☆BAB 8 : Bukan Jodoh Darinya☆

3.7K 268 7
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bertemu jodoh dengan orang yang kamu cintai mungkin satu kebetulan.  Tetapi mencintai jodohmu adalah kewajiban."
(Anonim)
***

Jika benar dia adalah yang terbaik untukku, satukan dia dan aku hingga akhir hayat kami. Jika dia tercipta untukku, kekalkan rasa sayang kami hingga akhir embus napas kami. Dan dekatkan hatiku dengan hatinya. Andai telah ditetapkan jika dia adalah jodohku aku akan menerimanya apa adanya.

Ya allah, ikhlaskan aku menerima semua ketentuanmu ini, jodoh, maut dan kelahiran semuanya atas kehendakMu, tetapi apakah salah jika aku berdoa seperti ini di hadapanMu?

Ya Allah yang maha mengetahui, kau ciptakan dari apa hati itu hingga kuat merelakan cintanya untukku?

Ya Allah yang maha pendengar, terbuat dari apa hati wanita itu hingga saat hatinya sakit teremas-remaspun senyuman tulus itu yang terbit di wajahnya.

Ya Allah, haruskah kuterima ketetapanmu walau harus menyakiti hati wanita yang sangat ku sayangi itu, hati sahabatku, Aiza?

Allahumaamiin.

Ku tolehkan pandanganku pada Aiza. Aiza sudah selesai dengan doanya. Senyum tulus tersungging dari wajahnya. Masya Allah, aku yang satu kaum dengannya saja sangat kagum dengan senyumnya itu, apalagi kaum adam?

Astagfirullah, Ayesh, Aiza takkan senang jika tahu kau berfikir demikian padanya.

"Kenapa melihatku demikian, Sha? "

" Senyummu cantik dan tulus. abis doa apa sih, khusyu banget?"tanyaku penasaran. Sebenarnya mengenai doa tidaklah etis menanyakannya bagaimana pun itu hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Namun aku menanyakannya pada Aiza, jadi tak salahkan?

"Aku sedang mendoakan kebahagiaan pernikahan kamu dan dokter Nizam, Sha. "

Allahuakbar, mulia sekali hatinya, aku tahu ada sedih dalam matanya tetapi dia tetap mendoakanku dengan dokter Nizam.

"Tidak usah, Ai. Tidak perlu. "

"Lah kenapa? Aku ingin kamu bahagia. "

"Aku tidak mau Allah marah sama aku Ai,"ucapku sedih.

"Kenapa Allah bisa sedih? "tanyanya lagi penasaran, aku langsung memeluknya masih mengenakan mukena." Karena Allah melihat kekasihnya menahan sakit hanya karena mendoakan kebahagiaanku. Aiza maaf, sampai kapanpun rasa bersalahku padamu tidak akan pernah usai. "

"Sttt.. Kamu gak bersalah, gak ada yang salah di sinu, Sha. Allah memang mentakdirkan kamu dengan dokter Nizam bukan denganku. Mau seberapa keraspun kamu menolak, dia akan tetap akan jadi milikmu, hamba yang Allah berikan untuk menemani hidupmu, Sha. Allah akan marah kalo kamu menyiakn ketentuannya. "

Aiza mengelap air mataku dengan kedua tangannya dengan lembut. Senyumnya lagi-lagi terlihat," Kamu harus bahagia dengan dokter Nizam ya, kamu harus belajar mencintainya. "

Aku mengangguk dan kembali memeluknya erat. Kabar tentang lamaran dokter Nizam untukku sudah tersiar hingga kepunjuru rumah sakit. Dimulai boa rumah sakit, rekan dokter Nizam hingga pasien memberiku selamat atas rencana pernikahanku.

Mas Dion tak mau menunggu terlalu lama, ia meminta Dokter Nizam untuk melakukan pernikahan satu bulan setelah acara lamaran itu hingga seusai acaranya malam itu persiapan pernikahan langsung diadakan.

Undangan, baju pengantin hingga makanan sudah hampir tujuh puluh persen selesai. Untungnya Ummi sangat baik dan membantuku banyak, juga Aiza ia yang menemaniku ke sana ke mari khususnya saat sedang berpergian dengan dokter Nizam.

"Yesha, jangan lupa habis dinas kita ada acara cari cincin,"ucap Nizam saat kami bertemu secara tak sengaja di depan masjid rumah sakit.

"Iya dok tetapi Aiza ikut juga ya? "

Aiza melotot saat aku lagi-lagi mengajaknya untuk ikut mempersiapkan pernikahan kami.

"Iya silakan, kamu mau kan temani saya dan Ayesha lagi? "aku menyenggol tangan Aiza kuat," Mau yaa Ai. Pilihan kamu tuh bagus-bagus, pas milih gaun aja aku langsung suka, iya kan Mas? "

Dokter Nizam tersenyum ke arahku," Iya Aiza, mau ya? "

"Oke. "

***

Kami sudah berada di dalam mobil Nizam. Aku duduk di samping Nizam sementara Aiza di belakang. Beberapa obrolan mengalir lancar baik dari dokter Nizam, aku maupun Aiza.

Dokter Nizam sangat menghormati Aiza, tidak sedetik pun ia mengabaikan Aiza walaupun sedang terlibat obrolan denganku, itu yang membuat sedikit rasa kagumku padanya muncul.

Apakah benar dia yang kau takdirkan untukku, Ya Allah?

Begitu sampai di toko mas, aku, Aiza dan Nizam turun. Aku langsung menggandeng Aiza masuk ke dalam sementara Nizam memarikirkan mobilnya di parkiran.

"Selamat siang Mba ada yang bisa saya bantu? "

"Saya mau cari cincin pernikahan Mba, ada yang bagus gak? "tanyaku langsung pada Mba-mba itu.

"Ai, tolong pilihkan dong. "

"Lah kan kamu yang mau nikah kok aku yang pilih? "

"Aku bingung semuanya cantik. "

Mba yang tadi tersenyum simpul padaku dia mengeluarkan beberapa cincin dan menunjukannya pada kami." Ini cincin terbaru kami, sangat cocok untuk cincin pernikahan. "

Aku menggaruk tengkukku, masih bingung memilih cincin di depan walaupun sudah dipilihkan empat model cincin untukku pilih. Kemana sih Mas Nizam? Lama sekali memarkirkan mobilnya.

"Gimana sudah dapat cincinnya? "tanyanya begitu sampai.

"Kok lama? "

"Tadi ada telpon dari Riko. "

"Dokter Riko ngomong apa? "tanyaku penasaran.

Aiza menyenggol lenganku dan membisikan sesuatu," Pasti mengenai pasien, kamu jangan curigaan gitu sama calon suami kamu. "

Aku tertawa kecil mendengarnya, langsung saja aku ajak mas Nizam melihat cincinnya," Aku bingung mau pilih yang mana, Mas. Semuanya cantik seperti Aiza. "

"Yesha! "

"Yee kan emang bener kamu tuh cantik Ai! "

Mba tadi tersenyum melihat pertikaian kami," Semuanya cantik kok. Mas ini beruntung dapetin satu diantara kalian. "

"Yang ini calon istri saya, Mba. Yang paling cerewet tetapi gemesin, "ucap Nizam pada mba tadi, mba tadi tertawa kecil melihat romansa diantara kamu berdua.

Mas Nizam sedikit demi sedikit berubah, wajah dingin yang selalu membuatku kesal jadi berubah menjadi senyum hangat yang membuat ruang dalam hatiku menghangat secara ajaib.

Ya Allah, apakah ini yang disebut karunia cintamu? Rasanya nyaman dan hangat, rasa yang membuatku mengingat akan surga-Mu bukannya melalaikan perintahmu. Cinta yang kau titipkan untukku membuatku mengingatMu.

Ya Allah, terima kasih, bisakah sekarang aku berdoa agar dia terus dapat menuntutku menuju surgamu?

Ya Allah, jika memang ini suratan takdirku, aku menerimanya.

Berikanlah kebahagiaan dan keberkahan untuk keluarga kami kelak.

***
Bersambung
Maaf pendek😅Admo_99

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang