kecup pucuk kepalanya, dia tidur seperti cara tidur Arion dulu waktu masih bayi. Suka tidur di atas dadaku.
"Kamu pasti capek banget ya..." aku tersenyum melihat wajah lelap Olin.
Mengurusku dan juga si kembar kuadrat memang berat pasti. Tunggu dulu, tadi Olin belum menjawab soal apakah Abby akan punya adik.
Wanita, mangga muda dan senyum—pasti Olin hamil lagi ya? Aku terkikik pelan membayangkan bagaimana riuhnya rumah ini.
Aku mengerutkan dahiku, tiba-tiba saja perutku terasa mual—bukan karena membayangkan Olin hamil lagi tapi membayangkan aku akan bekerjasama dengan dua mantan Olin, sekaligus, astaga.
Dengan perlahan aku mengangkat kepala Olin dari dadaku. Aku yakin sebentar lagi para pasukan Rangga junior akan naik. Lambat-lambat terdengar teriakan Keenan memanggil El.
Jadi, sebelum mereka semua memergokiku tidak pakai baju sebaiknya aku segera turun saja.
"Sssssstttt..." aku menenangkan Olin seolah dia adalah bayi mungil yang akan bangun saat ada sedikit suara berisik. Kembali aku tersenyum saat melihat bibir Olin yang sedikit terbuka, seolah mengundang untuk dicium sepuasnya.
"Astaga, godaan setiap kali dekat kamu honey..." aku mendekat dan mengecup lembut bibirnya lalu beranjak dengan perlahan dari tempat tidur. Menyambar celana pendek dan keluar dari kamar anak-anak dengan cepat sebelum Keenan dan gerombolannya muncul menggedor pintu.
"Boy..." aku berdiri sambil berkacak pinggang di puncak tangga.
"Lohhh, tu mau panggil noney!" suara Keenan sambil menoleh pada El yang menggandeng Abby.
"Tu butan boy!" protes Abby sambil mengusap rambutnya yang sudah panjang menutupi pipinya.
"Tu plintes!" seru Abby sambil kembali mengusap anak rambutnya.
"Butan plintes! Api tinceesssss!" El meralat ucapa Abby.
"Butan Yeyel! Plincesss!" Keenan membenarkan ucapan El.
"Oh, iya. Tu upa... hehheee..." El meringis dan mengangguk.
"Ok. Ok! Princess Daddy yang paling cantik..." aku mendekat dan menggendong Abby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong 3
HumorSequel Smith Family Season 1 : Brondong (sudah terbit) Season 2 : Suamiku Brondong (tamat) Season 3 : Brondong 3 (onprogres) PERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. Pauline Larasati S...