☆BAB 7 :Keputusan Ayessha☆

3.8K 293 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Oh, Allah. Mencintainya adalah bagian terindah dihidupku. Namun, kenapa mencintainya membuatku sesakit ini?

***

"Dokter... bisakah dokter berjanji pada saya?"

"Janji apa Aiza?"

"Untuk membahagiakan Ayessha,"

"Ya, saya janji Aiza."

Hatiku menangis saat mengatakan itu padanya, kenapa aku bisa jadi semunafik ini? Kenapa aku mengatakan hal itu pada dokter Nizam? Bukankah kau juga mencintainya Aiza? Lalu kenapa kau membuat sayatan besar dihatimu sendiri?

Oh Allah, kenapa kau titipkan rasa ini padaku? Rasa yang membuatku berharap tinggi padanya, lalu kau jatuhkan begitu saja rasa ini sampai palung yang paling dalam?

Tak sadar air mata mengalir dipipiku, cepat cepat aku menghapusnya ketika menyadari cairan bening itu meluncur bebas dipipiku.

"Ai, mari turun, kita sudah sampai," suara bariton itu masih terdengar nyaman ditelingaku.

Aku menoleh ke arah dokter Nizam dan mengangguk, aku turun dari mobilnya dan aku masuk duluan kerumah Ayessha. Disusul dokter Nizam dibelakangku.

"Assalamualaikum, Ayessha?" Panggilku. Mataku menyapu seluruh sudut ruang tamu, tidak ada tanda tanda Ayessha. Aku lantas menaiki anak tangga, aku tahu pasti Ayessha sedang beristirahat dikamar sekarang.

Ceklek!

Aku membuka pintu kamar Ayessha, kudapati Ayessha tengah tertidur, aku menghampirinya dengan langkah pelan. Setelah berada tepat di hadapannya, Ayessha perlahan membuka mata, sepertinya dia menyadari kedatanganku.

"Ai.." Ayessha bagkit dari posisi berbaringnya, dia menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

"Kamu udah sehat?" Tanyaku.

"Alhamdulillah, lumayan baikan, Ai." Jawab Ayeesha dengan nada yang masih terdengar lemah. Mata Ayessha tiba tiba tertuju pada sosok lelaki yang ada dibelaksngku. Dia sedikit kaget ketika melihatnya. Aku langsung menjelaskannya pada Ayessha.

"Aku kesini sama dokter Nizam. Katanya sekalian mau jenguk kamu," Ayessha mengembuskan napas panjang.

"Banyakin istirahat, Sha. Biar cepat sembuh," tutur dokter Nizam dengan suara lembutnya.

Ayessha masih diam, bahkan dia sepertinya enggan menatap manik mata dokter Nizam. Dan dia malah menggenggam tanganku.

"Dok, apa bisa tinggalkan kami berdua dulu?" Kata Ayessha tiba tiba. Aku terlonjak ketika Ayessha meminta dokter Nizam agar meninggalkan kami berdua. Sebenarnya apa yang mau Ayessha bicarakan denganku?

"Ah, iya. Bisa. Em saya permisi dulu," pamit dokter Nizam, kini diruangan ini hanya ada aku dan Ayessha. Suasana dingin menyergap kami berdua. Sebelum isakan kecil keluar dari bibir Ayessha dan membuatku khawatir.

"Ai, aku minta maaf.. aku nggak menginginkan semua ini..harusnya kamu yang dikhitbah sama dokter Nizam, bukan aku. Aku bener bener minta maaf sama kam---"

Aku langsung membungkam mulut Ayessha, aku tidak ingin mendengar kalimat itu keluar lagi dari mulutnya.

"Udah, Sha. Mungkin ini memang suratan takdir dari Allah. Meskipun aku menginginkan dokter Nizam buat menjadi pelengkap imanku, tapi kalau Allah tidak menjodohkan kami berdua, aku bisa apa? Aku ikhlas kamu bersanding dengannya, Sha. Aku ikhlas," lirihku.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang