Daddy Part. 2

18.2K 2.2K 163
                                    

Kangen ya?

Buat yang kangen Daddy dan pasukkannya semoga terobati ya...

Selamat membaca.😘😘😘😘
.
.
.

RANGGA

Kepalaku pusing dan keringat dingin. Aku masih mengelak saat Olin menyentuhku saat bertanya apakah aku keringat dingin. Perutku bergejolak tidak nyaman, rasanya aku ingin memuntahkan semua isi perutku.

Tidak! Aku tidak kuat menarik Olin ke atas dan berganti baju. Aku—aku segera berputar balik dan kembali masuk kamar mandi.

"Eh—honey!" aku mengabaikan Olin, aku hanya mengangkat tangan supaya Olin tidak mengikutiku. Sangat memalukan kalau Olin melihatku dalam keadaan seperti ini—muntah.

"Honey..." kurasakan usapan lembut di punggungku.

"Boy... nggak usah masuk..." Olin memperingatkan anak-anak entah siapa—mungkin A.

"Noney tatit?" aku memejamkan mata setelah mengguyurkan air. Suara penuh tanda tanya itu bukan milik Arion tapi milik Keenan.

"Mbok Jum..." suaranya kembali terdengar berteriak mencari mbok Jum. Kali ini aku tidak bisa memikirkan apa yang akan Keenan lalukan—saat ini kepalaku terasa berat seperti baru saja tertimpa tangga.

"Kenapa dia?" lagi-lagi suara yang tidak ingin kudengar. Tapi lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa dan aku kembali muntah.

"Biar aku yang urus Lin..." Arlan kembali bersuara.

"Nggak usah—nggak apa-apa kok..." Olin menyahut.

"Ya, udah. Aku buatin teh anget aja..."

Cihh, sok peduli.

"Duh, honey... kamu masuk angin ya? Ini nih akibatnya. Kalo' dikasih tahu istri nggak pernah mau denger ya gini nih akibatnya!" Olin mulai deh mengomel tapi dia tetap menemaniku dan menggosok punggungku.

"Udah?" tanyanya saat aku sudah membasuh mulutku dengan air. Kepalaku masih terasa berat dan kini badanku mulai terasa menggigil.

"Wait... wait..." Olin menahanku dan membungkusku dengan handuk besar—aku jadi mirip Keenan kalau habis mandi.

"Jangan bandel!" dia melotot padaku dan aku jadi teringat Mommy. Kok Olin jadi mirip Mommy ya? Kan aku suaminya bukan anaknya.

"Pokoknya nggak ada lagi acara buka baju kalau tidur!" aku merengut. Mana mungkin aku bisa tidur kalau pakai baju—itu panas banget.

"Noney sakit?" Arion berdiri menyapaku ketika aku dan Olin keluar dari kamar mandi.

"Daddy sakit sayang..." sahut Olin lembut dan aku hanya tersenyum kecil sambil mengusap kepala Arion.

"Noney sakit apa?" aku meringis karena tidak sanggup menjawab. Perutku masih mual dan kepalaku serasa dihantam dengan palu berkali-kali.

"Biar gue urus nih bocah, hon!" sialan Dave. Dia mencari kesempatan dalam kesusahanku.

"Yuk!" Dave memapahku dan Olin setuju saja. Aku kesal karena Olin lebih menuruti Dave daripada perhatian padaku. Apa nanti— "Kerokin aja Den!" suara mbok Jum yang muncul karena ditarik Keenan dan El.

"Nggak ah mbok!" bantahku pelan sambil melambai.

"Ya ampun. Jangan manis-manis ntar diabetes!" aku melirik Olin dan Arlan yang di dapur.

"Mereka ngapain disana berduaan?"

"Yang pasti bukan pacaran, brother..." bisik seseorang dengan tawa cekikikan.

Suamiku Brondong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang