Bab 26 : Kapan Berakhir?

3.4K 228 111
                                    

Ruangan berukuran 4x5 meter ini serasa penuh sesak. Suasana dingin menyelimuti seluruh langit-langit ruangan ini. Tak ada suara apapun meskipun ruangan tersebut berisi 2 insan yang berstatus suami istri. Baik Aiza dan Nizam masih saling diam, tak ada yang berniat membuka percakapan.

Detik demi detik berlalu, Aiza merasa semakin canggung dengan suasana seperti ini. Akhirnya Aiza memberanikan diri untuk membuka percakapan. "Mas, ada apa Mas panggil aku kesini?" Tanya Aiza canggung. Nizam menatap Aiza serius.

"Saya nggak mau bercerai. Tolong buang semua niat kamu untuk bercerai dan menyudahi hubungan ini, karena saya nggak akan setuju," jawab Nizam dingin. Aiza semakin bingung dengan sikap Nizam. Bukan kah Nizam tidak mencintainya? Tapi kenapa dia berkata seperti itu?

"Tapi..."

"Sekali lagi saya bilang, saya tidak mau bercerai!" jawab Nizam menaikkan oktaf suaranya dan berhasil membuat Aiza tekejut.

Hening 3 detik. Aiza menatap Nizam bingung. Sementara Nizam sedang menetralkan hatinya yang sempat terpancing emosi.

Aiza sangat bingung saat ini. Aiza kesal, Aiza marah,  dia ingin segera menghakhiri hubungan yang menyakitinya ini. Tapi kenapa Nizam bersikap seperti ini?

"Boleh aku tahu alasan kamu nggak mau bercerai apa, Mas?"

Nizam kembali menatap Aiza. "Kamu pasti tahu, Ai. Ini semua untuk Ayesha!"

Astagfirullah. Hanya untuk Ayesha saja alasan Nizam ingin melanjutkan hubungan ini? Tidak adakah sedikit alasan lainnya bahwa Aiza lah alasan dia tak ingin bercerai? Demi Allah, hati Aiza kembali remuk saat ini juga. Cairan bening lagi-lagi lolos dari kedua bola matanya.

Melihat Aiza menangis, Nizam memanglingkan wajahnya.  Sebenarnya ia tak tega melihat Aiza menangis seperti itu.

"Maafkan saya Aiza. Saya sangat mencintai Ayesha. Dan saya akan menuruti semua kemauan dia, termasuk menikah dengan kamu."

Aiza masih diam. Dia terus menahan tangisnya agar tidak pecah walaupun air mata sudah tak bisa ia bendung lagi. Aiza menggigit bibir bawahnya dan memilin jari-jarinya. Ia mencoba tegar menghadapi semua ini.

Allah, bisakah engkau cabut rasa cintaku untukknya? Aku tak ingin menahan sakit seperti ini lagi? Hamba tidak kuat.

Hamba telah salah mencintai seseorang, hamba terlalu berharap kepada ciptaan-Mu. Dan sekarang hamba merasakan betapa sakitnya mengharapkan takdir yang sebenarnya takdir itu hanya angan belaka.

Keheningan masih menyelimuti keduanya. Hanya isakan kecil Aiza yang mengisi keheningan diantara keduanya.

"Saya harap, kamu memikirkan ini lagi, Ai. Ini juga demi sahabatmu, Ayesha," ucap Nizam tanpa memikirkan hati yang sudah remuk redam saat ini.

"Saya permisi, Mas,"

Tanpa pikir panjang Aiza langsung berlari keluar ruangan yang menyesakan hatinya itu. Untuk saat ini dia tak ingin melihat Nizam dulu. Dia ingin menetralkan hatinya. Aiza melirik jam tangannya. Waktu menujukkan waktu 10 pagi. Aiza lebih memilih ke Masjid rumah sakit. Mengadu pada Sang Pemilik Alam Semesta, Sang pembolak balik hati manusia tentang perasaan yang dirasakannya saat ini, mumpung tidak ada pasien yang sedang ia tangani juga.

***
Sesudah menunaikan shalat dhuha dan bersimpuh mengenai perasaanya kepada Sang Maha Pencipta. Aiza memilih duduk di teras Masjid sambil melantunkan shalawat nabi. Aiza sedikit tenang, melihat pemandangan masjid begitu menyejukkan hatinya. Apalagi dipinggiran masjid banyak ditumbuhin pepohonan rimbun yang menambah kesan sejuk dan nyaman.

Ketika mata Aiza terpejam sambil menghayati lantunan shalawat, seseorang mengucapkan salam dan berhasil membuat Aiza menghentikan lantun shalawatnya.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang