☆BAB 6 : Permainan Takdir☆

3.9K 283 10
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kesempurnaan cinta sesungguhnya adalah saat kita berhasil merelakan dia untuk mencari kebahagiaannya sendiri, bukan?

***

"Ai, apa kamu mau jadi makmumku, membina keluarga denganku, dan menjadi pelengkap imanku?" tanya dokter Nizam tiba-tiba.

Rasanya pasokan udara yang sampai pada paru-paruku berkurang hingga untuk menghembuskan napas saja sulit. Baru saja dua hari yang lalu dokter Nizam mengkitbah Ayesha dan kini malah mengkitbahku. Apa yang terjadi dengannya? Sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan?

Sejujurnya jauh dalam hati kecilku mengharapkan ini nyata dan khitbah atas Ayesha hanya mimpi burukku saja, tetapi aku masih waras untuk mengharpan itu semua. Dokter Nizam adalah milik Yesha, sahabatku sendiri.

"Ha? A-pa dok?  Sa-saya--"

"Benar bukan? Kamu pasti kaget, begitu pun dengan Ayesha, karena lamaran tiba-tiba saya dia menjadi sakit."

Allahu akbar! Hampir saja aku berniat buruk untuk egois dan merebut dokter Nizam dari Ayesha.

Aku menghembuskan napas lega," I-ya Yesha pasti kaget, dok."

"Kamu tidak berfikir saya melamar kamu beneran 'kan? "

"Tentu saja tidak."

Kulihat dokter Nizam tersenyum simpul atas jawabanku. Ya Allah mengapa hanya dengan melihat senyumnya saja jantung ini berdetak luar biasa kencangnya? Tidakkah engkau salah telah meletakan cinta yang teramat besar untuknya?

"Ai," panggil dokter Nizam lembut.

"Iya dok."

"Saya ingin menjenguk Ayesha sore ini, apa kamu mau ikut? "

Kembali aku terkejut dengan ucapannya,"Saya? Dokter mengajak saya?"

"Iya, saya takut Dion sedang tidak ada di rumah, nanti bisa menimbulkan fitnah jika hanya berdua saja di rumah." Ah iya benar, Mas Dion memang jarang sekali berada di rumah, lalu bagaimana dengan Ayesha? Dia sendirian sekarang? Mengingat itu aku terserang panik mendadak, bagaimana aku bisa lupa? Sahabat macam apa aku ini? Hanya karena masalah perasaan ini aku melupakan sahabatku sendiri.

"Iya saya mau dok."

***

Sesuai janjiku pada dokter Nizam untuk menemaninya ke rumah Ayesha, selesai dinas aku langsung mencari di mana keberadaan dokter Nizam. Setahuku jam dinas dokter Nizam sudah selesai sejak lima menit yang lalu.

"Ada pasien gawat darurat dok!" ucap satu suster. Aku baru saja sampai di depan ruangan dokter Nizam.

Dokter Nizam keluar dari ruangannya sambil berlarian panik atas laporan dari suster tadi. Tanpa aku sadari aku mengikuti langkahnya itu.. Kulihat dokter Nizam tengah serius menangani pasien yang sedang dalam kondisi kritis.

Kepala pasien kulihat masih mengeluarkan banyak darah. Rupanya ia korban kecelakaan yang bekas operasi besar di kepalanya mengalami infeksi.

Aku mundur dan memilih duduk di kursi tunggu, aku ingin membantu namun jam tugasku sudah berakhir dan sekarang aku juga sudah tidak mengenakan pakaian dinasku.

"Ai."

"Dokter Riko."

"Sedang menunggu Nizam?"tanyanya dengan senyum yang lebar.  Melihat senyum itu hatiku yang terasa getir mengingat kondisi pasien tadi mendadak tenang, dokter Riko memang dikenal sebagai dokter teramah di rumah sakit ini.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang