Bab 25 : Sampai Kapan Seperti Ini?

1.9K 152 23
                                    

Setelah kejadian kemarin, aku tak bisa tidur. Aku terus memikirkan Mas Nizam dan Mas Dion. Aku tak mau mereka terus berselisih paham seperti itu. Aku tak tahu harus dengan cara apa aku memecahkan masalah ini.

Perceraian, hanya kata itu yang terus berlalu lalang di kepalaku. Seperti tidak ada cara lain untuk menyudahi masalah ini selain dengan perceraian. Andai Mas Nizam menyetujui, aku rela bercerai darinya. Aku tak mau ada hati yang terluka lagi karena hubungan ini. Cukup Mas Dion dan Umi yang mengetahui luka ini.

Kenapa kamu membuatku berada di posisi ini?
Bukankah kamu tidak mencintaiku?
Aku tahu, Allah sangat membenci perceraian. Tapi kalau pernikahan ini membuat kita tidak bahagia untuk apa terus dilanjutkan Mas? Aku tak ingin menyakiti kamu lagi dengan posisiku sebagai istrimu, sebagai pengganti Ayesha. Aku tahu, aku tak akan pernah menggeser posisi Ayessha dihatimu.
Tapi..
Apa kamu memikirkan perasaanku juga Mas?
Aku sakit..
Hatiku terluka melihat sikapmu seperti itu..
Aku merasa wanita paling bodoh di dunia..
Lantas. Untuk apa kita melanjutkan pernikahan ini ketika usahku untuk menggapai cintamu hanya sia-sia?
Untuk apa terus bertahan kalau kamu sendiri tidak menganggap aku ada?

Perlahan cairan bening mengalir di pipiku. Kenapa kisah cinta bahagia yang kudambakan malah berkahir seperti ini?

"Aizaaa!" Suara lengkingan itu membuyarkan pikiranku. Kulihat Gita sudah berlari kearahku sambil membawa dua gelas es teh. Dengan cepat aku menghapus air mata yang masih menggenang dipipi. Aku gak mau memperlihatkan kesedihanku di depan Gita.

"Ai, kamu nangis?"

"Ngga, Git. Tadi kelilipan doang kena debu." Aku berbohong. Bagaimanapun pasti kentara sekali aku habis nangis.

"Masa?"

"Iyaaa. Udah sini aku minta es teh nya. Haus," langsung kurebut teh yang ada di tangan Gita. Semata-mata agar dia tak membahas lebih jauh soal menangis tadi.

"Ihh beneran aku serius nih. Kamu gak habis nangis kan?"

Aku terserenyum. "Nggak, Git. Aku tadi cuma kelilipan. Kamu jangan khawatir."

"Awas lho kalau bohong. Apalagi kalau aku sampai tahu kamu nangis gara-gara dokter Nizam."

Aku sedikit terkejut ketika Gita berbicara seperti itu. Apa dia tahu mengenai hubunganku dengan Nizam yang sedang bermasalah? Dan tahu darimana?

"K..kenapa sama Dokter Nizam? A.. aku baik-baik saja sama dia,"

"Baik-baik gimana? Emangnya aku gak tahu kalau dokter Nizam sering cuekin kamu. Liat kalian jalan berdua aja aku gak pernah lho. Kalian kan udah suami istri. Hmmm..aku curiga kalian ada masalah."

Sekentara itukah sikap Nizam padaku? Sampai Gita pun mengetahuinya?

"Nggak Git. Aku baik-baik aja sama Dokter Nizam. Kamu jangan khawatir."

"Serius nih?"

"Iya. Aku serius," ucapku. Maaf Gita aku berbohong. Biarlah masalah ini aku yang selesaikan sendiri. Aku gak mau kamu ikut terlibat dalam masalah ini.

"Mm yaudah deh. Eh Ai tau gak?"

"Apa?"

"Denger-denger ada dokter baru lho di rumah sakit ini. Namanya Dokter Angga. Dokter Spesialis Mata. Dan katanya juga ganteng," oceh Gita.

"Terus?" Tanyaku bingung apa maksud Gita membahas dokter Baru itu.

Gita nyengir kuda. Memperlihatkan deretan giginya. "Ng ... nggak papa sih hehe," aku menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Gita.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang