TEAM SPAM KOMEN MANA SUARANYA?
Malam ini terasa sangat dingin diantara aku dan Mas Nizam. Kecanggungan begitu pekat menyelimuti ruangan berukuran 5×4 meter ini. Bagaimana aku harus memulai pembicaraan? Meskipun pria yang sedang terbaring membelakangiku ini sudah resmi menjadi suamiku, tapi aku benar-benar merasa canggung.
"Mas.. " kupanggil namanya pelan. Tak ada respon, apa dia sudah tidur?
"Mas.."
"Aiza, bisa kamu tinggalkan aku sendiri?" Perkataanya itu langsung membuat hatiku bagai tertohok tombak tajam. Dingin, dan tegas. Seolah mengusirku secara halus dari kamar ini.
Untuk beberapa detik aku masih bengong, dan Mas Nizam masih terbaring membelakangiku.
"Aiza, apa kamu dengar permintaanku? Kalau tidak, biar aku saja yang keluar dari kamar ini." Mas Nizam beranjak dari posisi terbaringnya.
Air mata mulai menggenang dipelupuk mata, air mata ini seolah ingin tumpah tak tertahankan.
Aku tahu kehadiranku dalam kehidupan Mas Nizam tidak diinginkan. Dan sekarang aku bagaikan manusia paling bodoh di dunia, kenapa aku harus mengabulkan permintaan Ayesha sementara aku tahu betul mas Nizam tidak mencintaiku.
"Jangan Mas, biar aku saja yang keluar," cegahku. Bagaimanapun aku yang salah, aku yang membuat keadaan ini semakin kacau.
Demi Allah, aku sangat sakit mendengar perkataan Mas Nizam barusan, seolah menegaskan ketidaksukaan dia padaku.
Aku tahu, di satu sisi, Mas Nizam tak ingin mengecewakan Ayessha, tapi disisi lain, dia tak bisa menerima keadaan ini, dia tak bisa membohogi perasaanya sendiri. Akupun sama, aku tak tahu apa yang ada dipikiran Yesha saat menulis surat itu, aku sudah mengikhlaskan Nizam untuk seutuhnya menjadi milik Ayessha. Tapi kenapa dia malah menyerahkannya balik padaku?
Tapi terlepas dari semua itu, jikalau Nizam tak mau menerimaku, kenapa dia bersedia menikahiku dan mengabulkan permintaan Yesha? Jika alasannya hanya untuk mengabulkan permintaan Yesha karena dia adalah istri yang paling dicintainya, sungguh, demi Allah aku sakit hati. Lebih baik aku tak menikah dengan Nizam. Lebih baik aku menolak permintaan Ayessha. Ini sungguh menyakitkan bagiku Yesha.
Baru saja kakiku hendak melangkah keluar kamar, Mas Nizam memanggilku. Otomatis aku langsung membalikan badan.
"Ada apa, Mas?"
"Aiza, aku tahu, keadaan ini membuat kita berdua tertekan. Disatu sisi, aku masih berduka atas kepergian Yesha. Disisi lain, Aku tak bisa menolak permintaan Yesha. Aku tahu kamupun merasakan hal yang sama. Tapi tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu. Kamu bisa percaya padaku, Aiza. Karena sungguh, aku masih belum bisa melupakan Yesha. Namanya terpatri kuat di dalam hatiku."
Lagi, air mata kembali menumpuk di pelupuk mata. Rasanya aku sudah tak tahan mendengar perkataan Nizam lagi. Miris, aku bagaikan pengantin bayaran yang dijadikan sebagai prasyarat untuk mengambulkan permintaan Yesha. Setelah itu, aku tak dianggap apa-apa. Seolah pernikahan ini tak pernah terjadi walau status kita sudah sah di mata agama.
Allah, kenapa takdirmu begitu pelik? Kenapa engkau mengujiku sebegitu beratnya? Jika memang Nizam tak di jodohkan untukku, aku ikhlas. Tapi, kenapa harus ada ujian ini?
***
Pagi-pagi sekali aku sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan buat Nizam. Walau Nizam tak mengganggapku sebagai istrinya, tapi pernikahan ini sudah sah di mata agama. Oleh karena itu, aku harus melayani suamiku dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang istri.
Di rumah ini memang cuma ada aku dan dan Nizam. Orangtua Nizam sedang ada urusan sehingga membuat mereka harus meninggalkan rumah beberapa hari. Entah kenapa aku berfikir mereka tak pergi karena ada urusan, melainkan mencoba meluangkan waktu untukku dan Nizam agar bisa bersama. Astagfirullah. Aku nggak boleh suudzon.
Suara ketukan orang menuruni tangga membuatku terbuyar dari menata piring. Kulihat Nizam yang sepertinya baru bangun tidur. Diujung tangga mata kami beradu, saling tatap, tapi entah kenapa tatapan itu terda dingin bagiku. Detik berikutnya, Nizam berjalan menuju kulkas dan menuangkan minum.
Aku tak tahu harus berbuat apa sekarang. Aku gugup. Bahasan apa yang akan aku mulai dengan Nizam sekarang setelah kejadian tadi malam. Bahkan untuk memulai berbicara saja rasanya lidahku kelu.
"Masak apa?" ucapnya sambil berjalan ke arahku. Aku bengong.
"Ai, masak apa?" tanyanya lagi. Lamunanku terbuyar.
"Eh, i ... ini ... masak tumis kangkung, Mas."
Nizam hanya mengangguk. Detik sepanjutnya dia melirik jam tangannya. "Besok kita ke RS bareng,"
Aku terheran, bukannya masih cuti? "Tapi, Mas. Bukannya kita masih cuti?"
"Seharusnya begitu. Tapi melihat kondisinya yang seperti ini, lebih baik secepatnya kita kembali bekerja. Aku tak mau melihatmu terus murung karena sikapku."
Ada nada dingin dan menusuk dari perkataan Nizam tadi. Segitunya kamu benci aku, Zam?
Aku tak bisa menyalahkan siapapun atas keadaan ini, ini semua terjadi karena kesalahanku juga. Seharusnya dari awal aku tak mau menuruti keinginan Yesha, seharusnya aku membatalkannya ketika Nizam datang melamarku. Aku tak berfikir panjang waktu itu, jikalau aku tahu keadaannya bakal seperti ini, lebih baik aku tak menikah dengan Nizam.
Terlepas dari ini semua, Nizam juga turut andil dalam keadaan yang terjadi saat ini. Jika memang Nizam tak mencintaiku, kenapa dia harus menikahku kalau dia tahu ujung-ujungnya bakal seperti ini? Apa dia setega itu membuatku menjadi pengantin prasyarat untuk mengabulkan keinginan Ayessha?
Ya Rabb, jodoh, kematian, takdir semuanya sudah dituliskan di Lauhul Mahfuz-Mu. Termasuk takdirku dengan Nizam. Tapi, apa hamba boleh berharap? Bisakah engkau mengubah takdir ini menjadi sedikit lebih manis? Demi Allah, hamba tak kuat menahan pahitnya takdir yang sedang hamba jalani saat ini. Takdir yang membuat hati hamba harus tersayat berkali-kali.
Yesha, apa kamu mendengarku disana? Kenapa kamu membuatku terjebak didalam situasi ini? Aku tak sanggup Yesha. Sungguh...
****
Hai, aku kembali :)
Sekalinya update pendek. Maaf ya. Hehe
Semoga setelah hari in up nya lancar ya. Doakan saja.
Masih Nungguin kisah ini kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSSP] Takdir Cinta Aiza
Spiritual(Spiritual-Romance) Aiza adalah wanita yang diidamkan oleh hampir semua pria. Kecantikannya, kepandaiannya, ketulusan hatinya. Aiza tak ubahnya seperti sekuntum bunga mawar yang sedang mekar. Begitu indah membuat siapa saja terpancing untuk memetik...
![[DSSP] Takdir Cinta Aiza](https://img.wattpad.com/cover/153539491-64-k98978.jpg)