25 (Rapor)

6.2K 205 2
                                    

Part 25 - Rapor

"Jangan merasa kuat. Karena, adakalanya kamu akan berada dalam sebuah titik kelemahanmu. Dan, untuk keluar dari situ, kamu membutuhkan orang lain."

• • •

Hari Jumat merupakan hari yang cukup menegangkan bagi setiap murid SMA Pelita Harapan. Pasalnya, hari ini adalah hari dimana setiap rapor murid SMA akan dibagikan kepada orang tua atau wali murid.

Raut kecemasan melingkupi Alina. Jauh-jauh hari, ia telah memberitahu kedua orang tuanya serta kakak laki-lakinya, bahwa hari ini akan diadakan pengambilan rapor. Ia khawatir jika orang tuanya tak bisa datang untuk mengambil rapornya.

"Napa, Al?" Athilla tiba-tiba duduk disebelahnya. Kini, mereka berdua tengah berada di taman sekolah.

Karena pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh Alina, Athilla mengibas-ibaskan telapak tangannya dihadapan Alina. Seketika, Alina tersadar dari lamunannya.

"Hah. A-apa?" tanya Alina.

Athilla mendengus kesal. "Lo ngapain duduk sendirian di taman? Hm? Jangan ngelamun, ati-ati kesambet, loh."

"Paan sih? Gue nggak ngelamun."

"Terus tadi ngapain? Meneliti dampak daun sirih terhadap serangga?"

"Paan sih? Ke kelas sana!"

"Ngusir nih ceritanya? Nanti lo sendirian disini, loh."

"Udah biasa. Gue kan strong woman."

"Prett! Udah ah, ke kelas yuk! Daripada sendirian disini. Bantu bersih-bersih kelas kita."

"Baru jam delapan. Masih lama."

"Acaranya jam sembilan, bege! Buruan!" Athilla menarik pergelangan tangan Alina, dengan paksa.

Di lain tempat, teman-teman sekelas mereka tengah asik membersihkan kelas mereka. Ada yang menyapu, membersihkan laci-laci meja, menata meja guru, menata kursi dan meja, dan sebagainya.

Para murid laki-laki, kini tengah menata kursi dan meja, agar tidak terlihat berantakan.

"Geser dikit, yo!"
"Itu kurang kesini!"
"Geser, woy!"
"Dimundurin dikit!"
"Kemajuan tuh mejanya!"
"Bagian sini kurang lurus, nih!"

"Bacot, Dave!" protes Raffa mendengar celotehan dari Dave.

"Salah gue apa? Gue cuman beritahu kalo ada yang salah," bela Dave.

"Lo bantu lah! Jangan cuman ngebacot aja!" timpal Satya.

"Sorry, tangan sama kaki lo masih berfungsi dengan baik, kan?"

"Dasar kang parkir!" timpal Satya.

"Kalo gue kang parkir, lo kang sayur, dong."

"SERAH!"

"Udah-udah. Lo bakalan capek ngeladenin tuh kang parkir," lerai Kenzo.

Dave melirik sekelilingnya. Ketika ia melihat Alina tengah kesusahan mendorong meja, Dave menghampirinya.

"Hai, Alina! Sini gue bantu! Lo pasti capek, ya? Duduk dulu. Biar gue yang urus."

"Nggak usah, Dave. Lagipula nggak berat kok mejanya."

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang