11 (Girls Time & a Call)

9.8K 312 14
                                    

"A good friend knows all your stories. A best friend helped you write them."

•••

Ketiga gadis tersebut, kini sedang berada di pelataran parkiran asrama SMA PH. Ratna dan Athilla kini sedang memakirkan sepeda motor mereka, sedangkan Alina kini sedang menunggu mereka sembari men-scroll akun Instagram-nya.

"Yuk, Al!"

"Kita ke kamar lo, boleh? Boleh, yah? Please! Kita kepingin ngobrol-ngobrol sama lo, sambil kepoin kamar lo. Hehe," ucap Athilla kepada Alina sembari berjalan. "Eum, gimana, yah? Boleh, deh."

"Asyiik! Makasiih. Baik, deh," ucap Athilla yang dibalas senyuman oleh Alina.

Sepanjang perjalanan menuju kamar Alina, mereka bertiga berbincang-bincang mengenai apa saja. Ketika mereka sudah sampai di depan pintu kamar Alina, terdengar suara pintu terbuka dari belakang. Athilla dan Ratna pun menoleh ke belakang.

"Eh, Alvaro. Hai!" sapa Athilla, namun hanya dibalas tolehan kepala oleh Alvaro. Alvaro pun mengunci pintu kamarnya, lalu berjalan keluar.

"Ayo masuk!" ucap Alina yang selesai membuka pintunya menggunakan kartu geseknya. Alina menuju ke lemari pakaiannya untuk mengganti pakaian, sementara Athilla dan Ratna duduk di sofa yang berada di dekat kasur.

"Gue ganti baju dulu, ya. Nggak usah sungkan, anggap aja punya sendiri," ucap Alina sembari menuju kamar mandi. "Kan, lo bilang kalau anggap aja punya sendiri. So, kita boleh, dong, ngehabisin makanan yang ada di kulkas lo," ucap Athilla cekikikan. "Nggak gitu juga, kalik. Udah, gue mau ganti baju."

Beberapa menit kemudian, Alina telah selesai mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana santai.

"Kalian dari tadi duduk disitu terus? Ya ampun. Sebentar, gue nyalain TV dulu, biar kalian nggak gabut-gabut amat." Alina pun mengambil remote yang tergeletak di nakas, lalu menghidupkan televisi. "Nih remote-nya, gue mau ke dapur dulu, mau ambil makanan." Alina pun menyerahkan remote-nya kepada mereka berdua, lalu berjalan ke dapur.

"Eh, Rat! Pindah yuk! Gue pingin tiduran di kasur. Hehe." Athilla merajuk kepada Ratna, lalu dibalas anggukan oleh Ratna.

Alina pun berjalan ke tempat dimana kedua temannya berada, sembari membawa cemilan yang hampir memenuhi tangannya.

"Ya ampun, Al. Makasih, loh. Gue bantu bawain." Ratna dan Athilla pun membantu Alina membawakan cemilan, lalu meletakkannya di sebuah meja kecil yang terletak di dekat TV.

"Mari dimakan! Nggak usah sungkan-sungkan." Alina pun menyodorkan sekotak biskuit kepada mereka. "Iya, makasih, Al." Athilla pun merebut sekotak biskuit dari tangan Alina, lalu memakan beberapa biskuit.

"Lo makan atau kelaperan? Kayak orang yang baru aja keluar dari gua." Ratna berkata seperti itu ketika melihat mulut Athilla dipenuhi oleh biskuit.

"Ghua mhasih haper bhanget hau." Athilla berkata dengan mulut dipenuhi biskuit. "Kalau makan tuh, ditelen dulu. Biar jelas ngomongnya." Alina mengambil keripik di meja, lalu menyodorkannya ke Ratna.

"Gue masih laper banget tau," ucap Athilla ketika selesai mengunyah. "Dasar, perut karet," ucap Ratna sembari menyuapkan keripik ke mulutnya. Athilla pun mencubiti pinggang Ratna, sedangkan Alina cekikikan melihat mereka berdua. "Lo bilang apa tadi, hah?! Perut karet? Nggak ngaca, yah? Lo juga makannya banyak tau," ucap Athilla disela-sela acara mencubitnya.

"Udah, woy. Kasihan Ratna." Athilla pun berhenti mencubit, namun ia malah memelototi Ratna, dan dibalas tatapan keheranan oleh Ratna.

"Kalian tau, nggak? Kalau gue itu udah diterima di OSIS, guys. Gue seneng banget, gila!" Alina pun memeluk secara posesif gulingnya. "What?! Serius?! Alhamdulillah, gue bakalan dapet nomernya Kak Gevan. Cihuy!" Athilla memasang wajah gembira, namun menurut Ratna, malah terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapat balon. Membuat dia ingin muntah sekarang itu juga.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang