☆BAB 5: Khitbah Tak Terduga☆

4.3K 270 11
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Oh, Allah. Apa ini suratan takdirmu? Apa dia bukan makhluk ciptaanmu yang kau tuliskan untuk menjadi jodohku di lauhul Mahfudzmu?"

***

"Ente yakin, Zam?"

"Insha Allah, Yon. Ane yakin," jawabku penuh keyakinan.

Aku begitu yakin dengan keputusanaku untuk mengkhitbah Ayessha. Ya, wanita itu, wanita yang berhasil merebut hatiku dan memenjarakannya agar tak bisa berpaling darinya. Wanita dengan tingkah blak blakannya yang membuatku memgembangkan senyum setiap kali berada di dekatnya.

Dan hari ini, adalah hari yang aku nantikan sejak lama, selama aku memendam perasaanku pada Ayessha. Aku akan mengkhitbahnya dengan restu dari kakanya, Dion. Aku membawa Ummi dan Abah serta satu adik perempuanku, Nafisah. Hari ini aku akan mengikat Ayessha dengan khitbah, aku ingin dia menjadi pendamping hidupku di dunia maupun di akhirat.

Aku menghentikan aktivitas ngobrolku dengan Abah ketika Dion mengatakan bahwa Ayessha sudah siap. Aku menoleh ke arah tangga disusul dengan pekikan Ummi yang memuji penampilan Ayessha. Aku benar benar gak salah pilih, kan? Selain Sholehah, Ayessha juga cantik sekaligus periang.

Kulihat disana ada Aiza juga, aku tahu, dihari penting ini dia akan menemani sahabatnya. Dahiku mengekerut ketika kedua perempuan itu mengehentikan langkahnya di tengah tangga, mereka menatapku intens. Kenapa? Ada yang salah?

Hatiku mencelos ketika melihat tubuh Ayessha tiba tiba ambruk. "Ayessha!" Pikiranku kacau balau, aku langsung berlari bersama Dion menghampiri Aiza yang tengah menahan tubuh Ayeesha yang terjatuh kedalam pelukannya.

"Zam, ente bantu ane angkat Yesha ya," pinta Dion panik. Aku sempat menolak, Ayessha bukan mahram ku, kalau aku mengangkatnya, apa tidak akan menimbulkan dosa? Tapi yasudahlah, ini keadaan sangat mendesak, Allah juga pasti mengerti kalau Ayessha sedang membutuhkan pertolonganku sekarang.

Aku dan Dion membopongnya ke kasur, dan membaringkannya disana, disisi lain Aiza terlihat ketakutan. Aku tau dia juga syok karena tiba tiba Ayessha pingsan di pelukannya.

"Sha, kamu kenapa?" Panik Aiza. Air mata mengalir dari pelupuk matanya.

"Mas Dion, sebenarnya kenapa Ayessha? Kenapa tiba tiba pingsan gini?"

"Mas juga gak tau, Ai."

Sebagai dokter, aku harus melakukan tugasku, aku langsung berlari menuju mobil dan mengambil stetoskop beserta alat alat yang aku perlukan untuk memerika Ayessha.

"Yon, biar ane periksa keadaan Ayessha," kataku mengambil alih. Semua mengangguk, aku lantas memeriksanya.

"Gimana keadaan adek ane, Zam? Dia baik baik aja kan?"

"Sepertinya Yesha kecapean, Yon. Kalau dia belum siuman juga, kita harus segera membawanya ke rumah sakit dan melakukan tes labolatorium untuk mengetahui apa yang terjadi pada Ayessha," kataku ikutan panik.

"Nggak.. usah.. mas Dion," suara pekikan kecil dan lemah itu berhasil membuatku menoleh. Ayessha sudah sadar sepertinya.

"Sha, kamu udah sadar?" Kata Aiza, kulihat Ayessha menggenggam jemari Aiza erat.

"Aku nggak papa kok, Ai," kata Ayessha.

"Nak, Yesha. Nak Yesha gak papa kan? Tante khawatir banget sama Nak Yesha." Ummi mendudukan diri di samping kanan ranjang Ayessha.

Alhamdulillah. Beribu syukur aku panjatkan kepada Allah karena telah menyadarkan Ayessha. Aku benar benar panik tadi, meskipun aku sudah biasa melihat pemandangan seperti ini dan menuntutku bersikap profesional, tapi kali ini aku agak gugup melakukannya. Karena yang kutangani adalah wanita yang aku cintai. Wanita yang selama ini mendiami singgasanah hatiku.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang