20 (UKK)

7.7K 232 10
                                    

Part 20 - (UKK)

"Perpisahan mengajarkan kepada kita arti dari sebuah kebersamaan."

•••

Hari Senin merupakan awal perjuangan bagi para murid kelas sepuluh dan sebelas. Hari dimana ulangan kenaikan kelas dimulai. Berbagai macam raut muka mewarnai hari ini. Ada yang khawatir, takut, panik, lelah karena telah belajar semalaman suntuk, bahkan ada pula yang nampak santai dan biasa-biasa saja. Seperti Dave dan Raffa. Mereka tak terlalu memusingkan pelajaran yang akan diujikan nanti. Menurut Dave, Bahasa Indonesia itu cuman latihan merangkai kata aja. Jadi, ngapain belajar?

Lain halnya dengan Alvaro. Walaupun ia telah belajar dari jauh-jauh hari, ia masih tampak tegang dalam menghadapi ujian nanti. Namun, siapa yang bisa menebaknya? Alvaro sangat pandai dalam mengatur ekspresi wajahnya.

"Lo berdua bisa diem, nggak! Ganggu belajar aja!" ketus Kenzo ketika ia merasa terganggu dengan ocehan Dave dan Raffa yang tengah memperdebatkan suatu hal.

"Hehe. Sans, Bos! Sing tenang... Ben isoh mikir..." ucap Raffa sembari meliuk-liukkan badannya, mengikuti irama lagu yang ia dendangkan.

Sebuah tempat pensil jatuh tepat di wajah Raffa. Membuat ia meringis kesakitan.

"Si Anjeng! Siapa yang ngelempar tempat pensil sembarangan?!" Raffa mengelus dahinya yang terlihat kemerahan.

"Gue yang ngelempar! Kenapa?! Siniin tempat pensil gue!" ucap Kenzo menunjuk tempat pensilnya yang tergeletak di ubin lantai.

"Kaki lo masih komplit, kan? Nggak kenapa-kenapa, kan? Ambil sendiri! Manja amat lu, Tong!" Walaupun Raffa memaki-maki Kenzo, ia tetap mengambilkan tempat pensil berwarna merah milik Kenzo. Kenzo pun tertawa melihat kelakuan Raffa.

"Eh, Raf! Belajar, yok! Kok kayaknya Bahasa Indonesia-nya susah. Sini, temenin gue belajar, Curut!" Dave menepuk ubin sebelahnya. Menyuruh Raffa duduk di sebelahnya.

"Apaan, Nyet? Apanya yang susah?" Raffa melongokkan kepalanya menghadap ke buku yang tengah dipegang oleh Dave.

"Nih! Majas-majas! Sama, ciri-ciri teks! Kita kudu belajar, Bro!" Dave pun kembali berkutat dengan buku yang berada di genggamannya.

"Halaman berapa tuh?" tanya Raffa.

"Cari di daftar isi," timpal Kenzo.

"HELLO! Gue tanya Dave, bukan orang utan," ucap Raffa tak mau kalah.

"Belajar," ucap Alvaro datar. Membuat ketiga temannya kembali fokus dengan buku di hadapannya. Raffa diam-diam melirik ketakutan kearah Alvaro.

Bel pertanda ujian akan dimulai pun berbunyi dengan nyaring. Seluruh murid SMA yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, terdiam mendengar suara yang cukup sakral tersebut.

"Anjir-anjir! Gue belum begitu paham sama materinya, guys! Gimana nih?!" umpat Athilla kelabakan. "Eum, Al! Alina! Nanti contekin gue, ya? Pleasee!" Athilla menggoyangkan lengan Alina yang tengah digunakan untuk menopang dagu. Karena lengannya ditarik-tarik Athilla cukup kuat, membuat Alina kehilangan keseimbangannya, lalu membuat dahinya terhantuk tas di depannya.

"Aduh!" Alina mengusap-usap dahinya. "Apa-apaan sih, Ath?! Iya-iya, nanti gue tirunin. Rileeks!" Alina membuka ritsleting tasnya, lalu mengambil papan, penggaris, dan tempat pensil miliknya. Setelah menutup ritsletingnya dengan rapat, ia menyampirkan tasnya ke pundak.

"Eh-eh! Sebelum ujian, berdoa bersama dulu, yuk! Bismillahirrahmanirrahim! Semoga diberikan kemudahan dalam mengerjakan soal ujian! Semoga apa yang telah kita pelajari, keluar sesuai yang dipelajari! Pastikan pengawasnya friendly! Semoga tak ada halangan dalam bentuk apapun ketika mengerjakan soal! AAMIIN!" Ketika Inara selesai mengucapkan doanya, teman-teman yang berada di sekitarnya pun ikut meng-amin-kan apapun yang ia ucapkan.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang