The End

16.5K 2.3K 306
                                    

Rangga

Kembali aku mengusap peluh di dahiku. Hari ini matahari begitu terik sekali, padahal ini baru pukul sembilan pagi.

"Noney ndak tetemu tating?" aku berhenti menggali tanah dan menatap Keenan yang berkacak pinggang padaku.

"Nihhhh, tu dapat banyak!" Keenan menunjukkan cacing di tangannya.

"Ya ampun... kasihan cacingnya Kee... balikin lagi ke tanah sana..." Keenan mengerucutkan bibirnya dan geleng kepala.

"Nihhh buat noney..." aku menaikkan alisku.

"Noneeyyyyy..." teriak Keenan yang kemudian berlari dengan cepat meninggalkanku sebelum aku sempat meneriakinya supaya jangan menakuti Mommynya.

"Hhh... ya udahlah..." aku geleng kepala dan kembali menggali tanah.

Heran juga, memangnya Keenan menanam cacing apa ya? Tadi dia baru saja duduk tak jauh dariku dan menggali tanah, eh tahu-tahu udah dapat cacing banyak.

"Hiii..." aku bergidik. Geli juga kalau melihat cacing sebanyak itu.

"Honeyyyy!!!" jerit Olin keras dari dalam rumah.

"Astaga... apalagi nih? Pasti Keenan nih... ampun..."

"Honeyyy!! Buruan kesini!" jerit Olin lagi yang terdengar lebih panik.

"Kee..." panggilku keras.

Aku segera mencuci kaki dan berlari masuk ke dalam rumah.

"Astaga..." aku melongo saat melihat El dan Abby, mereka berdua memakai baju yang sama, baju balet milik Abby.

"El..."

"Bukan El... itu..." aku mendongak kearah yang ditunjuk Olin.

"Astaga Kee... kamu ngapain disitu... ayo turun sayang..." aku geleng kepala melihat Keenan duduk manis di atas rak buku setinggi dua setengah meter.

"Dia itu ada keturuan monyetnya ya hon?"

"Hush! Ngawur! Yang ada monyetnya ya kamu!" seru Olin kesal dan aku hanya terkikik.

"Kee..."

"Tu lagi manggil Vio noney..." aku menaikkan alisku.

"Vio tok ndak pulang-pulang..." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Vio, burung love bird milik Gail yang pernah dia tunjukkan pada Abby. Bagaimana Vio pulang kalau rumahnya ada di sebelah bukan disini.

"Nih, tu bawain tating..."

"Yahh... ampun deh Kee... Vio kan nggak makan cacing... vio makannya biji-bijian..."

"Bini-binian?" Keenan kembali menggaruk kepalanya.

"Ishhh, biji-bijian Keenan Smith..." lama-lama dongkol juga bicara sama Keenan.

"Udah deh Hon, buruan turunin Keenan, ntar jatuh..."

"Lahhh... Kee, turun yuk sayang. Nanti sore Daddy beliin Vio ya..." bujukku pada Keenan yang masih bermain dengan cacingnya.

"Benelan?"

"Iya..." kataku pada Keenan.

"Aku mau Poppy Noney..." kata A yang tiba-tiba muncul di sampingku.

"Poppy?" tanyaku bingung.

"Ni..." Arion menunjukkan handphone Olin padaku.

" Arion menunjukkan handphone Olin padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hamster?" tanyaku pada Arion.

"Poppy tuh labbit noney..." ucap Kee keras.

"Tam noney..." sahut Abby kalem.

"Ishhh... honey, lepasin itu bajunya El. Kenapa pakai bajunya Abby..." aku geleng kepala.

"Kee, ayo cepat turun..." perintahku pada Keenan.

"Lohhh, tu ndak bisa tulun noney..."

"Hah? Astaga... tadi kamu naiknya gimana coba?"

"Ummm... upa..." sahut Keenan sambil meringis.

Ya salam deh...

"Weleh, den Keenan itu udah persis den Rangga. Kalau udah naik pohon nggak tahu caranya turun..." aku meringis mendengar suara mbok Jum.

Yah, buah memang jatuhnya nggak akan jauh dari pohonnya.

Aku rasa aku akan melihat diriku sendiri pada anak-anakku.

Dinikmati saja...

Yang penting mereka sehat dan Olin selalu mendukungku...

-The End-

Suamiku Brondong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang