☆BAB 16: Sebuah Janji☆

4.7K 332 15
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Aku tidak tahu maksud Ayesha membuatku berada di situasi ini ; berdua dengan dokter Nizam. Bagiku situasi ini lebih gawat dari kecelakaan apapun! Jantung ini..kenapa masih berdetak kencang untuknya? Ya allah tolong hentikan debaran untuknya ini. Dia tak lagi pantas untuk aku kagumi.
***

"Ai. Ai. Kok malah melamun? Coba dicek infusnya apa perlu diganti tidak."

"Ah iya dok maaf." Kulihat dokter Nizam menghela napasnya. Aku yang menyadari kesalahanku langsung menjalankan tugasku seharusnya.

Setelah selesai memantau pasien kami keluar. Dokter Nizam menyuruhku untuk ke ruangannya terlebih dahulu dia bilang ingin menyampaikan sesuatu.

"Jujur saya tidak suka dengan kinerja kamu tadi mengapa masih sempatnya kamu melamun Aiza? saya tahu kondisi Ayesha mungkin saja menjadi penyebabnya tapi kamu lihat saya kan? Sepanik apapun saya berusaha tenang karena ini berhubungan dengan nyawa orang,Ai."

Aku menunduk dalam ia tahu ini merupakan kesalahanku dan aku pantas dimarahi. "Maaf dok saya janji tidak akan mengulang kesalahan ini lagi."

"Ai boleh saya minta tolong sama kamu?"tanya dokter Nizam hati-hati. Aiza mendongkak menatap dokter Nizam sesaat namun saat sadar ia langsung mengalihkan pandangannya lagi."Minta tolong apa dokter?"

"Tolong kamu bujuk Ayesha untuk melakukan tes lab. Saya khwatir dengan kondisinya."

Aku mengangguk lalu bangkit dari posisi dudukku. "Baik dok."

"Aiza,"panggil dokter Nizam lagi. "Terima kasih."

Aku mengulum senyum tipis.

***

"Yesha!"panggilku keras. Yesha tidak ada di ruangannya mungkin sekarang dia sedang di dalam kamar mandi. Aku mengetok pintu kamar mandi yang tertutup itu berharap Yesha memang ada di dalam sana.

Tidak ada sahutan apapun. Aku mulai panik. Ke mana Yesha sebenarnya?
"Yesha! Kamu di mana?"

Aku keluar dari ruangannya untuk mencari keberadaan Yesha. Mungkin saja dia sedang berjalan-jalan di taman 'kan?

Belum sempat aku keluar suara deritan pintu kamar mandi terdengar. Aku langsung mendekatinya dan benar Yesha keluar dari dalam kamar mandi. Wajah Yesha sangat pucat dan badannya berkeringat dingin. Saat aku menyentuh keningnya,keningnya terasa panas kontras dengan suhu tangannya yang sedingin es batu.

"Sha kamu kenapa?"aku membantu memapah tubuh Yesha yang sudah sangat lemah.

Aku memeriksanya dan mulai memasangkan kembali infus di tangannya. Aku juga menghitung suhu tubuhnya agar aku tahu berapa derajat tepatnya panas tubuh Ayesha ini.

Aku ingin memanggil dokter Nizam saat tangan Ayesha menahanku lemah. Ayesha menggeleng memintaku untuk tidak memberitahu Nizam."Kenapa Yesha?dia suami kamu , dia berhak tahu keadaan kamu."

"Aku gak apa-apa, Ai."

"Gak apa gimana? Tubuh kamu panas banget dan ngapain kamu ada di kamar mandi tadi? Aku panggil gak jawab."

Ayesha malah terkekeh mendengar serentetan kalimatku. Dia menatapku sendu namun kerlingan jahil itu ada di sana."Aku abis setor banyakk banget makanya lemes gini."

"Bohongnya gak beralasan!"Aku menyahut,"sebenernya kondisi kesehatan kamu gimana sih? Periksa ya,biar tahu pasti."

Lagi, Ayesha menggeleng,"Aku gak apa Ai. Kata dokter Riko aku boleh pulang sore nanti."

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang