18 (In Your Arms)

8K 273 12
                                    

Part 18 - In Your Arms

"Kamu jangan takut. Selagi ada aku, maka akan kuhapus rasa ketakutanmu. Akan aku ganti dengan rasa kenyamanan."

•••

Setelah perjuangan yang cukup menguras tenaga dan waktu, kini terbayar sudah. Hari ini, tepatnya pada tanggal 21 April, SMA Pelita Harapan tengah mengadakan peringatan Hari Kartini dengan meriah, namun bermanfaat.

Para pengurus OSIS kini tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang tengah mengecek perlengkapan, menyetel peralatan musik, berlari-larian untuk mengurus sesuatu, dan sebagainya.

Alina pun tak kalah sibuknya. Walaupun memakai kebaya dengan bawahan jarik berwarna coklat, ia masih bisa bergerak dengan aktif. Ia hanya memoleskan bedak tipis di wajahnya, dan pelembab di bibir. Ia tak suka jika memakai make-up. Ribet.

Alvaro pun tak kalah sibuknya. Mungkin, jika ada penghargaan manusia tersibuk dalam kepanitiaan ini, Alvaro yang berhak mendapatkannya.

Kegiatan demi kegiatan berjalan dengan lancar, walaupun terdapat sedikit kendala dalam penyelenggaraannya, namun bisa diatasi dengan secepatnya. Berbagai macam lomba yang diadakan untuk memperingati Hari Kartini pun diikuti secara antusias oleh para murid. Bahkan, beberapa guru ada yang berpartisipasi mengikutinya.

Alina yang merasa kehausan, pergi ke ruang OSIS untuk mengambil minumnya. Setelah sampai disana, ia menenggak air mineral tersebut, untuk memuaskan dahaganya. Setelah merasa lega, ia keluar untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi. Namun, baru tiga langkah dari pintu ruangan tersebut, sebuah kilatan cahaya yang cukup menyilaukan membuat mata Alina menyipit dibuatnya. Ketika kedua matanya telah merasa baikan, ia melebarkan matanya untuk melihat darimana asal cahaya tersebut. Di depannya, nampak Gevan yang tengah cekikikan melihat hasil memotretnya tadi.

"Kak Gevan! Apa-apaan, sih?! Pake foto-foto segala!" gerutu Alina.

"Habisnya, ekspresi lo lucu, sih. Lihat, nih! Baguskan fotonya!" Gevan memperlihatkan hasil memotretnya kepada Alina. Alina pun semakin kesal dibuatnya.

"Bagus apanya?! Jelek gitu! Hapus, nggak?!"

"Ngapain gue hapus? Bagus gini. Lo cantik."

Lo cantik

Cantik

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tak habis pikir. Seorang ketua OSIS yang gagah, tampan, dan yang pasti idaman bagi seluruh perempuan, memuji dirinya. Memuji.

"Woy, Al! Are you okay?" Gevan mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah Alina. Alina pun terkejut dibuatnya.

"I'm okay, Kak. Gue kesana dulu, ya. Masih ada urusan, Kak."

"Iya. Semangat, Al!" Alina mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi. Ia berjalan menuju aula sekolahnya. Tempat dimana lomba Mrs and Miss Harapan's diadakan.

Sesampainya disana, ia melakukan tugasnya yang sempat tertunda tadi. Inara yang menyadari kehadiran Alina, berjalan kearahnya.

"Dorr!" Inara menepuk pundak Alina dari belakang.

"Kaget gue! Udah sampai kontestan ke berapa?" tanya Alina.

"Udah banyak sih, Al. Ini aja udah kontestan yang terakhir di sesi pertama. Oh iya, gimana sama kelas kita, Al? Mereka pada antusias, kan?"

"Ya gitu, Ra. Doakan aja yang terbaik. Gue nggak buka grup kelas soalnya."

"Yaudah. Duduk disana aja, yuk! Capek tau." Mereka berdua berjalan menuju beberapa kursi yang ditata dengan rapi di pojokan.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang