☆ BAB 2 : Mak Comblang ☆

5.8K 324 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Seberapa rapatpun kamu menyembunyikan rasa itu, aku tetap bisa menemukannya di balik binar matamu saat menatapnya. Tak ada rasa cinta yang salah apalagi itu berasal dari kekagumanmu atas kecintaan dia pada-Nya."

☆☆☆

Aku baru saja selesai mengunjungi pasien untuk mengecek kondisinya dengan dokter Riko. Aku dan dokter Riko kebetulan melewati ruangan ICU aku melihat keadaan di ruangan itu yang sedang mencekam, mungkin ada pasien yang sedang dalam keadaan gawat. Di mana hidupnya berada di ujung persimpangan antara hidup dan mati.

Sebagai tenaga medis kami sudah akrab dengan kondisi seperti ini, bagaimana pun kematian sering terjadi di sini dan kabar buruknya kami harus menyaksikannya secara langsung dan terlibat tangan dalam menghadapi kematian itu.

Sungguh miris, bukan?

"Terima kasih suster  Ai, kerja suster sangat baik. " samar-samar ku dengar suara bariton dari dalam. Ku pelankan langkahku hingga sepenuhnya berhenti untuk mengamati situasi di dalam sana.

"Suster Shasha ngapain berdiri di sana? "tanya Dokter Riko. Memperlihatkan cengiran lebarku, aku memeberitahunya agar duluan saja, aku ingin mengajak sahabatku Aiza makan siang bareng.

"Ya sudah saya duluan, "katanya lagi pamit padaku. Aku iyakan saja, sudah tak begitu peduli. Ku lihat di dalam sana Aiza dan Dokter Nizam sedang berdiri canggung.

"Tolong pantau terus pasien ini ya, Sus. Kalo ada apa-apa, panggil saya saja. " aku langsung bersembunyi di dinding sebelah kiri pintu, berharap saat dokter Nizam keluar ia tak memergokiku sedang menguping.

Kulihat kaki panjang dokter Nizam perlahan namun pasti keluar dari ruangan itu. Ku hembuskan napas lega, untung gak ketahuan.

"Suster Sha ngapain kamu berdiri di sana? Kamu mengintipku dan Aiza ya? "tanyanya datar.

Ngapain pake ke gap segala sih! Lagian dokter Nizam kenapa bisa tahu aku sedang melihat dia dan Aiza di dalam? Tenang Ayesha, tenang. Aha!  Seperti mendapatkan ilham dari langit, aku langsung berdiri di hadapannya dengan tenang seperti tak ada kesalahan yang baru saja ku perbuat.

"Saya mau mengajak dokter makan siang, mau? "

" Apa? "kulihat dia begitu terkejut.

Bagus Ayesha bagus  baru saja kamu menjatuhkan harga dirimu sendiri dengan mengajak dokter datar ini makan siang!

"Saya juga ngajak Suster Aiza dok. Jadi kita gak cuma berdua makannya," sanggahku cepat. Calm down, Sha.  Gak usah terlalu tegang menghadapi muka datar di depan sana!

"Oke sepuluh menit dari sekarang, lebih dari itu saya tinggal makan sendiri. "

"Siap dokter! "jawabku semangat.

***

Di sini lah aku sekarang bersama dengan dokter Nizam dan Ayesha di kantin rumah sakit. Karena waktu yang diberikan dokter Nizam hanya sepuluh menit, langsung saja aku tarik Aiza tanpa babibu ke sini, tentu saja dengan sedikit rayuan dan godaan sedikit.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang