Bab 19 (Flashback)

3.2K 249 18
                                    

Flashback On

Hatiku resah, hawa dingin diruangan ini semakin terasa menyesakkan dadaku. Samar-samar suara isak tangis Nizam membuatku merasakan pedih dihati. Rasa itu meyeruak dan memenuhi rongga dadaku.

Tepat 30 menit lalu, Ayessha memintaku memakai cincin pernikahnnya, 30 menit lalu, dia masih bisa tersenyum, becanda bersamaku dan Nizam.

Tapi semua itu seolah hanya peringatan, bahwa kebahagiaan itu hanya datang dalam waktu sejekap dan digantikam dengan kesedihan yang amat mendalam. Tepat setelah Ayessha memintaku memakai cincinya, tubuh Ayessha ambruk. Dia kehilangan kesadaran. Cairan kental berwarna merah turut mengalir dari kedua lobang hidungnya.

Aku dan Nizam spontan panik, terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayessha?

Seiringan dengan suasana panik yang mendominasi ruangan ini, Dokter Dinda masuk dan menanyai apa yang terjadi pada pasienya.
"Ayessha kenapa?"

"Saya nggak tau, Dok. Dia tiba-tiba gak sadarkan diri dan mimisan," sergap Nizam. Dia benar-benar khawatir. Nizam juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena ini memang bukan bidangnya.

Dokter Dinda langsung memeriksa Ayessha menggunakan stetoskop yang mengalung di lehernya.

"Maaf, kalian busa keluar sebentar? Saya mau memeriksa pasien," pinta Dokter Dinda padaku dan Nizam.

"Nggak, Dok. Saya mau disini. Lagipula dia istri saya, saya juga Dokter di rumah sakit ini, tolong izinkan saya menemani istri saya." Nizam memohon, dengan kepanikan yang masih menghiasi wajah tampannya. Mata Nizam juga mulai memerah.

"Tidak bisa, Dok. Dokter harus keluar, biarkan saya menangani istri Anda!" tegas dokter Dinda.

"Tapi Dok...,"

"Saya mohon, ikuti aturan medis!" Sekali sentakan, Nizam mengalah, dia tak bisa berbuat apa-apa. Aturan medis memang tak bisa dilanggar, karena ini menyangkut keselamatan pasien.

Nizam berjalan gontai keluar dari ruangan Ayessha. Lalu mendudukan diri di bangku tunggu, yang jumlahnya hanya muat untuk 4 orang saja. Tatapan Nizam sangat kosong, aku tahu apa yang Nizam rasakan saat ini. Bingung, pasti.

Bahkan mengenai kondisi Ayessha saja Nizam tidak tahu. Allah, apa aku jahat karena mengikuti Ayessha agar tidak memberi tahu Nizam tentang penyakitnya? Allah, aku tak bisa melihat Nizam seperti ini.

Rasa sesak dan sakit kembali mengakar didalam hatiku, pedih rasanya melihat pemandangan seperti ini. Aku ingin sekali merangkulnya, mengahapus air matanya, tapi aku sadar, dia bukan halal ku.

Aku benar-benar tak tahu, reaksi apa yang akan Nizam lontarkan ketika mengetahui bahwa istrinya mengidap penyakit serius, leukimia stadium akhir. Aku yakin, hidupnya pasti akan semakin hancur. Sempurna, aku bagaikan pemeran antagonis disini. Aku hanya bisa melihat kehancuran Nizam di depan mataku sendiri, tanpa bisa berbuat apa-apa, padahal sebenarnya aku mengtahui semuanya.

Ayessha, kenapa kamu lakukan ini padaku? Kenapa kamu mengikatku dengan janji yang berujung memilukan seperti ini?

Tak lama dokter Dinda keluar, spontan Nizam langsung menghadap Dokter Dinda, menyergapnya dengan berbagai pertanyaan.

"Dok, istri saya kenapa? Dia baik-baik aja kan?" serbu Nizam.

Dokter Dinda menundukan wajahnya. Pikiran buruk mulai menyergap pikiranku. "Maaf, saya tidak bisa menyelematkan nyawa Ayessha. Penyakit leukimianya sudah mencapai stadium akhir. Dan Ayessha tidak bisa bertahan lagi. Maafkan saya dok, saya tidak bisa menyelamatkan istri dokter."

Nizam mematung, "A..Apa Dok? Leukimia?" kaget Nizam.

"Dokter tidak tahu?" tanya Dokter Dinda bingung. Nizam menggeleng pasrah. Airmatanya mengalir.

[DSSP] Takdir Cinta AizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang