☆BAB 11: Makmum Terbaik☆

4.4K 271 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jikau kamuu ditakdirkan menjadi makmumku, tolong bimbing aku agar menjadi imam yang baik untukmu
***

Flahback On

Nizam POV

"Yon, kamar mandi ente ada dimana? Ane mau numpang ke kamar mandi, udah kebelet," tanyaku pada Dion.

"Oh, ente lurus aja dari disini, nanti belok kanan, disana kamar mandinya," tunjuk Dion. Aku mengangguk paham, aku beranjak dari duduk dan menuju kamar mandi yang sudah ditunjukan Dion.

Line!

Ponselku tiba tiba bergetar, sebuah pesan dari Dokter Rico masuk dibilah notifku. Aku lantas membukanya.

Rico_
Ente lagi dimana Zam? Ente sukanya kelayapan mulu, ente punya tanggung jawab oy! Pasien ente lagi nungguin nih!

Aku tersenyum membaca pesan dari Dokter Rico, selain partner satu profesi, dia juga adalah teman baikku dan selalu membantuku di rumah sakit.

Baru saja aku ingin mengetik balasan dari dokter Rico, seorang gadis mengahantam tubuhku dan  membuatku terdorong beberapa langkah ke belakang.

Gadis itu meringis dan menatapku tajam, "kalo jalan liat liat dong," katanya.

"Maaf, saya nggak sengaja tadi, kamu ada yang luka?" Tanyaku, gadis itu menatap mataku. Aku sempat mematung ketika menatap matanya. Aku belum pernah menatap mata seindah ini sebelumnya, mata coklat muda dan sangat bening, ditambah wajahnya yang manis mengahsilkan lukisan indah diwajahnya yang membuatku tak bisa berpaling.

Astagfirullah! Aku baru saja zina mata tadi. Sontak aku memanglingkan pandanganku ke arah lain.

"Nggak ada sih," balasnya sambil mengecek tubuhnya.

"Alhamdullilah, maaf ya, tadi saya fokus sama ponsel, jadi saya gak merhatiin langkah saya,"

"Lain kali jangan main ponsel terus, oiya, mas ini temennya kaka saya kan? Mas Dion?" Tanyanya. Aku mengkerutkan dahi.

"Iya, saya temannya Dion,"

Gadis itu mengangguk angguk pelan ,"Mas ini dokter ya?" Kenapa dia tahu lagi?

"Iya, memangnya kenapa?"

"Nggak. Cuma nanya aja. Kata mas Dion mas ini dokter, takutnya mas Dion bohong kan?"

Aku hanya senyum, tapi aku tak berani menatap matanya lagi.

"Mau kemana?"

"Toilet."

"Oh, tinggal belok kanan aja, itu toiletnya." Katanya. Aku hanya mengangguk.

"Terima kasih, saya permisi dulu, dan maaf atas insiden tadi," pamitku untuk melanjutkan langkahku. Kulihat gadis itu mencebikan bibir dan berguman pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.

"Dingin banget jadi cowok,"

Aku terkekeh kecil, entah kenapa aku merasakan hal aneh menjalar ditubuhku, sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku menepis perasaan itu, dan tak mau berpikir yang aneh aneh.

***
Pikiranku kalang kabut saat ini, bayangan gadis itu kembali menyergap pikiranku setelah aku ke toilet dan mendudukan diri di sofa. Tadi gadis itu bilang apa ke Dion? Mas? Apa dia adiknya Dion? Aku memutuskan untuk bertanya, daripada mati penasaran.

"Yon, ente tinggal sama siapa disini?" Tanyaku penasaran.

Dion mengalihkan pandangannya yang sebelumnya tertuju pada layar ponsel.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang