☆BAB 1 : Cinta Dalam Diam ☆

9.6K 453 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Barangsiapa yang ingin merasakan manisnya keimanan, maka hendakah ia mencintai seseorang, yang tidak ia cintai karena Allah"
(HR. Ahmad)

☆☆☆

"Dokter! Pasien sekarat!" Aku berteriak lantang ketika bunyi tak normal terdengar dari alat berbentuk kotak  atau yang sering disebut pasien monitor itu. Alat ini berfungsi untuk memantau kesehatan pasien secara realtime yang bisa diamati dari layar monitor. Dan sekarang, alat ini menunjukan keadaan pasien semakin memburuk.

Nizam, dokter muda itu langsung berlari ke arahku. Wajahnya terlihat sedikit panik sambil menatap alat berbentuk kotak itu yang menunjukan garis berjalan tidak beraturan.

"Siapkan defibrillator, Sus!" Katanya cepat. Aku langsung menyiapkannya dengan pikiran yang sedikit kacau.

Shut!

Dokter  Nizam menempelkan alat tersebut ke dada sang pasien yang ber tujuan menormalkan kembali detak jantung pasien itu dengan memberikan stimulasi arus listrik agar mengejutkan jantung dan menormalkan iramanya kembali.

Pasien itu menggeliat, pasien monitor masih belum menujukan tanda-tanda ke normalan. Entah kenapa, setiap kali menyaksikan pemandangan ini, hatiku juga ikut was was dengan keadaan pasien yang sedang aku tangani saat ini. Dengan sekuat tenaga, para medis yang ada diruangan ini harus bekerja sama dalam melakukan setiap tindakan. Salah sedikit, nyawa taruhannya. Dan aku tidak mau, ada nyawa yang melayang karena kecerobohan kami.

Suasana diruangan ICU ini semakin menengangkan tatkala keadaan pasien menunjukan penurunan. Keringat dingin sukses membanjiri kening ku saat ini. Pasien sebelumnya mengalami kecelakaan dan membuat luka mengaga di dekat jantungnya. Sejak aku pantau tadi, kondisinya sempat membaik, sebelum dia kembali kritis seperti ini.

Berkali-kali dokter Nizam menekan-nekan dada sang pasien dengan tangan dan dengan alat defibrillator secara bergantian. Kulihat dokter juga mengembunkan cairan bening di keningnya.

"Oke. Sekali lagi!" Katanya dengan menggebu. Aku mengangguk. Dokter Nizam kembali menempelkan alat bertegangan listrik itu ke dada sang pasien hingga menggeliat.

Ya Allah, selamatkan lah pasien ini.

Lantunan doa terus terucap dari bibir dan hatiku secara beriringan. Hidup, mati, jodoh, takdir semua ada ditanganmu Ya Rabb. Dan aku berharap berikanlah kesempatan hidup untuk pasien ini.

Aku bernapas lega ketika detak jantung pasien kembali menormal. Beribu syukur aku panjatkan pada pencipta alam semesta. Secercah harapan untuk menyelamatkan pasien akhirnya muncul. Kami telah berhasil menormalkan irama jantungnya.

"Alhamdulilah.." gumaman itu terdengar jelas keluar dari bibir dokter Nizam sambil memakaikan kembali nebulizer  yang sempat di lepas ke hidung pasien . Beliau juga sedang mengucap syukur pada sang khalik karena telah membantunya menyelamatkan hidup pasiennya.

Tak sadar mataku tak berpaling sedetikpun dari wajahnya. Keringat yang menetes dan membanjiri keningnya sukses membuatku panas dingin dan merasakan desiran aneh menjalar ditubuhku.

"Astagfirullahalazim.." aku langsung
Memanglingkan pandanganku ke arah lain ketika aku menyadari sedang berzina mata dengan dokter satu ini.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang