☆BAB 15 : Salah Paham☆

4.3K 294 10
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Penyesalan bagi seorang suami itu ketika menuduh istrinya tanpa bukti dan membuatnya meneteskan air mata berharganya
***

Langkahku terhenti diambang pintu tempat Ayessha berada. Mataku membulat sempurna ketika melihat pemandangan tak mengenakan itu, Riko dengan lancangnya memeluk istriku, Ayessha. Luapan emosi menguasai diriku, langsung saja aku menarik kerah bajunya.

"Lepaskan Riko! Kamu gak berhak memeluknya seperti itu!" Bentakku pada Riko. Aku tak peduli meskipun Rico sahabat baikku, tapi jika dia menyentuh istriku, aku tak terima. Mereka bukan mahram.

"Zam, maaf, ini gak seperti yang ente pikir," Riko mencoba mencari alasan.

"Kenapa ente peluk Ayessha? Ente tau kan Ayessha istri ane?" Aku benar benar naik pitam dibuatnya.

"Kalian kalo mau berantem diluar! Aku gak mau kalo kehadira kalian membuat Ayessha tambah drop!" Aiza membentak ku dan Rico. Dengan terpaksa aku melepas kerah bajunya, aku melakukannya bukan karena kasihan, melainkan aku tak mau kondisi Yessha tambah drop seperti yang dikatakan Aiza barusan.

"Maaf, Ai," aku meminta maaf pada Aiza, tapi mataku tak henti hentinya menatap tajam pada Rico.

"Ane permisi dulu," kini giliran Rico yang pamitan. Sedikit lega aku mendengarnya, aku tak perlu lagi mengeluarkan emosi kalo dia sudah tak ada disini.

Kini tatapanku beralih pada Yessha, kenapa dia mau saja dipeluk Rico tadi?

"Sha, kenapa kamu mau saja dipeluk Rico seperti itu tadi? Kenapa kamu gak berontak?" Ayessha hanya diam tak berani menatap mataku.

"Sha, mas lagi bicara sama Yessha, tolong tatap mata mas!" Tandasku. Perlahan Ayessha menaikan wajahnya, ekspresi ketakutan tercetak jelas disana.

"Mas, itu gak seperti yang mas pikirin, mas Rico itu..."

"Mas Rico apa Sha? Apa kecurigaan mas benar kalau kalian dulu pernah ada hubungan?"

Ayessha kembali diam. Yessha, kenapa kamu diam seperti itu? Jangan bikin mas semakin ber suudzon padamu.

"Yessha, tolong jawab mas,"

Setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya, hatiku terenyuh, perasaan bersalah mulai menyelimutiku. Apa aku terlalu kasar pada Ayessha? Astagfirullah..

"Dokter Nizam, kalau ada masalah dengan Shaha tolong bicaran baik baik, seengaknya jangan buat Shaha semakin drop," perkataan Aiza barusan semakin membuatku semakin bersalah. Hatiku semakin sakit ketika Ayessha memeluk Aiza dan menumpahkan tangisnya sesenggukan.

"Ai, bisa tinggalkan kami berdua saja?" Pintaku pada Aiza, Aiza sempat meilirik Ayessha sebelum dia mengangguki dan pergi meninggalkan ku dengan Ayessha.

Kini tinggal aku dan Ayessha diruangan ini, suasana hening menyergap kami berdua, cuma terdengar suara isakan tangis yang keluar dari bibir Ayessha yang membuatku semakin tak tega.

Aku benar benar merasa bersalah, aku merasa tidak becus menjadi imam sekaligus suami untuk Ayessha. Aku telah membuat istriku menangis, aku bahkan sudah melanggar janjiku sendiri agar tak membuat setetes air matapun keluar dari mata Ayessha. Dan kini, justru aku lah penyebab dia menangis.

"Yesha... mas minta maaf," aku menggenggam tangan Ayessha, duduk disampingnya dan menatap lekat matanya.

"Seharusnya mas dengerin penjelasan Yessha dulu, seharusnya mas gak main nuduh aja, seharusnya mas nanyain keadaan kamu, bukan marah marahin kamu kaya tadi, maafin mas, mas bener bener terbawa emosi tadi,"

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang