47 (The Queen Bee)

4.2K 157 8
                                    

Part 47 — The Queen Bee

"Main hujan di tengah kebun,
membuat kotor baju & sepatu
Kalo hujan jgn melamun,
bisa-bisa terkenang masa lalu."

• • 🐧 • •

Ketika Alina selesai mengunci pintu kamarnya, ia terkejut mendapati Alvaro yang tengah berdiri di depannya, sambil memainkan ponsel.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Alina memastikan.

Laki-laki di hadapannya mengalihkan pandangan dari ponselnya. Ia memasukkan ponselnya ke saku tas ransel, lalu merangkul Alina. "Yuk, berangkat."

"Tapi, aku kan, berangkat pakai sepeda, Alvaro."

"Kali ini sama aku. Ayo."

Alina lupa. Laki-laki di sebelahnya ini kan, tipikal orang yang suka memaksa. Jika ia sudah berkata, semua orang tak terkecuali harus mematuhinya. Benar-benar calon diktator.

Sesampainya di parkiran, ketiga sahabat Alvaro—Kenzo, Raffa, dan Dave—sudah menyambut kedatangannya di sana. Ketiganya duduk di motor masing-masing.

"Waduh, bapak negara datang sama ibu negara, Bro!"

"Yoi, Man!"

"Jangan lupa traktirannya di kantin ya, Ro. Satu mangkok bakso sama es teh manis. Beuh, mantap betul!"

Digoda seperti itu, cukup membuat kedua pipi Alina memerah. Melihat Alina yang malah bersembunyi di balik punggungnya, Alvaro langsung menatap tajam ke arah ketiga sahabatnya. Hal tersebut membuat ketiganya langsung terdiam, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

Setelah Alina memakai helm pemberian Alvaro dan duduk di jok motor Ninja milik laki-laki itu, Alvaro mengendarai motor dengan kecepatan sedang, karena tak mau membuat gadis di belakangnya takut.

• • 🐧 • •

Sesampainya di sekolah, kedatangan mereka cukup menyita perhatian orang-orang. Bahkan, Pak Satpam pun ikut heran melihat kedatangan sepasang kekasih dan ketiga sahabat laki-laki itu.

"Barudak ayeuna," ucap Pak Satpam sambil menyeruput secangkir teh hangat.

Alina yang baru saja turun dari motor Alvaro, langsung menyelonong pergi menjauh, setelah mengembalikan helm yang dipakainya tadi kepada pemiliknya.

Melihat tingkah gadisnya, Alvaro terburu-buru menyamakan langkahnya dengan Alina. Karena tadi ia belum sempat menyisir rambutnya yang sedikit lepek, alhasil di sepanjang perjalanan ia terus menata rambutnya menggunakan tangan.

Tentu saja tingkah Alvaro mengundang perhatian para penggemarnya. Siapa yang tidak terpesona ketika melihat seorang laki-laki tampan tengah menata rambutnya yang membahana itu? Bahkan, istri Pak Satpam yang bekerja di sini pun, ikut jatuh dalam pesona Alvaro.

Sadar akan keadaan di sekelilingnya, Alina menatap Alvaro yang masih asyik menyisir rambut. "Nggak usah tebar pesona, bisa?"

"Siapa?"

"Kamu, lah. Sok-sokan nyisir rambutnya dilama-lamain."

"Cemburu, hm?"

Bukannya menjawab, Alina semakin mempercepat langkah kakinya. Namun, secepat apapun Alina, Alvaro masih bisa menyusul dirinya.

"Maaf," ujar Alvaro.

"For what?"

"Because I've made you jealous today."

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang