19 (Rooftop)

7.8K 262 2
                                    

Part 19 - (Rooftop)

"Kebahagiaan itu susah untuk diungkapkan. Namun, kesedihan lebih mudah dituliskan. Apalagi dalam sebuah tulisan yang akan menjadi kenangan."

•••

Setelah libur panjang USBN dan UNBK, serta berbagai macam acara yang diselenggarakan di SMA Pelita Harapan, kini para murid dari kelas sepuluh sampai dengan kelas sebelas tengah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kenaikan kelas.

Tak terkecuali dengan yang sedang terjadi di kelas 10 IPS 1. Murid yang dikenal pintar kini menjadi incaran para murid. Bahkan, topik pembicaraan grup kelas kini beralih menjadi tentang kisi-kisi, rumus-rumus yang sukar dimengerti, tekhnik menghafal dengan mudah, catatan pelajaran, dan masih banyak lagi.

Alina pun tak luput menjadi incaran teman-temannya. Kebanyakan dari mereka bertanya seputar pelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, atau yang lainnya. Karena, Alina baik dalam menghafal. Namun, ia buruk dalam hitung-menghitung. Terkadang, ia heran ketika seseorang berkata jika pelajaran Matematika itu gampang, soalnya jawabannya pasti dan nggak perlu ngehafalin se-buku. Cukup pahami aja. Ingin rasanya Alina memaki orang tersebut di depan wajahnya.

Lain halnya dengan Dave dan Raffa. Walaupun teman-temannya tengah sibuk mengejar materi UKK, mereka berdua kini tengah bermain Ular Tangga di bangku mereka berdua.

"Gue duluan!" Raffa mengocok sebuah dadu kecil yang ia genggam. Menunjukkan titik biru berjumlah tiga. "Yes! Naik tangga!" Raffa menggerakkan bidaknya yang berwarna biru.

"Siniin dadunya! Liat aja, The Master of Snakes and Ladders, beraksi!" Dave mengocok dadu dengan semangat. "Uhuy! Dapet enam." Dave menggerakkan bidaknya menuju kotak bertuliskan angka enam. "Gue lagi, dong. Ehehe." Raffa mencebikkan bibirnya.

Kenzo yang tengah belajar kisi-kisi Geografi, terusik dengan suara-suara gaduh di belakangnya. Ia pun menoleh ke belakang. Nampaklah kedua temannya yang tengah asyik bermain Ular Tangga.

"Nggak belajar? Enak bener, main Ular Tangga."

Dave mendongakkan kepalanya. Menyengir.

"Kita mah, enjoy-enjoy aja! Ye kan, Raf?" Dave merangkul pundak Raffa. Raffa yang merasa geli, menepis tangan Dave.

"Gue diajak sama si Mahar Pernikahan," ucap Raffa menunjuk sebelah kanannya.

"Mahar Pernikahan?" tanya Kenzo.

"Nama dia kan, Dep Gapin Mahar Pernikahan," jelas Raffa cekikikan.

"Heh! Seenak jidat ganti nama orang. Emang lo siapa-nya gue? Oh, gue tau. Lo yang lagi viral itu, kan? Yang bikin video Tik-Tok?" ucap Dave.

"Enak aja! Gue bukan orang yang suka goyang dua jari, yeuy. Gue cuma anak SMA PH yang ikut ekskul musik," ucap Raffa bangga.

Perdebatan mereka terhenti ketika terdengar suara teriakan seorang murid sekelasnya, yang menyerukan bahwa seorang guru tengah berjalan menuju kelas. Para murid yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini tengah memposisikan tangannya bersedekap di atas meja. Barang-barang yang dirasa tidak diperlukan, telah masuk ke dalam laci atau tas masing-masing.

•••

Kini, Alina tengah bersandar di balkon lantai tiga. Tepatnya di depan kelas 10 IPS 1. Hari ini, ia tidak ada kegiatan kumpul organisasi ataupun ekskul. Para murid pun dipulangkan pagi, karena esoknya mereka akan mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas. Hembusan angin menerpa rambut Alina. Ia pun menutup matanya, menikmati semilirnya angin. Ia melihat ke bawah. Nampak para murid tengah bercanda ria dengan teman-temannya.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang