36 (Kado Untuk Bunda)

4.6K 177 2
                                    

Part 36 - Kado Untuk Bunda

"Tak peduli dimanapun dan kapanpun aku berada, aku menyayangimu, Bunda."

• • •

Alina beserta ketiga temannya kini terbaur dengan ratusan murid SMA Pelita Harapan yang asyik menonton pertunjukan seni.

"Masya Allah, ganteng banget sih, Jovin!" ucap Athilla dengan sedikit berteriak.

"Biasa aja, kalik." Ratna menatap sebal ke arah Athilla.

Lain halnya dengan Alina. Ia tidak begitu fokus dengan pertunjukan, karena sesekali ia melirik ponselnya yang menampilkan sebuah grup chat.

"Gue pergi dulu, ya." Alina beranjak dari posisinya.

"Mau kemana, Al?" tanya Inara.

"Mau bantuin temen-temen panitia."

Inara langsung beranjak mengikuti Alina. "Ikuuuut! Gue kan juga OSIS."

Mereka berdua berpamitan kepada Athilla dan Ratna. Athilla mencak-mencak sendiri ketika Alina dan Inara pamit.

"Kalian itu, sehariiii aja nggak sibuk di OSIS bisa, nggak? Gue pinginnn banget sekali-kali quality time bareng kalian bertiga waktu acara ginian," gerutu Athilla.

Alina dan Inara terkekeh geli mendengar gerutuan Athilla. Ya, sebenarnya mereka mau memanfaatkan momen-momen seperti ini, namun mereka juga harus profesional dalam bekerja.

"Gue janji, habis pekerjaan gue sama Inara kelar, kita kesini lagi. Lagipula, gue juga nggak mau menyia-nyiakan kesempatan buat nonton Kak Leon nge-DJ," ucap Alina sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Promise?" Athilla mengulurkan jari kelingkingnya.

Alina mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Athilla. "I promise. Gue sama Inara duluan, yaa!"

Selama melakukan pekerjaannya, Alina selalu senyum-senyum sendiri ketika mengingat kejadian tadi. Ia merasa jika Athilla adalah adiknya yang akan ia tinggal, dan Alina sebagai kakaknya yang akan pergi jauh. Benar-benar menggelikan.

"Senyum-senyum aja, Al. Kunaon?"

Alina menoleh ke samping. "Eh, Vinda. Gue nggak kenapa-kenapa. Masa kalo kerja, gue harus cemberut gitu?"

"Yaelah, Al! Gue kira lo kesambet. Nanti kalau lo kesambet, terus tiba-tiba teriak 'aing maung' kan berabe," gurau Vinda.

Alina memukul bahu Vinda dengan pelan. "Bisa aja, lo!"

• • •

Sesuai janjinya dengan Athilla, Alina dan Inara kembali menemui kedua temannya, setelah selesai mengurusi urusannya.

"Yaah, kita telat. Jadi nggak bisa di depan panggung, deh," gerutu Athilla.

"Ya udah, sih. Kita di sini aja. Kalo di depan, nanti kuping kita bisa budeg," ucap Inara.

Athilla semakin cemberut karena ketiga temannya tak mau ke depan panggung. "Hiiih, nanti nggak bisa foto sama Kak Leon kalau kita di sini! Kalau di depan panggung kan, gue bisa liat ketampanan Kak Leon secara jelas!"

Ketika Alina akan membuka mulutnya untuk menyahuti perkataan Athilla, suara teriakan dari seluruh murid membuat ia kembali membungkam mulutnya. Alina yang penasaran, melihat ke arah panggung, dan nampaklah Leon––seniornya––telah berada di atas panggung. Alina refleks menutup kedua telinganya, karena ia tahu jika Athilla akan ikut-ikutan berteriak.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang