Ayu Wedding Part. 2

14.9K 2.1K 253
                                    

RANGGA

Beberapa kali aku mendapati Dave melirik Olin dari kaca spion dan ingin rasanya aku mencolok matanya. Bisa-bisanya dia masih melirik Olin sementara Ralin ada di sampingnya sedang menerima telfon.

"Awas kalau kamu kegenitan!" bisikku sambil mendekat bibirku ke telinganya.

"Kegenitan sama siapa?" tanya Olin berbisik tanpa suara lalu geleng kepala.

"Mantan pacarmu!" sahutku kesal dan menatap sewot pada Dave yang sedang mengemudikan mobil.

Olin berdecak dan mencibirku. "Awas kalau kamu genit-genit di pestanya Ayu!" Olin membalas ancamanku dan tentu itu berhasil membuatku meringis.

"Ga, gimana project barunya?" tanya Dave tepat saat bibirku akan menyentuh ceruk leher Olin.

Aku menoleh padanya yang melirikku dari kaca spion dan terlihat cengiran lebarnya. Menyesal aku menerima tawaran berangkat bersama ke resepsi Ayu. Dia ini benar-benar mengganggu—sangat mengganggu.

"Ada project baru ya?" Olin ikut menjawab dan menoleh padaku.

"Aku dan Dave sepakat untuk membuat tambahan ruang bermain. Siapa tahu nanti anak kami banyak kaya' kalian..." Ralin menjawab begitu ia mengakhiri telfonnya.

"Konsep yang Rangga berikan sangat menarik! Aku sangat menyukai idenya..." kembali Ralin berbicara sambil menggeser duduknya menghadap ke belakang.

Aku tersenyum pada Ralin, kalau dipikir-pikir Ralin ini sedikit tomboy dan sedikit mirip Olin.

"Mengingat Devran masih kecil dan senang sekali kalau si kembar datang jadi Dave kasih saran buat luasin tempat mainnya..." Dave meremas tangan Ralin, menunjukkan cintanya pada Ralin. Kalau Dave memang mencintai Ralin lalu kenapa dia terus melirik Olin dan sering datang ke rumah seolah ikatannya dengan Olin belum berakhir?

"Kan menyenangkan kalau kebersamaan mereka dari kecil terus kita bisa besanan, Ga..." ucapan Dave membuat alisku terangkat.

Sialan!

Ternyata niatnya supaya aku berbesanan dengannya? Ish, aku tidak sudi!

"Apaan sih sayang... Devran masih kecil juga!" Ralin mengingatkan.

"Dia cuma godain kamu, honey. Nggak usah diladeni ah!" Olin berbisik padaku dengan senyum kecil yang menenangkan.

"Bentar..." Olin segera membuka pouchnya dan mengambil ponselnya yang berdering.

"Perumahan disini nggak ada yang kosong ya? Bagus kalau kita beli rumah deket sini ya... biar Devran bisa mainnya deket..." aku melotot pada Dave.

"Disini udah penuh! Nggak ada yang jual rumah!" kataku cepat sebelum Dave mengeluarkan ide aneh dan disetujui Ralin.

"Hah? Kok bisa?" aku menoleh pada Olin yang terdengar panik.

"Astaga. Dave, puter balik deh! Balik ke rumah! Anak-anak bikin kekacauan!" seru Olin sambil menepuk punggung kursi depan.

"Kekacauan?" tanya Ralin dan Dave bersamaan.

"Iya. Keenan buat dua baby sitter nangis kata Kaela..." sahut Olin sambil meringis.

"Ya ampun... kok bisa?" tanya Ralin bingung.

"Baby sitternya disuruh pegang cacing..." sahut Olin sambil meringis dan bergidik ngeri.

"Astaga..." sahut Ralin dengan kikikan kecil.

"Ya, udah balik aja. Untung baru sampai sini..." kata Dave sambil tersenyum.

Aku mendesah, ini belum juga keluar komplek perumahan tempatku tinggal dan mereka sudah membuat kekacauan. Astaga.

Suamiku Brondong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang