39 (Satu Kelompok)

4.5K 171 11
                                    

Part 39 - Satu Kelompok

"Lo itu cuma lalat yang berharap seperti lebah yang bisa dengan mudahnya dekat dengan bunga-bunga cantik. Lo pingin bunga itu punya kaitan erat sama lo. Namun sayang, lalat hanya bisa dekat dengan bunga bangkai, bukan mawar, melati, dan sebagainya."

• • •

Alina berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang PMR. Tadi, dirinya tiba-tiba mendapat pesan dari Citra––seniornya––untuk menemui kakak kelasnya itu selepas pulang sekolah.

Alina mengetuk pintu ruang PMR sebanyak tiga kali, lalu masuk ke dalam. "Assalamualaikum."

Citra berbalik badan, menatap adik kelasnya itu. "Waalaikumsalam, Al."

"Kok sepi? Bukannya hari ini ada kumpul?" Alina mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Hanya ada dirinya serta Citra di situ.

"Nggak ada, kok. Santai. Aku mau ngomong penting sama kamu, Al."

"Apa, Kak?"

Citra menghembuskan napasnya. "Gini, kamu tahu 'kan, aku udah kelas 12. Dan, udah saatnya aku lengser dari jabatanku. So, apakah angkatan kamu udah ngebentuk kepengurusan?"

Alina tertegun mendengar perkataan Citra. "Angkatan aku udah ngebentuk kepengurusan. Dan––"

"Kamu ketuanya, kan?" potong Citra.

Alina menatap ke sekelilingnya, tak mau jika seniornya melihat pipinya yang merona karena malu.

"Nggak usah malu kalik, Al. Angkatanmu udah percaya sama kamu, jadi kamu pantas mendapatkannya. Aku dulu juga begitu. Tiba-tiba, dipilih jadi ketua, padahal banyak yang lebih layak daripada aku."

Citra memegang kedua bahu Alina. "Al, I trust you. I know it's hard, but i believe in you."

• • •

Sial. Hari Selasa yang sial. Alina terus menggerutu semenjak guru Sejarah Wajibnya––Bu Rejeki––memberikan tugas kelompok kepada seluruh murid kelas 11 IPS 4. Dan, tugas kelompoknya yaitu membuat rangkuman materi bab Kolonialisme dan Imperialisme. Rangkuman tersebut harus ditulis tangan, tidak boleh di-print, dan minimal 3 lembar. What the?!

Lebih parahnya lagi, Bu Rejeki membagi kelompoknya berdasarkan nomor urut absen. Yang berarti, Alina akan sekelompok dengan Alvaro, Athilla, dan Aziz.

"Ya Allah, Al. Lo kenapa, hm? Kutu-an?" tanya Inara. Ia menatap aneh Alina yang tengah menggaruk-garuk kepalanya.

"Sembarangan kalau ngomong! Gue tuh bingung. Bingung," gerutu Alina.

Inara mengernyit heran, tak mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. "Tugas Sejarah," sahut Ratna.

"Oooh, emang lo sama siapa aja?" tanya Inara.

"Gue aja yang jawab. Gue, Alina, Aziz sama Alvaro." Saat mengucapkan nama 'Alvaro', Athilla tersenyum-senyum.

Sadar ditatap oleh Alina, Athilla mengacungkan dua jarinya. "Tenang, gua nggak akan ngerebut dia dari lo. Kita 'kan bestie until die."

"Sa ae lo, remahan rengginang," timpal Alina.

• • •

"Aziiz, lo jangan mainan HP bisa nggak, sih?! Bantuin kita ngerangkum!" Athilla menggertak Aziz yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang